Kemenpora Diminta Lebih Bijaksana
Pemerintah menerapkan kebijakan reward and punishment supaya cabang lebih serius membina atlet-atlet mudanya. Namun, cabang menilai, itu kontraproduktif.
JAKARTA, KOMPAS Sejumlah cabang olahraga berharap Kementerian Pemuda dan Olahraga lebih bijaksana dalam menerapkan kebijakan reward and punishment terkait target prestasi cabang pada SEA Games 2019 di Filipina.
Cabang khawatir tidak bisa memenuhi target medali karena atlet yang akan diturunkan mayoritas atlet pelapis atau yunior, sesuai instruksi Kemenpora untuk mempercepat regenerasi.
Kebijakan reward and punishment disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi seusai penandatanganan nota kesepahaman (MOU) antara Kemenpora dan tiga cabang olahraga, Senin (25/2/2019).
Cabang yang berhasil memenuhi target prestasi berpeluang mendapat penambahan anggaran pelatnas di tahun berikutnya. Sebaliknya, bagi cabang yang tidak memenuhi target prestasi, anggaran tahun berikutnya dikurangi.
Manajer Pelatnas Angkat Besi (PB PABBSI) Sonny Kasiran, dihubungi dari Jakarta, Selasa (26/2), mengatakan, Kemenpora perlu mempertimbangkan lagi kebijakan reward and punishment itu. Sebab, upaya mencapai target yang dicanangkan pemerintah itu tidak mudah. Angkat besi ditarget menjadi juara umum di SEA Games 2019, mengulangi pencapaian SEA Games 2017 dengan dua medali emas dan dua medali perak.
Padahal, tingkat persaingan antara SEA Games 2017 dan 2019 berbeda. Persaingan angkat besi pada SEA Games 2019 jauh lebih ketat karena menjadi bagian kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Hal itu membuat negara-negara pesaing akan menurunkan para atlet terbaiknya di Filipina.
Bagi para lifter, SEA Games sangat penting untuk menambah perolehan poin untuk lolos ke Tokyo 2020. Saat ini, baru lifter kelas 61 kg Eko Yuli Irawan yang peringkatnya aman, yaitu di posisi kelima klasemen kualifikasi Olimpiade 2020 per 26 Februari. Hanya delapan lifter teratas yang bisa langsung lolos ke Tokyo 2020.
Lifter lain seperti Deni (kelas 67 kg), Triyatno (73 kg), Syarah Anggraini (49 kg), dan Acchedya Jagaddhita (59 kg) masih di luar delapan besar. Mereka butuh banyak kejuaraan untuk mengumpulkan poin. Kondisi ini bertentangan dengan instruksi Kemenpora supaya cabang-cabang menurunkan 60 persen atlet yuniornya di SEA Games 2019.
”Kami harap pemerintah tidak kaku dengan reward and punishment itu. Kalau itu sampai diterapkan, cabang yang susah. Sebab, untuk mencapai target di SEA Games, tidak mudah. Pemerintah sendiri yang minta menurunkan atlet yunior. Tidak semua atlet yunior itu siap berprestasi di SEA Games. Jadi, coba timbang lagi rencana kebijakan itu,” ujar Sonny.
Sekretaris Jenderal PB Wushu Indonesia Ngatino menuturkan, kalau memang akan menerapkan reward and punishment, pemerintah harus memberi cabang kelonggaran, salah satunya tidak harus menurunkan 60 persen atlet yunior. Paling tidak, cabang diberi kesempatan menurunkan 50 persen atlet yunior saja.
PB Wushu Indonesia ditargetkan meraih 2-3 emas. Jika mengandalkan mayoritas atlet yunior, mereka tidak sanggup mengejar target itu.
”Kami akui, kemarin, kami terlena, terutama ketika Lindswell Kwok masih aktif. Regenerasi berlangsung agak lambat. Kini, prestasi atlet yunior dan senior masih jauh. Untuk itu, kami belum bisa drastis mengandalkan mayoritas yunior di SEA Games nanti,” ujar Ngatino.
Fasilitas yang memadai
Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) lebih menyoroti dukungan pemerintah dalam hal menyediakan peralatan dan fasilitas latihan.
Pada SEA Games 2017, cabang atletik Indonesia berada di urutan keempat dengan 5 emas, 7 perak, dan 3 perunggu. Pada SEA Games 2019, atletik Indonesia diminta mengalahkan Malaysia, yang pada SEA Games 2017 duduk di peringkat ketiga dengan 8 emas, 8 perak, dan 9 perunggu.
”Pemerintah sah-sah saja memberikan reward and punishment itu. Tapi, mereka juga harus memikirkan apa saja yang sudah diberikan ke cabang. Jangan fasilitas yang diberikan kurang, tetapi target yang diminta tidak sesuai fasilitas yang ada. Itu tidak adil untuk cabang jika nanti target tidak tercapai dan menanggung sanksi,” tutur Direktur Pelatnas Atletik Mustarah.
Pelecut semangat
Pelaksana Tugas Harian Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Chandra Bhakti menyampaikan, reward and punishment itu muncul untuk melecut semangat cabang agar serius melakukan regenerasi atlet.
Pemerintah tetap mensyaratkan cabang menurunkan 60 persen atlet yuniornya. SEA Games dianggap sebagai target antara untuk wadah regenerasi, sedangkan target utama adalah Asian Games dan Olimpiade.
”Dengan ini, kami harap juga ada tanggung jawab bersama antara cabang dan Kemenpora. Selama ini, jika Indonesia gagal di ajang multicabang, Kemenpora yang selalu disalahkan. Dengan adanya reward and punishment itu, diharapkan cabang juga ada tanggung jawab jika gagal memenuhi prestasi,” kata Chandra tegas. (DRI)