Pengalaman Pertama Rami Malek dan Olivia Colman atas Piala Oscar
Rami Malek (37) dan Olivia Colman (45) menggenggam piala Oscar di kategori bergengsi dalam seni peran: pemeran utama terbaik. Keduanya sama-sama baru pertama kali menorehkan namanya di ajang ini. Hal itu semakin menjadikan ajang Academy Awards ke-91 ini begitu riuh akan kejutan.
“Aku mungkin bukan pilihan utama. Tapi menurutku, aku berhasil juga,” kata Malek atas perannya di film biopik band rock legendaris Queen ketika menerima piala itu di podium Dolby Theater, Los Angeles, AS, Minggu (24/02/2019) malam waktu setempat.
“Terima kasih Queen telah melibatkanku dalam bagian terkecil dari sejarah fenomenal kalian,” lanjutnya, seperti dikutip dari Associated Press.
Ketika Malek menggenggam piala emas itu, di lain tempat, bisa jadi aktor/komedian Sacha Baron Cohen menontonnya dengan masygul. Semula, aktor utama film Borat itu digadang-gadang bakal memerankan Freddie Mercury. Secara fisik, aktor Inggris ini memenuhi syarat: berpostur tegap, berambut keriting, bermuka Asia Barat.
Namun, sebelum proyek film ini berjalan, Cohen mengundurkan diri pada Juli 2013. Dalam sebuah siaran radio dipandu Howard Stern, Cohen menyatakan, ada anggota band yang berusaha menjaga keagungan jejak mereka sebagai band. “Freddie Mercury itu luar biasa. Dia amat liar. Ada cerita pesta yang dia bikin mengundang orang-orang kerdil menyunggi piring berisi kokain,” ucap Cohen.
Roger Taylor, drummer Queen, seperti ditulis The Guardian, menyebut, Cohen dilepas (dari proyek film) karena anggota band tak ingin filmnya dianggap sebagai film “olok-olok”, layaknya film-film Cohen lainnya. Sementara Brian May, gitaris, menganggap sosok Cohen terlalu kentara memerankan Mercury.
Akhirnya peran itu jatuh pada sosok Malek, pemuda kelahiran AS dari orang tua imigran asal Mesir. Ketika itu, Malek dikenal atas perannya sebagai Elliot Alderson, seorang peretas internet yang canggung dalam bergaul di serial Mr Robot.
Tom Lamont, dari The Guardian menanyakan seperti apa momen ketika dia menerima tawaran memerankan Mercury. “Situasinya seperti ditodong pistol di kepala: bertarung, atau kabur. Aku memilih tarung,” ujar Malek mantap. Kerja kerasnya pun dimulai.
Dia memulainya dengan mencermati kisah hidup Mercury sejak masih bocah. “Dia bocah imigran dari Zanzibar bernama lahir Farrokh Bulsara. Di harus menghadapi perbedaan dengan bocah lainnya di Inggris. Ada pergulatan dalam dirinya yang siap meluap, dan ia salurkan di panggung di hadapan ribuan orang,” tutur Malek kepada Vanity Fair.
Malek merasakan pergulatan Mercury ketika memakai gigi palsu yang menyerupai gigi tonggos Mercury. Malek mengaku tak nyaman berahang besar layaknya Mercury. Bisa jadi ketidaknyamanan itu juga pernah dirasakan Mercury. “Dia harus melakukan banyak cara untuk mengatasinya,” kata Malek.
Itu baru urusan gigi. Malek juga harus berlatih koreografi, meniru habis gerak tubuh Mercury yang khas itu, menggoyangkan panggul, mimik genit, juga memutar-mutar penyangga mikrofon. Dia berlatih bersama penata gerak Polly Bennet dengan menyimak banyak rekaman video Queen di Youtube.
David Combes, seorang guru vokal ternama, menggembleng Malek agar tampil meyakinkan bernyanyi seperti Mercury. “Sebagai awalan, aku meminta dia melolong seperti anjing. Karena dia aktor hebat, dia benar-benar meresapi perannya, dan dia berhasil,” kata Combes.
Dia bocah imigran dari Zanzibar bernama lahir Farrokh Bulsara. Di harus menghadapi perbedaan dengan bocah lainnya di Inggris. Ada pergulatan dalam dirinya yang siap meluap, dan ia salurkan di panggung di hadapan ribuan orang.
Walau begitu, adegan menyanyi yang terpampang di film bukanlah murni suara Malek. Suaranya digabung dengan vokal dari penyanyi Marc Matel, penyanyi Kanada yang beberapa kali meraih penghargaan karena kemiripan suaranya dengan Mercury.
Adegan pertama Bohemian Rhapsody, langkah Mercury menuju panggung pentas Live Aid di Stadion Wembley tahun 1985, sudah merebut hati penonton. Adegan pamungkas berupa imitasi penampilan utuh Queen di pertunjukan fenomenal itu adalah kesimpulan atas kegemilangan akting Malek, dan buah segala kerja kerasnya.
