Kim Jong Un berpandangan berbeda dibandingkan kakek dan ayahnya serta ingin perbaikan ekonomi. Walakin, ia akan lebih memprioritaskan kendali atas Korea Utara.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump amat yakin Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mau menukar nuklir demi kondisi ekonomi Korea Utara yang lebih baik.
Trump dan Kim mengawali perundingan di Hanoi, Vietnam, dengan pertemuan empat mata dan jamuan makan malam, Rabu (27/2/ 2019). Pagi harinya, Trump berkicau di akun Twitter-nya, ”Vietnam berkembang pesat, seperti beberapa tempat di bumi. Korea Utara akan sama, dan sangat cepat, jika melakukan denuklirisasi.”
Trump mengiming-iming Kim, jika memilih denuklirisasi, Korut akan berkembang sepesat Vietnam. Pertanyaannya, benarkah Kim menginginkan negaranya bakal berubah seperti Vietnam?
Kim memang ingin memajukan perekonomian Korut. Setelah menyatakan uji coba persenjataan telah lengkap pada 2018, Kim mengalihkan perhatian pada ekonomi. Pembelot Korut yang menjadi ekonom di Bank Pembangunan Korea, Kim Young-hui, menyatakan bahwa Kim Jong Un—seorang didikan Swiss—mempunyai pandangan berbeda dibandingkan kakeknya, Kim Il Sung, dan ayahnya, Kim Jong Il. Dua Kim senior itu lebih memperhatikan pengembangan kekuatan militer dan jarang ke luar negeri.
Adapun Kim Jong Un menghabiskan beberapa bulan terakhir untuk melawat ke luar negeri. Ia berusaha mengakhiri sanksi yang menyebabkan perekonomian Korut terus memburuk. Bahkan, ia melakukan hal yang mustahil dilakukan kakek dan ayahnya: berunding dengan musuh terbesar, AS.
Mantan analis CIA, William Brown, menyatakan bahwa Korut berpotensi maju. Hal itu mengacu pada upah amat rendah pada sumber daya manusia Korut yang memiliki kecakapan bahasa dan matematika yang amat tinggi. Selain itu, Korut juga mempunyai cadangan sumber daya alam yang diduga melimpah, yakni timbal, timah sari, batubara, dan bijih besi. Korut juga terletak di antara empat negara maju yang perekonomiannya menuju kejenuhan (Jepang, Korea Selatan, China, Rusia).
Menjaga kendali
Namun, Kim mungkin tidak ingin model Vietnam diterapkan di Korut. Model Vietnam menuntut pengurangan kendali yang ketat atas Korut. Padahal, kontrol yang kuat itu adalah warisan paling berharga yang diterima Kim dari kakek dan ayahnya.
Salah satu modal kemajuan Vietnam adalah penyatuan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Penerapan di Semenanjung Korea berarti menghapus Korsel dan Korut. Dengan kondisi Korsel yang lebih baik dibandingkan Korut, lebih mungkin sistem Korut— dan juga kendali Kim—bakal hilang setelah penyatuan dua Korea.
Tanpa penyatuan pun, model Vietnam akan memaksa Kim kehilangan kendali. Sebab, Vietnam membuka aliran modal asing dan penyesuaian dengan sistem internasional. Kombinasi perbaikan ekonomi dan aliran modal asing juga bisa diikuti kebebasan berpendapat. Ini sangat bertentangan dengan kendali ketat di Korut.
Pengamat Korut di Henry L Stimson Center, Benjamin Katzeff Silberstein, menyebut Kim lebih memilih memegang kendali dibandingkan reformasi ekonomi. Kim jelas tak mau menghentikan program nuklir tanpa imbalan sepadan. (AFP/REUTERS/RAZ)