Hukuman bagi Kardinal Pell Akan Diputuskan Pekan Depan
Oleh
Harry Bhaskara, dari Brisbane, Australia
·3 menit baca
BRISBANE, KOMPAS — Para juri di pengadilan Melbourne pada Selasa (26/2/2019) memutuskan Kardinal George Pell (77) bersalah melakukan pelecehan seksual terhadap dua anak anggota kor gereja di Melbourne pada tahun 1996. Hakim Peter Kidd akan menjatuhkan hukuman minggu depan menyusul keputusan para juri yang umumnya terdiri atas 12 sampai 15 orang. Dalam sistem pengadilan Australia, tim juri dipilih secara acak dari anggota masyarakat.
Keputusan yang sama sebenarnya sudah diambil oleh para juri pada sidang maraton pertama, Desember lalu, yang berlangsung lima minggu. Namun, pengadilan mengeluarkan larangan pemberitaan (suppression order). Larangan ini dibuat agar para juri yang bertugas pada hari Selasa kemarin tidak terpengaruh walaupun sejumlah kalangan sudah mempertanyakan praktik seperti ini karena, dalam era internet seperti sekarang, berita itu tetap akan muncul.
Kardinal, yang juga orang terkuat ketiga di Vatikan dalam jabatannya sebagai bendahara (secretary for the economy), itu akan menunggu keputusan hakim di balik jeruji besi. Pell mengambil cuti dari jabatannya dan datang ke Australia untuk diadili.
Keputusan juri di pengadilan Melbourne ini keluar hanya beberapa hari setelah Vatikan mengadakan pertemuan puncak tentang perlindungan anak-anak dari pelecehan seks. Pada akhir pertemuan empat hari itu, Paus Fransiskus mengatakan, Minggu (24/2/2019), rohaniwan yang melakukan pelecehan seks terhadap anak adalah ”perkakas milik setan”.
PM Morrison terkejut
Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan, ia sangat terkejut mendengar berita ini. ”Korban pelecehan seks dan keluarganya yang saya pikirkan hari ini, dan semua yang mengalami pelecehan seks oleh orang yang seharusnya mereka percayai, tetapi tidak bisa,” tuturnya, Selasa (26/2/2019), seperti dikutip ABC.
Menteri Besar Victoria Daniel Andrews mengatakan, umat yang saleh telah dikhianati.
Pell, yang gemar bermain sepak bola ketika masih di sekolah menengah umum sebelum memutuskan masuk ke seminari, sempat menjadi pastor di Ballarat dan menjabat direktur di Aquinas College. Dengan cepat Pell merangkak dari pastor biasa menjadi uskup agung di Australia.
Ia berkawan dekat dengan beberapa perdana menteri, termasuk mantan Perdana Menteri Tony Abbott. Pell juga merupakan uskup agung pertama yang menangani kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak di gereja Katolik. Ia sangat populer di antara umat dan pernah dianggap sebagai calon paus.
Pell baru setahun menjabat bendahara di Vatikan ketika salah satu dari dua anak yang mengalami pelecehan seksual melaporkannya ke polisi Victoria pada 2015. Anak itu—yang sekarang sudah dewasa—mengatakan, Pell yang baru menjadi Uskup Agung Melbourne telah melakukan pelecehan seksual dua kali terhadapnya di Gereja Katedral St Patrick, Melbourne.
Anak yang namanya dirahasiakan oleh pengadilan itu mengatakan, ia perlu waktu bertahun-tahun sebelum punya keberanian untuk melaporkannya. Temannya yang juga mengalami pelecehan seks sudah meninggal karena mengonsumsi terlalu banyak heroin.
Pell juga dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap dua anak di kolam renang Ballarat—kota kecil sekitar 100 kilometer di sebelah barat Melbourne—pada tahun 1970-an ketika ia masih menjadi pastor di sana. Namun, tuduhan ini kemudian dibatalkan.
Mantan pastor dan ahli sejarah Katolik, Paul Collins, mengatakan, kasus Pell menjadi topik hangat di kalangan umat Katolik. ”Umat Katolik di Australia sudah jenuh…. Sebagai komunitas, kita mendengar terlalu banyak kasus dan krisis yang terbongkar,” ujarnya seperti dikutip ABC.
Pengacara Pell menyatakan, kliennya naik banding. Kemungkinan Pell harus menunggu nasibnya di penjara karena hasil banding membutuhkan waktu berbulan-bulan.