JAKARTA, KOMPAS – Wilayah Tanjung Barat dan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan mengalami perkembangan tata ruang yang signifikan seperti tumbuhnya hunian vertikal dan mal. Dampaknya, kemacetan lalu lintas terutama di pelintasan sebidang sekitar Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta tak terhindarkan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dinas Bina Marga DKI Jakarta berencana membangun jalan layang (fly over) di sekitar simpang IISIP Lenteng Agung.
Saat ini, simpang IISIP menjadi jalur putar balik utama kendaraan dari arah Tanjung Barat yang akan menuju ke Pasar Minggu. Selain itu, kendaraan dari arah Jalan Joe/Kebagusan yang akan mengarah ke Depok juga berputar di titik tersebut.
Padahal di simpang tersebut juga terdapat pelintasan sebidang jalur KRL Jakarta-Bogor. Pada jam sibuk, headway KRL commuter line di jalur tersebut kurang dari lima menit. Akibatnya, kemacetan panjang antrean kendaraan yang akan berputar balik sering tak terhindarkan.
Lurah Lenteng Agung Bayu Pasca Sungkono, Rabu (27/2/2019), mengatakan, Dinas Bina Marga sudah mulai menyosialisasikan rencana pembangunan jalan layang tersebut ke kelurahan. Rencananya, jalan layang akan berbentuk letter U dan menghubungkan antara Lenteng Agung-Jalan Joe/Kebagusan, maupun dari arah Universitas Pancasila ke Jalan Lenteng Agung Raya.
Di tengah-tengah jalan layang juga akan dilengkapi jembatan penyeberangan orang (JPO). Rencananya, proyek tersebut akan dimulai pada Juni 2019 dan ditargetkan selesai di akhir 2020. Ada beberapa bidang lahan yang harus dibebaskan untuk merealisasikan program tersebut. Namun, hingga saat ini masih dalam proses inventarisasi.
“Kami belum bisa sebutkan berapa bidang tanah yang harus dibebaskan karena masih dalam tahap inventarisasi. Apalagi saya juga baru menjabat sebagai lurah Lenteng Agung jadi masih harus mempelajari dulu dokumennya,” kata Bayu.
Bayu mengatakan, alasan pembangunan jalan layang di titik tersebut adalah untuk mengamankan perjalanan kereta dan kendaraan di pelintasan sebidang. Jarak kedatangan kereta pada jam-jam sibuk di titik itu sangat padat sehingga sering terjadi kecelakaan lalu lintas.
Selain itu, perubahan tata ruang di sekitar Lenteng Agung juga akan berdampak pada semakin padatnya lalu lintas di sekitar Tanjung Barat-Lenteng Agung. Oleh karena itu, perlu dibangun infrastruktur untuk mengurai kemacetan di ruas tersebut.
“Ada tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari pembangunan jalan layang ini. Rencana ini sudah melalui pengamatan yang saat lama, sehingga semua faktor sudah dipertimbangkan,” ujar Bayu.
Fungsi dari putaran balik simpang IISIP Lenteng Agung ini pun sangat fital. Sebab, sebelumnya putaran balik di Tanjung Barat arah Pasar Rebo sudah ditutup permanen. Kendaraan yang akan mengarah ke Depok atau Pasar Minggu harus berputar balik di pelintasan tersebut.
VP Komunikasi Perusahaan PT Kereta Commuterline Indonesia (KCI) Eva Chairunnisa sempat menuturkan perjalanan kereta di lintas Jakarta-Bogor dan sebaliknya merupakan jalur terpadat. Sejumlah pelintasan sebidang pun ditutup untuk mengamankan perjalanan kereta CL yang semakin padat.
Namun, karena kesadaran masyarakat soal keamanan di pelintasan sebidang masih rendah, angka kecelakaan di lintas tersebut juga masih sangat tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan pembangunan infrastruktur seperti terowongan maupun jalan layang untuk memisahkan jalur antara kereta CL dan kendaraan.
“Hal ini menjadi kewenangan pemerintah daerah setempat,” ujar Eva.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho menambahkan, ada rencana tiga pembangunan jalan layang dan satu terowongan yang dianggarkan dalam APBD DKI 2019. Ketiga jalan layang tersebut berada di atas pelintasan sebidang kereta api yaitu di daerah Cakung, Tanjung Barat, dan IISIP Lenteng Agung. Adapun, untuk pembangunan terowongan akan dilaksanakan di Senen untuk memperlancar arus lalu lintas di persimpangan Senen.
“Untuk fly over yang melintasi pelintasan sebidang kereta api tujuan pembangunannya adalah untuk mendukung transportasi angkutan massal perkeretaapian, mengurai kemacetan lalu lintas, serta mengurangi angka kecelakaan,” ujar Hari.
Adapun untuk pembangunan terowongan di kawasan Senen, Jakarta Pusat untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di simpang Senen terutama pada jam-jam sibuk.