Real Madrid kembali kehilangan peluang tampil di final Copa del Rey dalam lima musim beruntun. Mereka punya masalah besar yang harus segera diatasi.
MADRID, KAMIS —Kekalahan Real Madrid dari Barcelona 0-3 pada laga kedua semifinal Copa del Rey di Stadion Santiago Bernabeu, Kamis (28/2/2019) dini hari WIB, menyisakan ironi. Lini belakang Real sudah diperkuat barisan bek terbaik dunia. Namun, gawang mereka kini semakin mudah kebobolan.
Empat bek ”El Real” itu merupakan perpaduan kekuatan pertahanan Spanyol, Perancis, dan Brasil. Ada duet bek Spanyol, Sergio Ramos dan Dani Carvajal.
Lalu, ada bek dari Perancis, Raphael Varane, yang baru saja menjuarai Piala Dunia Rusia 2018, dan juga bek Brasil, Marcelo. Hanya saja dalam beberapa laga terakhir Marcelo sering tersisih oleh talenta muda Spanyol, Sergio Reguilon.
Ramos, sang kapten, tidak hanya akur dengan Carvajal, tetapi juga memiliki ikatan kuat dengan Varane sejak tujuh tahun silam. Mereka berdua pertama kali bermain bersama saat Real mengalahkan Dinamo Zagreb, 6-2, pada November 2011.
Namun, mereka semua frustrasi ketika didatangi Barcelona. Carvajal, Ramos, dan Varane tampil buruk. Bahkan, Varane melakukan satu gol bunuh diri ketika berusaha menahan laju striker Barca, Luis Suarez. Hanya Reguilon yang mendapat pujian karena penampilannya terus berkembang.
Varane dan Ramos kaget ketika Ousmane Dembele berlari kencang dan memberikan umpan tarik kepada Suarez yang menjadi gol pertama Barca pada menit ke-50. Sekitar 19 menit kemudian, Varane dan Carvajal tidak menyangka Suarez kembali mendapat umpan dari Dembele. Varane gagal menghalau bola dan justru memasukkannya ke gawang sendiri.
Empat menit kemudian, Suarez kembali mendapat ruang untuk menembak dan Casemiro melanggarnya di kotak penalti. Suarez dengan tendangan penalti ala Panenka mengunci kemenangan timnya 3-0. Setelah penalti itu, Ramos berteriak kepada rekan-rekannya, ”Jangan biarkan mereka (Barcelona) mencetak enam gol!”
Teriakan bernada frustrasi dari sang kapten itu memperlihatkan sebuah masalah serius di tubuh El Real. Musim ini mereka sudah kebobolan 9 gol dalam 8 laga di Copa del Rey.
Lebih mengkhawatirkan lagi, mereka kebobolan 30 gol dalam 25 laga Liga Spanyol. Padahal, selain punya barisan bek hebat, mereka masih punya kiper terbaik di Piala Dunia 2018, Thibaut Courtois.
Rapuhnya pertahanan inilah yang membuat Real kehilangan kans untuk meraih gelar juara Liga Spanyol dan kini mengubur mimpi untuk menjuarai Copa del Rey pada musim ini. Mereka tinggal berharap bisa menjuarai Liga Champions untuk keempat kalinya beruntun.
Tumpul di depan
Selain rapuh di belakang, Real masih punya masalah di lini depan. Para penyerang mereka, kecuali Vinicius Junior, tampil inkonsisten. ”Cristiano (Ronaldo) tidak lagi di sini, tetapi pekan lalu Karim (Benzema) adalah penyerang terbaik di dunia,” kata gelandang Real, Casemiro, dikutip laman Marca.
Bersama Vinicius dan Lucas Vazquez, Pelatih Real Madrid Santiago Solari memercayakan kepemimpinan lini depan kepada Benzema. Agresivitas serangan memang bisa dibangun karena Real mampu mencatat total tembakan sebanyak 10 kali ke gawang Barcelona yang dijaga kiper Marc-Andre ter Stegen.
Namun, tidak ada satu pun gol tercipta. Real justru diolok-olok fans Barcelona yang bernyanyi, ”Di mana CR7 (Ronaldo)?”
Sebaliknya, Barcelona justru bermain sangat efektif dengan mencatat total tiga tembakan ke gawang Real. Mereka bermain dengan sabar, membiarkan Real terus menyerang dan kemudian melancarkan serangan balik.
”Kami ingin memenangi semua kompetisi. Itu yang diinginkan fans,” kata Pelatih Barcelona Ernesto Valverde yang berpeluang meraih status treble seperti yang dicapai Pep Guardiola dan Luis Enrique.
Namun, sebelum itu, Valverde dan timnya masih harus menghadapi Real pada laga Liga Spanyol, Senin (4/3/2019) dini hari WIB, juga di Bernabeu.(AP/AFP/REUTERS/DEN)