Alfonso Cuaron, Oscar untuk Masa Kecil
Pengalaman dan ingatan masa kecil sepertinya kerap membawa keberuntungan bagi sutradara pemenang Academy Awards asal Meksiko, Alfonso Cuarón (58). Setidaknya dua film fenomenal Cuarón, yang juga banyak diganjar penghargaan internasional, terkait erat dengan kehidupan masa kecil sang sutradara multitalenta itu.
Sebut saja film Gravity, yang pada tahun 2014 sukses memenangkan 7 Oscar dari 10 penghargaan yang dinominasikan. Film bergenre drama fiksi sains itu berkisah tentang dua astronot, diperankan Sandra Bullock dan George Clooney, yang terkatung-katung di antariksa.
Walau mungkin tak terhubung langsung, Cuarón mengaku pernah bercita-cita menjadi astronot. Namun, belakangan dia lebih memilih belajar dan mendalami sinematografi, yang juga menjadi passion lain dari dirinya.
Lima tahun setelah Gravity, kesuksesan kembali menghampiri Cuarón lewat filmnya, Roma, yang lagi-lagi juga terinspirasi kisah masa kecilnya. Film Roma berkisah tentang kehidupan dan suka-duka seorang pembantu rumah tangga yang bekerja pada sebuah keluarga kelas menengah di Meksiko era 1970-an.
Film berformat hitam putih, yang tak hanya disutradarai tetapi juga naskahnya ditulis dan filmnya diedit Cuarón sendiri itu, Minggu (24/2/2019), dinobatkan sebagai pemenang dari tiga Oscar dari 10 nominasi penghargaan di ajang bergengsi perfilman dunia, Academy Awards ke-91.
Tiga kategori yang dimenangkan Roma antara lain penghargaan untuk sutradara, sinematografi, dan film berbahasa asing terbaik. Cuarón sebelumnya juga memenangkan Golden Lion di Venice Film Festival ke-75 untuk film yang sama, Roma.
Kisah masa lalu
Film Roma pada intinya bercerita tentang kisah dua orang perempuan, yang membesarkan Cuarón. Sosok sang ibu, yang saat itu tengah dalam proses bercerai dengan sang ayah, serta sosok pengasuh, seorang perempuan suku asli, yang juga mengalami persoalan sendiri akibat hamil di luar nikah ketika keluarga tempatnya bekerja juga tengah goyah.
"Ada satu masa dalam kehidupanmu ketika kamu ingin mencoba memahami sejak awal tentang siapa dirimu sebenarnya,” ujar Cuarón kepada kantor berita AFP saat ditanya mengapa dia membuat Roma.
Pada film Roma, Cuarón banyak melakukan pendekatan unik, yang terbukti kemudian menjadikan film itu sebuah mahakarya. Selain menggunakan pendekatan film hitam putih, Cuarón juga lebih memilih untuk melibatkan para pemain yang kebanyakan tak memiliki pengalaman atau latar belakang akting.
Sang pemeran tokoh utama Cleo pada kehidupan nyata adalah seorang guru taman kanak-kanak, yang baru lulus Pendidikan. Cuarón menemukannya lewat sebuah proses casting panjang selama satu tahun.
Ada satu masa dalam kehidupanmu ketika kamu ingin mencoba memahami sejak awal tentang siapa dirimu sebenarnya.
Cuarón keluar masuk kampung di negerinya, dengan dibantu para kru untuk menyeleksi calon pemeran utamanya itu. Dalam sebuah wawancara dengan The Hollywood Reporter, Cuarón bercerita tentang Yalitza, pemeran Cleo. “Prosesnya bisa sampai sekitar enam bulan. Dia (Yalitza) katakan ke saya, satu-satunya alasan mengapa dia mau ikut proses casting itu hanya karena dia memang sedang tidak punya kegiatan lain untuk dikerjakan,” ujar Cuarón terbahak.
Cuarón juga melibatkan orangorang yang berprofesi sebenarnya dalam film Roma, seperti polisi, perawat, dan bahkan dokter. Seperti pernah diwartakan, dalam wawancara khusus Kompas di kantor Netflix di Singapura beberapa waktu lalu, Cuarón mengaku hal itu sengaja dia lakukan agar bisa mendapatkan adegan senatural mungkin.
Tertarik film
Cuarón sudah sangat tertarik pada dunia sinematografi sejak masih remaja. Dia mulai belajar merekam segala sesuatu setelah memiliki kamera video, hadiah ulang tahun ke-12 dari sang ibu, Cristina Orozco.
