Perusahaan Rintisan Kekurangan Tenaga Penulis Kode Komputer
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Perusahaan rintisan mengeluhkan minimnya jumlah tenaga ahli penulis kode komputer yang berkompeten. Padahal tenaga ahli penulis kode komputer merupakan salah satu tulang punggung perusahaan rintisan. Kondisi ini menjadi kendala untuk mengembangkan usaha mereka.
Hal itu menyeruak dalam diskusi FinTech Media Clinic yang diadakan oleh Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) di kantor Aftech, Kamis (28/2). Turut hadir dalam acara itu Founder CitCall.com Joel Kereh, Chief Executive Officer & President Director Futuready Sendy, dan Vice President Engineering Online-Pajak Kristian Gunawan.
Joel mengatakan, minimnya ketersediaan tenaga ahli penulis kode komputer jadi kendala pengembangan skala usahanya. Padahal perusahaan rintisan menjadikan teknologi sebagai tulang punggung dalam menjalankan usaha.
“Kami ingin terus berinovasi dan mengembangkan usaha. Tapi kapasitas dan kuantitas tenaga ahli penulis kode komputer kami terbatas. Kami mau merekrut tenaga baru pun jumlah yang tersedia tidak banyak,” ujar Joel.
CitCall yang bergerak di bidang penyedia jasa keamanan data dan kata kunci, memerlukan banyak tenaga ahli untuk terus meningkatkan pelayanannya. Di sisi lain, perusahaan juga harus terus melakukan riset agar perusahaannya bisa mengeluarkan inovasi produk. Sejak beroperasi awal 2018, CitCall telah memiliki 50 klien yang hampir seluruhya adalah sesama perusahaan rintisan.
Keluhan sulit mencari tenaga ahli penulis kode juga dikemukakan oleh Sendy. Ia menilai berkembang pesatnya jumlah perusahaan rintisan dalam beberapa tahun terakhir turut meningkatkan permintaan akan tenaga ahli penulis kode. Namun, jumlah tenaga ahli kode yang ada saat ini belum mencukupi kebutuhan perusahaan rintisan yang ada.
Berkembang pesatnya jumlah perusahaan rintisan dalam beberapa tahun terakhir turut meningkatkan permintaan akan tenaga ahli penulis kode.
“Biasanya yang tenaga ahli yang bagus dan berpengalaman pasti sudah bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Untuk membajak mereka pun butuh tawaran gaji yang tidak sedikit, sehingga tidak masuk hitungan bisnis perusahaan rintisan,” ujar Sendy.
Pemimpin perusahaan pialang asuransi daring ini mengatakan, perusahaan rintisan biasanya mencoba menggaet mahasiswa jurusan komputer di tingkat akhir untuk menjadi tenaga penulis kode. Mahasiswa itu kemudian dilatih kemampuan dan keterampilannya oleh tenaga ahli kode komputer yang ada di perusahannya. Namun, Sendy mengatakan, seandainya perusahaannya diperkuat tenaga ahli penulis kode yang berpengalaman, tentu perusahaannya lebih cepat melesat.
Sekolah keterampilan
Menyadari sulitnya mencari tenaga ahli penulis kode, perusahaan rintisan teknologi finansial, Online-Pajak, berencana untuk membuat sekolah khusus pelatihan keterampilan tenaga ahli penulis kode komputer.
Kristian menjelaskan, Online-Pajak akan bekerja sama dengan sekolah pelatihan penulisan kode program komputer asal Perancis, School 42. Ia mengatakan, rencananya sekolah itu akan beroperasi akhir tahun ini.
“Kami membuka sekolah ini untuk menjadi solusi kurangnya sumber daya tenaga ahli penulis kode ini. Apalagi saat ini Indonesia sudah mulai memasuki industri 4.0. Sudah dipastikan ke depan kebutuhan akan tenaga ini akan meningkat,” ujar Kristian.
Sebelum Online-Pajak, ada beberapa pihak swasta yang juga membuka sekolah pelatihan untuk tenaga ahli penulis kode komputer. Salah satunya adalah Binar Academy yang berlokasi di Yogyakarta. Didirikan oleh mantan petinggi Gojek, Alamanda Shantika ingin perusahaan rintisan bisa tumbuh lebih banyak dan pesat.
Menanggapi meningkatnya kebutuhan tenaga ahli komputer di era industri 4.0, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, kementeriannya sudah meluncurkan program vokasi di SMK agar sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.
“Guna memenuhi kompetensi SDM tersebut, kita harus melakukan retraining skill untuk pekerjaan baru. Ini sejalan keinginan Presiden Joko Widodo yang tahun ini difokuskan untuk membangun SDM berkualitas melalui kegiatan pelatihan dan pendidikan vokasi industri secara masif, dengan konsep dual system di SMK dan politeknik,” ujar Airlangga dalam siaran pers yang diterima KOMPAS, Kamis (28/2/2019).
Sejak tahun 2017, Kementerian Perindustrian meluncurkan program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri. Hingga saat ini, telah menjangkau wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan hingga Sulawesi dengan menggandeng sebanyak 2.074 SMK dan 745 perusahaan yang melibatkan lebih dari 441.800 siswa.
Implementasi industri 4.0 akan membuka peluang kerja hingga 17 juta orang yang melek teknologi digital, dengan komposisi 4,5 juta orang dari sektor manufaktur dan 12,5 juta orang dari industri penunjangnya.