Lulusan Balai Latihan Kerja Semarang Bakal ”Naik Kelas”
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kementerian Ketenagakerjaan melakukan reorientasi dan revitalisasi balai latihan kerja guna menyiapkan sumber daya manusia yang berdaya saing. Mereka tidak hanya disiapkan menjadi buruh kasar, tetapi juga sampai level staf.
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, di sela-sela peresmian empat studio baru di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Semarang, Selasa (26/2/2019), mengatakan, telah terjadi perubahan pasar tenaga kerja. Oleh karena itu, kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang mode harus terus ditingkatkan.
Menurut Hanif, di BBPLK Semarang, peserta tak sekadar diajari teknik menjahit untuk menjadi buruh jahit di pabrik garmen. Mereka juga disiapkan agar berpotensi menjadi asisten desainer yunior.
”Dengan meng-upgrade menjadi kejuruan Fashion Technology, kami harap anak-anak muda memiliki keterampilan baru di bidang mode,” kata Hanif.
Ia menambahkan, nantinya ada juga sertifikasi kompetensi bagi lulusan. Dengan demikian, bagi peserta yang ingin masuk ke industri mode, jabatannya minimal asisten desainer yunior. Selain itu, bagi yang ingin berwirausaha, usahanya diharapkan lebih berkelas dan modern.
Adapun BBPLK Semarang merupakan balai latihan kerja di bawah Kementerian Ketenagakerjaan yang setelah direorientasi fokus melayani pelatihan di bidang mode. ”Ini bagian dari upaya pemerintah mendorong peningkatan skill di masyarakat. Ini tidak kalah dengan pendidikan formal,” ujar Hanif.
Ketua Jurusan Fashion Technology BBPLK Semarang Wika Watiningsih menuturkan, peningkatan kapasitas kejuruan, salah satunya dengan membuka lowongan pelatihan menjadi asisten desainer, dimulai pada Januari 2018. Kementerian Ketenagakerjaan bekerja sama dengan Indonesian Fashion Chamber.
Dengan meng-upgrade menjadi kejuruan Fashion Technology, kami harap anak-anak muda memiliki keterampilan baru di bidang mode.
Wika menambahkan, mulai 2018, BPPLK Semarang dirombak dan hanya memiliki dua domain atau jurusan besar, yakni Fashion Technology dan Business Management. Fashion Technology memiliki berbagai subbidang, antara lain penjahit pakaian anak, penjahit pakaian wanita dewasa, penjahit pakaian pria, operator garmen, dan asisten desainer.
Kepala BBPLK Semarang Edy Susanto menyebutkan, setiap tahun, pihaknya menerima 3.000 peserta. Adapun sejumlah instruktur berasal dari BBPLK yang sudah memiliki kompetensi serta akan terus ditingkatkan.
Edy menambahkan, ada pula koneksi dan kerja sama dengan sejumlah industri. ”Dengan adanya forum kemitraan dengan industri, kami bisa melihat pelatihan seperti apa yang dibutuhkan. Selain itu, para lulusan pun akan terserap langsung setelah lulus,” ucapnya.
Pada Selasa, Hanif meresmikan empat studio, yakni untuk catwalk, kreasi, produksi, dan manajemen bisnis mode. Dengan pengembangan sarana tersebut, lanjut Edy, diharapkan kualitas lulusan bakal mumpuni untuk bersaing di tengah ketatnya persaingan.
Peserta pelatihan asal Samarinda, Kalimantan Timur, Risa Latulmuawanah (18), mengatakan, dirinya sengaja mengikuti pelatihan di BBPLK Semarang demi mengasah keterampilan di bidang desain. ”Begitu lulus, saya berharap bisa membuka usaha yang dapat bersaing di Samarinda,” katanya.