Mengutip situs Internet Movies Database (IMDb), kegandrungannya akan film ketika remaja bahkan sampai membuat Cuarón “terobsesi” mengunjungi seluruh bioskop yang ada di kota tempat tinggalnya saat remaja.
Saat kecil dia juga tinggal tak jauh dari dua studio besar di Meksiko, Studios Churubusco dan Studios 212. Setelah lulus sekolah menengah atas, Cuarón langsung memutuskan diri untuk melanjutkan studinya mendalami sinematografi. Sayangnya dia tidak diterima di Centro de Capacitación Cinematográfica (CCC) lantaran tak lolos syarat usia, minimal 24 tahun.
Tambah lagi sang bunda tak merestui keinginan Cuarón terjun ke bidang sinematografi. Cuarón lantas “berkompromi” dengan berkuliah filosofi di pagi hari dan belajar tentang film di Centro Universitario de Estudios Cinematográficos (CUEC) pada malam hari.
Saat di CUEC, Cuarón bertemu banyak orang, yang di belakang hari menjadi rekan kerja karya-karya filmnya, seperti Luis Estrada yang juga belakangan menjadi sutradara terkenal.
Seperti pernah diwartakan, nama Cuarón mulai dikenal secara global lewat filmnya bergenre drama, A Little Princess (1995). Film itu mendapat nominasi untuk dua kategori Oscars.
Beberapa film terdahulunya yang lain seperti Y Tu Mama Tambien (2001), Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004), serta Children of Men (2006) juga mendapat apresiasi luar biasa.
Film Harry Potter and the Prisoner of Azkaban bahkan dipuji sebagai film paling tepat menggambarkan versi novelnya. Sang penulis novel, JK Rowling juga lebih menyukai interpretasi serta penggambaran yang dibuat Cuarón di filmnya itu.
Kesuksesan Cuarón bukannya tanpa kerja keras dan kegagalan. Pada tahun 1985 Cuarón sempat dikeluarkan dari universitas tempatnya belajar film (CUEC) lantaran berseberangan dengan pihak kampus, terutama sang dosen, Marcela Fernández Violante.
Pertikaian terjadi setelah Cuarón, bersama rekan dekatnya Luis Estrada, berkolaborasi menggarap sebuah film pendek berjudul Vengance is Mine. Film tersebut digarap dalam Bahasa Inggris, yang memicu ketidaksepakatan dari sang dosen.
Lantaran menganggur, Cuarón sempat terpaksa bekerja di sebuah museum untuk menghidupi keluarganya. Cuarón pernah dua kali menikah dan memiliki tiga orang anak dari dua pernikahannya itu. Saat tak lagi bergelut di dunia film, dirinya bahkan sempat putus asa dan mengira tak akan pernah bisa lagi menjadi sutradara.
Beruntung dua sahabatnya mengajak Cuarón bekerja sebagai seorang cableman lalu asisten sutradara di dua garapan film. Tawaran itu menjadi penyelamat sekaligus batu lompatan bagi Cuarón memasuki dunia perfilman professional di negerinya.
Nama: Alfonso Cuarón Orozco
Lahir: Mexico City, Meksiko, 28 November 1961
Karier: Sutradara, Penulis Naskah, Editor Film, dan Produser
Karya Film dan Penghargaan, antara lain:
- Roma (2018)
- Penerima penghargaan Singa Emas (2018)
- Penerima Academy Awards untuk penyutradaraan terbaik (2019)
- Penerima Academy Awards untuk film berbahasa asing terbaik (2019)
- Penerima Academy Awards untuk sinematografi terbaik (2019)
- Penerima Penghargaan Golden Globe untuk film berbahasa asing terbaik (2019)
- Penerima Penghargaan Golden Globe untuk sutradara terbaik (2019)
- Gravity (2014)
- Penerima Academy Awards untuk penyutradaraan terbaik Penerima Golden Globe untuk penyutradaraan terbaik Children of Men (2006) Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004) Y Tu Mamá También (2001) Great Expectations (1998) A Little Princess (1995)
- Penerima Academy Awards untuk penyutradaraan terbaik
- Penerima Golden Globe untuk penyutradaraan terbaik
- Children of Men (2006)
- Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (2004)
- Y Tu Mamá También (2001)
- Great Expectations (1998)
- A Little Princess (1995)