Ratusan hektar lahan di Rupat, Bengkalis, masih terbakar. Tim darat dan tim udara berjibaku memadamkan api. Penyebab kebakaran di lahan warga itu masih diselidiki.
BENGKALIS, KOMPAS Ratusan hektar lahan di Kelurahan Terkul, Pergam, dan Teluk Lecah, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, masih terbakar, Kamis (28/2/2019). Personel TNI, Polri, masyarakat, dan pemadam kebakaran dari PT Sumatera Riang Lestari dan grup PT Riau Andalan Pulp and Paper berjibaku menghentikan laju api agar tidak meluas.
Kabut asap yang sepekan terakhir mengotori udara Rupat sudah tidak terlihat. Langit Kota Dumai di seberang Pulau Rupat cukup terang. Namun, di atas perairan Dumai masih terlihat asap tipis.
Di lokasi kebakaran, Kelurahan Terkul, sekitar 30 anggota Polres Bengkalis ditambah 49 anggota pemadam gabungan mencoba mengatasi kebakaran yang telah menghanguskan lebih dari 200 hektar lahan. Sekitar 30 hektar telah dipadamkan, terutama di tepi jalan. Namun, di lokasi lain kebakaran terus berlangsung dengan tingkatan berbeda-beda.
Sekitar 750 meter dari pinggir jalan, api masih berkobar, membakar pepohonan dan semak belukar. Sebanyak 30 anggota pemadam gabungan berupaya keras memadamkan api tepat di pusat kebakaran yang disebut kepala api. Pemandangan terasa begitu heroik karena risikonya bisa ikut terbakar. Setidaknya asap tebal langsung terhirup ke paru.
Satu helikopter dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terlihat menumpahkan bom air tidak jauh dari tim darat. Namun, penyiraman nyaris tidak memberikan efek karena area yang terbakar terlalu luas.
Tiga alat berat tampak membuat parit halang untuk menyekat kebakaran di sisi timur yang berbatasan dengan kebun kelapa sawit milik Azwir (57), petani asal Kelurahan Pergam.
”Hari ini, kami menurunkan 203 personel yang dibagi dalam 10 tim. Belum termasuk tim alat berat. Tim pemadam dibekali dengan pompa induk dan enam pompa jinjing. Target utama kami mencegah agar kebakaran tidak meluas,” kata Ramadhan, Wakil Koordinator Pemadam Kebakaran PT SRL.
Kepala Polres Bengkalis AKBP Yusup Rahmanto mengatakan, kebakaran di Kelurahan Terkul dan Pergam terbesar di Bengkalis. Masih ada beberapa laporan kebakaran di Kecamatan Bukit Batu dan Siak Kecil, tetapi sudah dapat diatasi.
”Polri menurunkan 70 personel. TNI sekitar 200 personel, termasuk dari Kostrad. Lahan yang terbakar semua milik warga. Belum diketahui apakah kebakaran sengaja atau tidak, tetapi sudah ada tim yang menyelidiki,” kata Yusup.
Menurut Yusup, polisi kesulitan menemukan pelaku dan orang yang mau bersaksi dalam peristiwa kebakaran. Lokasi berada jauh dari permukiman.
Penyerapan belum optimal
Dari Sumatera Selatan dilaporkan, penyerapan anggaran untuk pembangunan infrastruktur pembasahan gambut (PIPG) seperti sekat kanal dan sumur bor belum optimal.
Ada sejumlah kendala, dari penolakan masyarakat hingga kondisi geografi wilayah tidak menunjang pembangunan fasilitas. Padahal, fasilitas itu efektif untuk mengurangi potensi kebakaran lahan gambut.
Kepala Sub-Kelompok Kerja Wilayah Sumsel Badan Restorasi Gambut (BRG) Onesimus Patiung, Kamis, mengatakan, anggaran tugas pembantuan BRG ke pemerintah daerah pada 2018 ada Rp 45 miliar. Dana yang terserap 71 persen.
Tahun 2018, kata Onesimus, hasil PIPG hanya 99 sumur bor dari 375 sumur bor yang direncanakan, ditambah 516 sekat kanal dan 18 upaya penimbunan di daerah Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin.
Warga menolak PIPG karena khawatir kawasan sekitarnya menjadi banjir atau merusak areal perkebunan dan pertanian. Kendala lain, di sejumlah kawasan, air baru didapati di kedalaman 100 meter. (SAH/RAM)