JAKARTA, KOMPAS – Musim reguler Liga Basket Indonesia 2018/2019 menunjukkan betapa rapuhnya juara bertahan Satria Muda Pertamina Jakarta. Namun, salah besar melepaskan status unggulan dari tim asuhan Youbel Sondakh ini. Sebab, tim dengan segudang pengalaman dan terbiasa pada tekanan itu akan kembali ke habitat aslinya, babak playoff.
Satria Muda susah payah lolos ke playoff. Mereka finis di peringkat ketiga Divisi Merah, dengan rekor kemenangan 50 persen, sembilan kali menang dan sembilan kalah. Rekor itu jauh dari penampilan musim lalu, (15-2).
dengan modal itu, Arki Dikania Wisnu dan rekan-rekan akan menghadapi Bank BPD Bima Perkasa Jogja, peringkat kedua Divisi Merah, pada playoff, 1-3 Maret 2019 di HiTest Arena, Batam. Kedua tim harus meraih dua kemenangan dari tiga laga untuk memperebutkan satu posisi di semifinal.
Youbel tak khawatir menatap tiga laga melawan Bima Perkasa. Meski kalah pada pertemuan terakhir, 70-82, di Seri Malang, dia meyakini kondisi playoff jauh berbeda.
”Ritmenya akan berbeda, menang atau tersingkir. Pemain pasti lebih fokus. Berbeda dari musim reguler yang fokus utamanya adalah meningkatkan kualitas permainan. Kini tak ada lagi proses itu, tinggal melihat hasil akhirnya,” kata mantan pemain Satria Muda yang membawa timnya juara IBL 2006-2010 itu.
Pengalaman pemain akan menjadi penentu karena, laga pasti penuh dengan tekanan. Ini adalah kelebihan Satria Muda karena mereka punya banyak pemain berpengalaman yang kerap menjalani playoff.
Mereka memiliki pemain nasional seperti Arki, Hardianus, Avan Seputra, Kevin Yonas, dan Juan Laurent. Mereka ditopang pemain naturalisasi, Jamarr Andre Johnson dan pemain asing Dior Lowhorn, yang membawa Satria Muda juara musim 2017/2018.
Playoff adalah habitat asli Satria Muda, peraih sembilan gelar juara liga sejak 2004. Pada tiga musim terakhir, Satria Muda selalu lolos playoff, dua kali masuk final dan juara musim lalu. ”Dengan pengalaman itu, seharusnya kami diuntungkan. Ini soal siapa yang lebih siap menang. Saat ini anak-anak sangat semangat untuk bisa kembali juara,” lanjut Youbel.
Di sisi lain, Bima Perkasa adalah tim minim pengalaman playoff. Ini adalah musim pertama tim asuhan pelatih Raoul Miguel Hadinoto lolos ke playoff, sejak IBL kembali menjadi operator liga menggantikan DBL pada 2015. Hanya dua pemain Bima Perkasa, Galank Gunawan dan David Seagers, yang pernah mencicipi playoff.
Bukan kuda hitam
Meski begitu, Bima Perkasa jauh dari predikat tim kuda hitam. Peringkat di liga dan rekor pertemuan terakhir menunjukkan mereka lebih diunggulkan dalam pertarungan kali ini.
“Saya rasa bukan masalah siapa lebih pengalaman, tetapi siapa yang lebih siap. Justru karena pertama kali, saya lihat pemain menjadi jauh lebih antusias,” kata Ebos yang mendapat nominasi pelatih terbaik musim ini.
Kehadiran Seagers pada tengah musim menggantikan Leshaun Murphy, membawa kultur juara kepada tim asal Jogja tersebut. Sejak hadir pada Januari 2019, pemain dengan rerata 21,7 point per game (ppg), 10,2 rebound per game (rpg), dan 6 assist per game (apg), mengantarkan Bima Perkasa meraih 72 persen kemenangan. Sebelumnya mereka hanya mencatat 42 persen kemenangan.
Ancaman juga datang dari rekan Seagers, David Atkinson, yang merupakan calon pemain asing terbaik musim 2018/2019. Atkinson mencatatkan 28,6 ppg dan 9,1 rpg.
Punggawa asing tersebut ditopang oleh kompaknya dua pemain lokal, Galank dan Yanuar Dwi Priasmoro. Keduanya mampu memecah kebuntuan saat duo David sedang tidak dalam performa terbaiknya.
Ebos mengatakan, kunci kesuksesan timnya meraih playoff musim ini adalah kebersamaan. “Kami selalu berbicara satu tim ingin bermain seperti apa sebelum pertandingan. Setelah itu, kami komitmen menjalankannya. Itu senjata kami, melakukan semuanya bersama,” ucapnya.
Sejauh ini rekor kedua tim seimbang. Bima Perkasa menang pada pertemuan terakhir, sedangkan Satria Muda mengambil gim sebelumnya, 73-61, pada Januari 2019, di Seri Solo.
Pada playoff Divisi Putih, finalis musim lalu Pelita Jaya Basketball akan menghadapi Pacific Caesar Surabaya. Kedua tim sedang terluka karena harus kehilangan pemain lokal terbaiknya.
Pelita Jaya tidak akan tampil dengan guard nasional, Andakara Prastawa dan Xaverius Prawiro. Prastawa mengalami cedera, sementara Xaverius masih menjalani hukuman skors lima laga akibat tertangkap memukul pemain asing Prawira Bandung.
Pacific Caesar kemungkinan besar tidak akan menurunkan dua pemain lokal terbaik, Yerikho Tuasela dan Indra Muhammad. Keduanya diberikan sanksi larangan bermain tiga tahun oleh klub karena mengikuti sebuah acara di luar tanpa izin menjelang playoff.