Hingga Kamis malam tercatat lebih dari 500 rumah rusak ringan hingga berat dan 55 korban luka. Gempa juga membuat warga belum berani masuk ke rumah.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
SOLOK SELATAN, KOMPAS – Dua kali gempa bumi tektonik dangkal mengguncang Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Kamis (28/2/2019). Akibat kejadian itu, hingga Kamis malam tercatat lebih dari 500 rumah rusak ringan hingga berat dan 55 korban luka. Gempa juga membuat warga belum berani masuk ke rumah.
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang, gempa bumi pertama terjadi pada pukul 01.55 dengan magnitudo 4,8 dan gempa bumi kedua pada pukul 06.27 dengan magnitudo 5,3.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Irwan Slamet, mengatakan, gempa bumi pada pukul 01.55 berada di darat pada koordinat 1,59 Lintang Selatan (LS) dan 101.27 Bujur Timur (BT). Tepatnya 19 kilometer Barat Daya Kabupaten Solok Selatan. Pusat gempa berada pada kedalaman 11 kilometer.
Adapun gempa pada pukul 06.27 terletak pada koordinat 1,4 LS dan 101,53 BT atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 36 kilometer arah Timur Laut Kota Padang Aro, Kabupaten Solok Selatan. Pusat gempa berada pada kedalaman 10 km.
Jika memperhatikan lokasi episenter (titik pusat gempabumi di atas permukaan bumi) dan kedalaman hiposenter (titik gempa di bawah permukaan bumi), gempa yang terjadi adalah jenis gempabumi tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake). Gempa terjadi akibat aktivitas Zona Sesar Sumatera, tepatnya pada pertemuan segmen Suliti dan Siulak.
Guncangan gempa pada pukul 01.55 dirasakan di Solok Selatan berkisar II Skala Intensitas Gempabumi BMKG (SIG-BMKG) atau antara II-III Modefied Mercalli Intensity (MMI) atau skala untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Sementara, gempa pukul 06.27, guncangan dirasakan di daerah Solok Selatan pada skala IV MMI, Kota Padang dengan skala III-IV MMI, Kota Painan (Pesisir Selatan) dan Kota Padang Panjang dengan skala II-III MMI, Kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota dengan skala II MMI, serta Kepahiang, Bengkulu, dengan skala I MMI.
Wakil Bupati Solok Selatan Abdul Rahman Kamis malam mengatakan, hingga pukul 20.00 tercatat ada lebih dari 500 unit rumah rusak di tiga Kecamatan yakni Kecamatan Sangir Balai Janggo, Kecamatan Sangir Batang Hari, dan Kecamatan Sangir Jujuan. Data kerusakan masih diperbaharui karena luasnya wilayah terdampak dengan jumlah penduduk lebih dari 30.000 jiwa.
Selain rumah warga, gempa juga mengakibatkan satu sekolah yakni Madrasah Ibtidaiyah 3 Solok Selatan di Sangir Jujuan, dua sarana kesehatan yakni Puskemas Mercu di Sangir Jujuan dan Posyandu Nagari Talunan Maju Sangir Balai Janggo, serta Musholla Al Barokah di Nagari Talunan Maju, rusak.
Sementara, korban luka sudah mencapai 55 orang. “Sebagian besar sudah kami rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Solok Selatan,” kata Abdul.
Sebagai tindak lanjut, kata Abdul, pemda sudah menetapkan masa tanggap darurat 14 hari terhitung sejak Kamis ini. Selama masa tanggap darurat, semua sumber daya atau kekuatan di pemerintah daerah dikerahkan untuk membantu masyarakat, termasuk pendataan dan menjangkau pemukiman warga.
“Terpenting adalah bagaimana memastikan masyarakat yang terdampak, khususnya yang luka-luka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Kepada Dinas Kesehatan sudah kami instruksikan agar pro aktif menjangkau masyarakat yang kekurangan akses,” kata Abdul Rahman.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan sekaligus Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana Solok Selatan Sumardianto, selain bantuan tenda, mereka juga sudah menyalurkan logistik berupa makanan untuk warga.
Pantauan Kompas di Nagari Sungai Kunyit, Kecamatan Sangir Balai Janggo, hingga pukul 21.00, hampir seluruh warga terlihat berada di luar rumah dan tinggal di tenda-tenda pengungsian. Ada yang mendirikan tenda sendiri dari terpal, ada juga yang memanfaatkan tenda dari pemerintah daerah.
Pemukiman warga terlihat lengang karena rumah-rumah ditinggal warga ke posko-posko pengungsian. Selain retak-retak, terlihat rumah warga rusak terutama di bagian depan. Reruntuhan bangunan terlihat menumpuk di depan rumah dan hingga Kamis belum dibersihkan.