SURABAYA, KOMPAS — Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia menggunakan kapal pesiar terus meningkat, dengan Bali dan Lombok menjadi tujuan favorit. Daya tarik obyek wisata, infrastruktur pelabuhan, dan keamanan menjadi penentu kedatangan mereka.
Direktur Operasi dan Komersial PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero) Putut Sri Muljanto, Senin (25/2/2019), di Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, tahun ini menurut rencana ada 40 kapal pesiar dengan 153 kali kedatangan akan sandar di pelabuhan-pelabuhan yang dikelola Pelindo III. Dari jumlah itu, lebih dari 50 persen di antaranya sandar di Bali.
Kapal pesiar akan sandar di 12 pelabuhan di lima provinsi. Bali menjadi tujuan favorit dengan 81 kali kedatangan, disusul Nusa Tenggara Barat 20 kali, dan Nusa Tenggara Timur 7 kali. Di Pulau Jawa, tujuan sandar di Jawa Timur 29 kali dan Jawa Tengah 16 kali.
”Jumlah kedatangan masih bisa bertambah atau berkurang tergantung situasi dan kondisi yang ada di kota tujuan, seperti adanya peringatan perjalanan (travel warning),” kata Putut.
Berdasarkan catatan Pelindo III, penetrasi kapal pesiar ke Indonesia terus tumbuh dalam tiga tahun terakhir. Pada 2016, tercatat ada 108 kali kedatangan kapal pesiar, meningkat di tahun selanjutnya 135 kali.
Sementara pada 2018, dari 149 rencana kedatangan, realisasinya 138 kali. Wisatawan mancanegara menggunakan kapal pesiar pun tumbuh sebanyak 125.218 wisatawan selama 2018, naik 70 persen dari tahun sebelumnya 88.778 wisatawan.
Menurut Putut, beberapa faktor penting memengaruhi rencana kedatangan kapal pesiar, meliputi keindahan destinasi wisata yang ditawarkan oleh daerah tujuan sandar, keberadaan infrastruktur pelabuhan, dan kondisi keamanan.
Tahun lalu, misalnya, realisasi kunjungan kapal pesiar tidak sesuai rencana karena tragedi bom Surabaya dan gempa bumi di Lombok. Operator kapal pesiar membatalkan kunjungan karena tidak ingin mengambil risiko jika keamanan di tempat tujuan tidak stabil.
Dari segi infrastruktur, Pelindo III terus berbenah, di antaranya memperdalam alur pelayaran di Pelabuhan Benoa dari sebelumnya minus 11 meter low water spring (LWS) atau rata-rata muka air laut menjadi minus 13 meter LWS.
Kolam pelabuhan di dermaga timur juga diperdalam dari minus 9 meter LWS menjadi minus 12 meter LWS. Selain itu, terminal penumpang diperbaiki sehingga kapasitasnya juga meningkat.
”Jika selama ini kapal-kapal besar berukuran di atas 250 meter hanya dapat berlabuh di luar area pelabuhan, sekarang bisa sandar di dermaga. Ini akan menambah kenyamanan wisatawan,” kata Putut.
Sekretaris Perusahaan Pelindo III Faruq Hidayat menambahkan, kedatangan kapal pesiar menjadi salah satu cara efektif untuk mendatangkan wisatawan mancanegara.
Sebab, satu kapal pesiar ketika sandar bisa mengangkut hingga ribuan wisatawan, seperti kapal pesiar Genting Dream yang berkapasitas 3.400 penumpang dan Carnival Splendor yang berkapasitas 3.619 penumpang. ”Kami yakin wisatawan dari kapal pesiar akan terus tumbuh seiring perbaikan-perbaikan di sektor wisata,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti berharap, waktu sandar kapal pesiar di Surabaya bisa bertambah dari rata- rata selama 6 jam menjadi 12 jam.
Untuk itu, pihaknya terus menambah destinasi wisata di Surabaya yang bisa dinikmati oleh wisatawan asing, misalnya di kawasan Kota Tua di Surabaya utara. ”Sebagai Kota Pahlawan, Surabaya memiliki daya tarik wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi,” ujar Antiek.
Wisata Mentawai
Pengembangan pariwisata di wilayah daratan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dinilai belum begitu masif dibandingkan wisata bahari. Akibatnya, geliat pariwisata di Mentawai belum banyak berdampak bagi warga di pedalaman.
Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM), lembaga advokasi hak-hak masyarakat Mentawai, menilai, konsentrasi pariwisata Mentawai masih di kawasan bahari dan pesisir, sedangkan wilayah pedalaman belum tersentuh pengembangan pariwisata.
Menurut Riki Hendra Mulya dari YCMM, pedalaman Mentawai juga punya potensi wisata. Di sana ada kawasan hutan dan air terjun, serta kebudayaan Mentawai yang masih terjaga.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kepulauan Mentawai Desti Seminora mengakui, orientasi pariwisata Mentawai masih kawasan bahari. Secara bertahap, pemerintah kabupaten juga menyiapkan wisata wilayah daratan. (SYA/ZAK)