Gelar aktor terbaik di ajang Golden Globe, Screen Actors Guild, dan termutakhir Oscar, ia persembahkan bagi pergulatan sosok kontroversial sang legenda: seorang imigran dan gay. “Kita semua hanya manusia jelata, dan izinkan aku mengutip ini, kitalah pemenangnya (we are the champions),” ucap Malek yang di kehidupan nyata sedang berkencan dengan aktris Lucy Boynton, pemeran Mary sang “kekasih abadi” Mercury ini.
Mengejutkan
Jika kemenangan Malek di kategori aktor utama pria terbaik Oscar tak terlalu mengherankan, maka prestasi Olivia Colman di kategori aktris utama terbaik adalah kebalikannya. Di kategori itu, Olivia, yang cemerlang bermain sebagai Ratu Anne di film The Favourite, unggul atas kandidat terkuat Glenn Close dari film The Wife.
Betapa tidak, Close yang kini berusia 71 tahun itu telah tujuh kali jadi nomine di ajang Piala Oscar. Banyak yang meramalkan, Close akan meraih Oscar pertamanya tahun ini. Namun ketika pemenang dibacakan, Olivia yang naik panggung. Itu adalah nominasi pertamanya di pentas paling bergengsi industri film Hollywood.
Di podium, ia terbata-bata mengucap banyak terima kasih dengan mata berkaca-kaca. Aktris kelahiran Norwich, Inggris ini tak lupa menatap Close, seraya berujar, “Anda adalah idolaku sejak lama, dan situasi ini bukanlah yang aku harapkan,” ucapnya. Close menanggapinya dengan tawa. Sementara Lady Gaga, yang juga kompetitornya, memberi cium jauh berulang kali kepada Olivia.
Sikap lugu yang terlihat di panggung megah malam itu seolah menutupi rentang panjang karir aktingnya. Berdasarkan pemberitaan di Daily Mirror, Olivia belajar akting di Old Vic Theatre School di Bristol. Selepas dari sana, sejak tahun 2000, dia mendapat beberapa peran di serial televisi garapan BBC, ITV, dan Channel 4.
Hingga 2018, tak kurang dari 50 judul film televisi ia bintangi. Tak heran, Radio Time mengganjarnya sebagai tokoh paling kuat di jagat televisi Inggris pada 2018.
Aku merasa beruntung tidak cantik. Tak terlalu banyak ragam peran yang bisa diperoleh orang-orang cantik, atau belum tentu mereka mau mengambilnya. Banyak yang beranggapan, hal-hal dramatis hanya terjadi pada orang-orang yang terlihat biasa saja.
Salah satu serial yang melambungkan namanya adalah drama kriminal Broadchurch, yang mengudara sebanyak tiga musim dari tahun 2013 hingga 2017. Di situ, dia berperan sebagai Ellie Miller, seorang reserse yang canggung dan dingin di sebuah kota terpencil.
Dalam sebuah wawancara dengan Mirror, Olivia menuturkan banyak peran menantang yang ia dapat di film layar lebar maupun televisi adalah berkat kebersahajaannya. “Aku merasa beruntung tidak cantik. Tak terlalu banyak ragam peran yang bisa diperoleh orang-orang cantik, atau belum tentu mereka mau mengambilnya. Banyak yang beranggapan, hal-hal dramatis hanya terjadi pada orang-orang yang terlihat biasa saja,” kata ibu dari tiga anak ini.
Maka, Olivia tak ragu ketika Yorghos Lanthimos menawarinya peran di film absurd The Lobsters (2015), yang jadi nomine di kategori Palme d’Or ajang Festival Film Cannes. Kerja sama dengan Lanthimos berlanjut di film The Favourite, yang memberinya piala Oscar.
Akan diapakan piala bergensi itu? “Aku akan taruh di tempat tidur, di antara aku dan suami. Dia belum tahu aku dapat piala ini,” katanya, yang memancing tawa para jurnalis di belakang panggung Oscar.(HEI)
RAMI MALEK
Lahir: Los Angeles, AS, 12 Mei 1981
Prestasi: - Aktor terbaik untuk film Bohemian Rhapsody di ajang Academy Awards, BAFTA Awards, Golden Globe Awards, dan Screen Actor Guild Awards (2019)
- Aktor terbaik untuk film Mr Robot di Emmy Awards (2016)
OLIVIA COLMAN
Lahir: Norwich, Inggris, 30 Januari 1974
Prestasi: - Aktris terbaik untuk film The Favourite di ajang Academy Awards, BAFTA Awards, dan Golden Globe Awards (2019)
- Aktris terbaik untuk serial Boardchurch di BAFTA Awards (2014)
- Aktris pendukung terbaik untuk serial The Night Manager di Golden Globe Awards (2017)