Lea Lagukan Ella
Legenda jazz Ella Fitzgerald (1917-1996) mewariskan ratusan nyanyian indah karya komposer legendaris pula. Lea Simanjuntak menjumput beberapa lagu tersebut dalam pergelaran musik Dream a Little Dream of Ella di @america, Jakarta, Jumat (23/2/2019) malam.
Summertime, and the livin’ is easy/Fish are jumpin’ and the cotton is high/Oh, your daddy’s rich and your ma is good-lookin’/So hush, little baby, don’t you cry
Itu cuplikan bait pertama lagu ”Summertime” yang pernah dipopulerkan Ella Fitzgerald. Tampil dikawal Andreas Arianto’s Forte Six Band, Lea Simanjuntak dengan gaya personalnya menafsir lagu-lagu yang dipopulerkan Ella sejak era 1930-an. Sebuah persambungan sejarah yang terdengar lewat pertunjukan musik singkat dan manis.
Ella Fitzgerald, juga Sarah Vaughan, dan Billie Holiday termasuk diva-diva yang ikut mendefinisikan apa itu vokal jazz. Gaya nyanyi mereka menjadi rujukan penyanyi jazz pada generasi berikutnya.
Nama Ella sangat ikonik. Beragam julukan disandangkan kepadanya, seperti ”First Lady of Song”, ”Queen of Jazz”, ”The Voice of Jazz”, dan ”Lady Ella”. Lembaga kebudayaan Amerika @america memperkenalkan sosok yang mewakili kultur Amerika tersebut lewat Lea Simanjuntak.
Lea tampak tidak terbebani oleh ”kesaktian” Ella. Lea mencoba menafsir Ella dengan pengalamannya sebagai penyanyi. Dari cara bernyanyi, Lea tampak tidak berpretensi untuk nge-jazz. Begitu pula garapan musik Andreas Arianto’s Forte Six Band, tidak di-jazz-jazz-kan meski terasa flavor jazz dan improvisatif.
Lea tampak tidak terbebani oleh ”kesaktian” Ella. Lea mencoba menafsir Ella dengan pengalamannya sebagai penyanyi.
Lea juga tidak sedang berusaha memirip-miripkan diri dengan Ella karena karakter suara memang jauh berbeda. Lea yang bersuara sopran mengatakan, ia perlu berusaha ekstra untuk membuat nada medium menjadi rendah. Sementara jangkauan suara Ella ada di wilayah mezzo-soprano. ”Ciri khas suara Ella itu gemuk. Ella membuat nada medium ke rendah menjadi ’bermartabat’,” kata Lea.
Dengan melepas beban-beban label jazz itu, Lea tampil lebih lugas, rileks, dan komunikatif. Repertoar pun dipilih Lea ke lagu yang cenderung sesuai karakter Lea. ”Lagu-lagu yang bisa aku mainin di panggung,” kata Lea.
Mungkin itulah kata kuncinya, bisa (di)mainin, ada unsur playfulness. Artinya, Lea akrab dengan materi lagu, dan dengan dengan demikian ia membawakannya dengan nyaman, akrab. Dia bisa bercanda, mengeluarkan isi lagu tidak hanya dengan suara, tetapi juga dengan mimik dan gerak tubuh. Dan suasana nyaman itulah yang sampai kepada audiens.
Lagu panggung
Lea tampaknya mempersiapkan penampilan panggung dengan cukup cermat. Setiap lagu ia perlakukan sebagai satu peristiwa panggung, dengan gaya sesuai karakter lagu. ”Summertime”, misalnya, dibawakan Lea dengan topi hitam bercadar transparan. Lagu karya George Gershwin dengan lirik garapan DuBose Heyward itu memang lagu panggung dari opera Porgy and Bess era 1930-an. Lea memperlakukan ”Summertime” sebagaimana lagu itu dulu dihidupkan di panggung opera.
Dan tampaknya Lea sengaja memilih lagu-lagu dari panggung opera pop atau musikal. ”My Funny Valentine” karya Richard Rodgers dan Lorenz Hart lahir dari musikal Babes in Arms (1937). ”Someone to Watch over Me” karya George Gershwin dan Ira Gershwin muncul dalam musikal Oh, Kay! (1926). ”’S Wonderful”, juga dari George dan Ira Gershwin, diambil dari musikal Broadway Funny Face (1927). Begitu pula ”Mack the Knife” karya Kurt Weill dengan lirik oleh Bertolt Brecht lahir dari drama musikal Die Dreigroschenoper atau The Threepenny Opera (1928).
Lea cukup piawai menghidupkan lagu-lagu tersebut dengan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan tentu saja lewat cara bernyanyi.
Di balik popularitas lagu-lagu tersebut ada peran seorang Ella Fitzgerald yang sama sekali tak terkait dengan panggung musikal. Ella menyanyikan lagu-lagu tersebut sebagai penyanyi di studio rekaman dan di konser. Dari suara Ella dan dari cara dia berinterpretasi, lagu-lagu tersebut mempunyai sisi keindahan yang lain dibandingkan penyanyi lain yang juga pernah membawakan lagu tersebut.
Keindahan suara Ella yang melintas zaman, hingga ke suatu masa seorang Lea Simanjuntak menyanyikan lagu-lagu tersebut sebagai penghormatan untuk Ella sang legenda.