Ketajaman serangan AC Milan yang diperkuat striker Krzysztof Piatek masih memiliki celah. Lazio merupakan tim pertama yang melihat celah itu dan memaksa Milan menyiapkan alternatif skema permainan baru.
ROMA, RABU –AC Milan yang sedang naik daun karena memiliki striker tajam seperti Krzysztof Piatek tidak lantas membuat Lazio gentar. Lazio justru berhasil menemukan cara untuk mengurung Piatek dan menahan imbang Milan 0-0 pada laga pertama semifinal Piala Italia di Stadion Olimpico, Rabu (27/2/2019) dini hari WIB.
Piatek, striker asal Polandia yang berusia 23 tahun itu merupakan sensasi baru di Italia. Setelah direkrut dari klub papan tengah di Liga Polandia, Cracovia, Piatek hanya butuh separuh musim untuk mencetak total 16 gol bersama Genoa pada musim ini. Milan langsung kepincut dan membelinya seharga 35 juta euro atau sekitar Rp 565 miliar.
Pembelian itu tidak sia-sia karena Piatek selalu mencetak gol dalam lima laga pertamanya sebagai pemain inti Milan, dan kini telah mencetak total tujuh gol untuk klub barunya itu. Pelatih AC Milan Gennaro Gattuso kemudian mengatakan bahwa klubnya sudah melihat titik terang.
Dengan Piatek, Milan telah mencetak 12 gol dalam enam laga terakhir. Tren positif ini ternyata tidak menjadi ancaman bagi Lazio yang dalam tiga laga terakhirnya selalu kalah. Pelatih Lazio Simone Inzaghi memiliki taktik jitu untuk mengacaukan aliran bola dari lini tengah Milan ke Piatek dan berhasil.
Lazio mengunci pergerakan para gelandang Milan, Lucas Paqueta, Tiemoue Bakayoko, dan Franck Kessie. Mereka menekan dan terus berusaha menyerang gawang Milan sepanjang laga. Situasi semakin mudah bagi Lazio ketika Kessie mengalami cedera dan harus diganti pada menit ke-29.
Tekanan itu membuat Milan hanya bisa mencatatkan satu tembakan tepat ke gawang Lazio sebanyak satu kali.
”Kami membuat Milan tidak bisa berbuat apa-apa. Kekurangan kami hanyalah tidak bisa mencetak gol,” kata Inzaghi seperti dikutip laman Football Italia.
Meski tidak bisa mencetak gol, hasil imbang ini pun terasa seperti sebuah kemenangan bagi Lazio yang sedang dilanda badai cedera. Penting bagi Lazio untuk mencegah Milan menabung gol tandang pada laga malam itu. Jika Milan berhasil mencetak gol, Lazio akan kesulitan pada laga kedua di Stadion San Siro, kandang Milan, pada 23 April 2019.
Hasil imbang ini pun mengingatkan kembali pertemuan kedua tim pada babak semifinal musim lalu. Laga pertama dan kedua selalu berakhir imbang 0-0 sehingga harus diselesaikan dengan adu penalti yang dimenangkan Milan.
Dampak rotasi
Gattuso menyadari penampilan buruk timnya malam itu dipengaruhi rotasi pemain karena ia sengaja mengistirahatkan beberapa pemain kunci. Ia memainkan Fabio Borini sebagai penyerang sayap kiri menggantikan Hakan Calhanoglu, juga memainkan Diego Laxalt sebagai bek sayap menggantikan Ricardo Rodriguez.
Pada laga-laga sebelumnya, Rodriguez maupun Calhanoglu merupakan pemain yang sering memasok umpan kepada Piatek. Di balik gol-gol Piatek, Rodriguez sudah menyumbang satu asis dan Calhanoglu menyumbang dua asis. ”Namun, mereka (Rodriguez dan Calhanoglu) butuh istirahat dan kami perlu melakukan sesuatu yang beda,” kata Gattuso.
Hasil imbang ini harus dievaluasi secara cepat oleh Gattuso jika tidak ingin kehilangan kesempatan meraih trofi musim ini. Terungkapnya kelemahan mereka juga membahayakan peluang untuk menjaga posisi empat besar klasemen Liga Italia dan merebut tiket ke Liga Champions musim depan. (AFP/REUTERS)