Vietnam, dari ”Negara Perang” Menjadi Penganjur Damai
Oleh
MYRNA RATNA
·2 menit baca
Ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bersiap melakukan pertemuan, Rabu (27/2/2019) malam ini. Tuan rumah Vietnam yang dahulu dipersepsikan sebagai ”negara perang” kini menikmati status barunya sebagai penganjur perdamaian.
Trump dan Kim akan melanjutkan pertemuan bersejarah, lanjutan dari pertemuan mereka yang sebelumnya dilakukan di Singapura pada Juni 2018 untuk merundingkan isu denuklirisasi Semenanjung Korea. Keberhasilan Vietnam menyelenggarakan pertemuan sangat penting itu menunjukkan bahwa negara itu bisa dipercaya.
Vietnam tidak saja bisa berdamai dengan ”musuh lama”-nya, tetapi juga mampu membantu negara lain untuk melakukan hal serupa.
Vietnam pernah terisolasi secara diplomatik selama puluhan tahun setelah terlibat dalam perang selama hampir 45 tahun, yaitu sejak berakhir Perang Dunia II sampai awal 1990-an, melawan Perancis, Amerika Serikat, China, Kamboja, dan Khmer Merah.
”Tetapi, kali ini Hanoi adalah kota perdamaian. Vietnam adalah negara pendukung perdamaian, tetapi juga pernah menderita dalam peperangan. Perang seharusnya berakhir dengan perundingan damai,” kata Wakil Menlu Vietnam Le Hoai Trung kepada wartawan.
Reputasi menguat
Menurut pejabat senior Vietnam, Hanoi telah mendorong badan keamanan AS dan Korut untuk bekerja sama mempersiapkan pertemuan ini. Bahkan, Vietnam sudah menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah pertemuan Trump-Kim berikutnya.
”Pertemuan yang sukses akan mengangkat reputasi Vietnam. Suara Vietnam akan lebih kuat. Sebuah negara yang bertindak dengan tanggung jawab, sebuah negara yang dapat dipercaya, akan memiliki suara yang berbeda,” kata Nguyen Quy Binh, mantan duta besar dan perwakilan tetap Vietnam di PBB.
Pertemuan yang sukses akan mengangkat reputasi Vietnam. Suara Vietnam akan lebih kuat.
Vietnam berharap, AS dan Korut menandatangani deklarasi damai untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea 1950-1953. Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata, bukan traktat damai, dan Korut antusias untuk menandatangani traktat damai. Namun, Washington menginginkan Korut lebih dulu melakukan denuklirisasi.
Para diplomat Barat dan Asia juga berharap, Vietnam mampu mendukung reformasi yang terjadi di Korut. Upaya itu akan diperkuat melalui posisi Vietnam yang akan menjadi ketua ASEAN tahun depan. Ada kemungkinan Vietnam juga menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada 2021.
”Menjadi tuan rumah untuk sebuah pertemuan yang sangat penting dan sensitif merupakan kemajuan besar bagi Hanoi. Para pejabat Vietnam sangat gembira dengan perkembangan yang terjadi,” kata seorang diplomat Barat. (REUTERS)