Deflasi Terjadi akibat Merosotnya Harga di Tingkat Petani
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan indeks harga konsumen pada Februari 2019 secara bulanan mengalami deflasi 0,08 persen. Deflasi itu merupakan imbas tertekannya harga di tingkat produsen pangan, yaitu petani.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju deflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Februari 2019 sebesar 0,08 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara tahun berjalan, hingga Februari terjadi inflasi 0,24 persen.
Kelompok pengeluaran bahan makanan menjadi komponen penyumbang deflasi bulanan terbesar pada bulan tersebut. Andilnya sebesar 0,24 persen dengan besaran deflasi 1,11 persen.
Di tingkat desa, pergerakan IHK juga mengalami deflasi 0,29 persen pada Februari 2019. Adapun komponen yang mengalami deflasi tertinggi ialah bahan makanan sebesar 0,97 persen.
Seiring dengan deflasi kelompok bahan makanan di tingkat konsumen, nilai tukar petani (NTP) turun 0,37 persen pada Februari 2019 dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan itu disebabkan oleh lebih besarnya penyusutan harga yang diterima petani, yakni 0,53 persen, dibandingkan dengan harga yang dibayarkan petani.
Secara spesifik, NTP subsektor tanaman pangan, misalnya padi dan jagung, turun 0,8 persen. Penurunan tertinggi dialami oleh NTP subsektor hortikultura, yakni 1,47 persen. Contoh tanaman hortikultura ialah cabai dan bawang.
Oleh sebab itu, deflasi Februari 2019 lebih disebabkan oleh merosotnya harga di tingkat produsen, terutama komoditas pangan. ”Penurunan harga sudah terjadi di tingkat petani. Ke depannya, perlu ada rencana aksi untuk menjaga harga di tingkat petani yang tecermin dalam indikator nilai tukar petani,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Yunita Rusanti saat ditemui setelah konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/3/2019).
Penurunan harga sudah terjadi di tingkat petani. Ke depannya, perlu ada rencana aksi untuk menjaga harga di tingkat petani yang tecermin dalam indikator nilai tukar petani.
Jika menilik rantai pasok bahan pangan dari hulu ke hilir, penurunan nilai terjadi di setiap aspek, termasuk distribusi. Penurunan pada aspek distribusi ditandai dengan indeks harga perdagangan besar nonmigas. Dalam indeks ini, sektor pertanian mengalami kemerosotan tertinggi sebesar 2,26 persen.
Berdasarkan data BPS, komoditas pangan yang paling anjlok harganya ialah cabai merah. Andil cabai merah terhadap deflasi pangan di tingkat konsumen 0,06 persen dan memiliki kontribusi tertinggi. Sementara penurunan nilai tukar petani cabai 0,28 persen.
Komoditas gabah juga mengalami penurunan harga di tingkat petani. Pada Februari 2019, harga gabah kering panen di tingkat petani turun 4,46 persen menjadi Rp 5.114 per kilogram (kg). Harga beras medium di tingkat penggilingan juga turun 1,04 persen menjadi Rp 9.800 per kg.
Disinsentif
Peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Latif Adam, berpendapat, fenomena tersebut menggambarkan titik kronis pada kondisi deflasi saat ini berada di tingkat petani. Suplai komoditas pangan hasil panen petani tidak terserap dengan daya beli konsumen saat ini.
Kondisi itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. ”Secara jangka panjang, Indonesia terancam gagal swasembada pangan karena kondisi deflasi akibat tekanan harga di tingkat petani menjadi disintensif untuk petani. Hal ini membuat kegiatan pertanian bisa ditinggalkan,” tutur Latif.
Deflasi akibat tekanan harga di tingkat petani menjadi disintensif untuk petani. Hal ini membuat kegiatan pertanian bisa ditinggalkan.
Untuk mengatasinya, Latif mengimbau pemerintah untuk membentuk kebijakan harga yang komprehensif dari produsen ke konsumen. Kebijakan tersebut mesti mampu menjamin harga di tingkat petani.
Secara musiman, Latif menambahkan, deflasi akibat tertekannya harga di tingkat petani disebabkan oleh keadaan tahun politik. ”Pangan merupakan salah satu komoditas politik sehingga harga di tingkat konsumen dijaga rendah. Akibatnya, harga petani tertekan dan konsumen dimanjakan,” ujarnya.
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, deflasi pada Februari 2019 terkendali secara umum. Penurunan harga sejumlah bahan pangan dinilai normal karena sebelumnya terjadi kenaikan harga.
Ke depannya, Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika mengatakan, pemerintah akan memperkuat pemetaan ketersediaan komoditas pangan di daerah. Pemetaan ini dapat menggambarkan daerah yang surplus dan defisit sehingga mampu saling mengisi stok pangan. (JUD/SHARON PATRICIA)