Daerah pemilihan Kepulauan Riau akan menjadi medan pertarungan terbuka pada perebutan kursi DPR tahun ini. Pemilih yang heterogen serta luasnya cakupan wilayah pemilihan membuka peluang bagi setiap calon anggota legislatif untuk dapat melenggang ke Senayan.
Heterogenitas pada dapil ini dapat diukur dari dua hal, yaitu loyalitas dan partisipasi pemilih. Dari sisi loyalitas, Kepulauan Riau merupakan dapil dengan fanatisme pemilih yang rendah. Hal ini tecermin dari partai dan caleg pemenang yang berbeda pada dua pemilu terakhir.
Kemenangan Golkar (17,2 persen suara) pada Pemilu 2009 tidak bisa dipertahankan dari PDI-P yang menjadi pemenang pada pemilu selanjutnya dengan 16,1 persen suara. Kemenangan yang tipis ini pun tidak merata di kabupaten dan kota yang ada di dapil kepulauan ini. PDI-P sebagai pemenang Pemilu 2014, misalnya, hanya mampu unggul di tiga dari tujuh kabupaten/kota.
Pola yang sama terjadi juga di level caleg. Pada Pemilu 2014, tak ada satu caleg pun terpilih pada Pemilu 2009 yang kembali masuk ke Senayan. Padahal, saat itu semua petahana kembali mencalonkan diri di dapil ini. Ketokohan caleg menjadi modal masuk ke dalam pertarungan. Sebut saja Nyat Kadir (Wali Kota Batam periode 2001-2005) dan Asman Abnur (Wakil Wali Kota Batam periode 2001-2003) yang terpilih menjadi anggota DPR pada Pemilu 2014.
Heterogenitas pemilih pada dapil ini juga terlihat dari sisi partisipasi pemilih. Pada pemilu terakhir, partisipasi pemilih dapil Kepri mencapai 71,6 persen. Namun, menilik partisipasi pemilih per kabupaten/kota, tampak perbedaan yang cukup jauh. Sebagai perbandingan, partisipasi pemilih di Kabupaten Karimun hanya 67,7 persen, sementara angka partisipasi pemilih di Kepulauan Natuna 88,6 persen.
Langkah mobilisasi massa menjadi pekerjaan yang tidak mudah. Secara geografis, dapil ini memang menantang, baik bagi penyelenggara maupun peserta pemilu. Dari total 1.796 pulau, terdapat 394 pulau berpenghuni yang tersebar di lima kabupaten dan dua kota.
Di luar kendala teknis yang harus diantisipasi, terbukanya arena pertarungan di Kepri menjadi keuntungan bagi caleg baru untuk menghadapi caleg wajah lama. Apalagi, hanya 12,3 persen caleg wajah lama yang bertahan di dapil ini. Sebaliknya, tantangan bagi caleg wajah lama untuk membuktikan popularitasnya.
Salah satunya Asman Abnur yang kembali maju dengan modal sempat menjadi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (2016-2018). Pertarungan di dapil Kepri menjadi menarik untuk ditunggu partai dan caleg mana yang akan menjadi pemenangnya April nanti. (LITBANG KOMPAS)