JAKARTA, KOMPAS — Diversifikasi pasar, produk, dan pelaku usaha merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja ekspor. Apalagi, tahun ini pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor 7-9 persen.
”Selama ini, sekitar 50 persen ekspor kita hanya tertuju ke lima negara, yaitu Amerika Serikat, China, Jepang, India, dan Singapura,” kata Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan Ari Satria di Jakarta, Kamis (28/2/2019).
Ari menyampaikan hal itu pada Seminar Perdagangan Nasional dan Dialog Gerakan Ekspor Nasional yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia, dan EuroCham.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sebanyak 13,52 persen ekspor nonmigas Indonesia ditujukan ke China pada Januari 2019.
Ari menuturkan, 10 produk utama ekspor berkontribusi hampir 40 persen terhadap total ekspor Indonesia. Sebanyak 81 persen barang yang diperdagangkan di dunia berupa produk manufaktur.
”Sementara itu, 10 produk utama kita masih banyak berkutat di produk-produk primer. Jadi, sebenarnya kita hanya bermain di ceruk yang 20-an persen,” katanya.
Ia menyebutkan, nilai ekspor Indonesia pernah mencapai sekitar 200 miliar dollar AS pada 2011. Pencapaian ini karena harga komoditas dunia, seperti batubara, minyak sawit, dan karet, sedang tinggi.
Nilai ekspor selanjutnya menurun hingga 2016, kemudian naik lagi pada 2017 dengan pencapaian 168 miliar dollar AS. Ada harapan pada 2019 nilai ekspor dapat kembali mencapai 200 miliar dollar AS.
”Tetapi, pada Januari 2019 justru menurun. Ini tantangan bagi kita,” ujar Ari.
Menjaga pasar
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kadin Indonesia Benny Soetrisno mengatakan, kegiatan ekspor merupakan aktivitas panjang dan rumit. ”Setelah mendapat pasar, kita harus betul-betul menjaga pasar tersebut,” katanya. Selain peran eksportir, lanjut Benny, upaya itu harus melibatkan berbagai kementerian dan Bank Indonesia.
Wakil Ketua EuroCham Indonesia Corine Tap mengapresiasi kesediaan pemerintah bekerja sama dengan pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing hasil ekspor Indonesia. ”Tentu saja setiap kebijakan terkait perdagangan lintas batas negara akan selalu menjadi salah satu fokus perhatian EuroCham,” katanya.
Menurut Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia Handito Joewono, banyak hal yang dapat dipelajari dari Eropa untuk mendorong ekspor Indonesia.
Direktur Eropa III Kementerian Luar Negeri Ardian Wicaksono menuturkan, penggarapan ekspor menyasar pasar tradisional dan nontradisional. ”Termasuk pasar negara-negara Eropa timur dan tenggara,” katanya.