JAKARTA, KOMPAS - Bank Indonesia memprediksi, pada akhir tahun inflasi Indonesia akan lebih rendah dari 3,5 persen. Hal itu sejalan dengan survei pemantauan harga yang disampaikan Bank Indonesia sebelumnya bahwa harga barang dan jasa terus terkendali.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan dalam dua tahun sebelumnya, pada Februari, Indonesia selalu mencatatkan inflasi. Penurunan harga kelompok pangan dan harga barang yang diatur pemerintah awal tahun ini, turut membantu mengendalikan pergerakan harga barang.
“Koordinasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan BI sukses mengendalikan harga. Selain kelompok barang yang harganya diatur pemerintah, harga semua komoditas yang mudah bergejolak khususnya daging ayam, cabe merah, telur, dan bawang terkendali,” ujarnya di Jakarta, Jumat (1/3/2019)
Sebelumnya, berpedoman pada hasil survei pemantauan harga, BI telah memperkirakan deflasi terjadi pada Februari 2019. Perry mengatakan, terkendalinya inflasi mengonfirmasi inflasi akhir tahun akan lebih rendah dari titik tengah sasaran inflasi sebesar 3,5 persen.
“Prediksi BI inflasi akan lebih rendah dari 3,5 persen. Angka ini menjadi titik tengah sasaran inflasi untuk tahun 2019,” kata Perry.
Inflasi akan lebih rendah dari 3,5 persen. Angka ini menjadi titik tengah sasaran inflasi untuk tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pergerakkan indeks harga konsumen (IHK) selama Februari 2019 berbalik menjadi deflasi sebesar 0,08 persen. Hal itu menambah keyakinan BI bahwa inflasi pada 2019 akan berada di bawah 3,5 persen. Adapun sepanjang 2018 lalu, inflasi tercatat mencapai 3,13 persen.
Berdasarkan IHK sepanjang Februari, sejumlah komoditas penting yang alami deflasi di antaranya daging ayam ras sebesar 0,06 persen, cabai merah (0,06 persen), telur ayam ras (0,05 persen), bawang merah (0,04 persen), dan cabai rawit (0,02 persen).
Menurut kelompok pengeluaran, bahan makanan menyumbang deflasi sebesar 1,11 persen. Adapun bahan bakar nonsubsudi, serta komunikasi dan jasa Keuangan harganya relatif terjaga akibat penurunan harga pada Februari. Inflasi pada komponen itu relatif kecil, yaitu sebesar 0,05 persen. BPS juga menyebutkan inflasi inti pada Februari 2019 rendah, yaitu sebesar 0,26 persen.
Ekonom Asian Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi mengatakan, terdapat sejumlah indikator yang membuat inflasi inti rendah. Salah satunya, peningkatan kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi sehingga tidak terjadi kelangkaan.
“Suplai agregat masih lebih tinggi dari permintaan agregat sehingga meski permintaan naik, tak terlihat adanya tekanan inflasi di sisi permintaan,” ujarnya.
Dari sisi internal ekspekasi pasar domestik terhadap inflasi juga rendah. Sementara dari sisi eksternal inflasi dari luar negeri, baik dana rupiah maupun impor masih rendah. Aspek-aspek tersebut mendukung terjaganya inflasi hingga saat ini.
“Target inflasi bahkan bisa lebih rendah dari tahun lalu selama koordinasi BI, pemerintah pusat, pemerintah daerah, tetap kuat untuk terus memastikan harga terkendali untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Eric.