Sebanyak 5 Juta Rumah Tangga Ditargetkan Teraliri Jaringan Gas
Pemerintah menargetkan 5 juta rumah tangga di Indonesia bakal teraliri jaringan gas dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Harapannya, masyarakat bisa menekan pengeluaran biaya energi rumah tanggasekaligus mendorong berkembangnya iklim usaha yang kompetitif.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS-Pemerintah menargetkan 5 juta rumah tangga di Indonesia bakal teraliri jaringan gas dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Harapannya, masyarakat bisa menekan pengeluaran biaya energi rumah tanggasekaligus mendorong berkembangnya iklim usaha yang kompetitif.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total jaringan gas (jargas) untuk rumah tangga yang terbangun sejak 2009 hingga saat ini sebanyak 325.773 Sambungan Rumah (SR) dan terdistribusi di 16 provinsi serta 40 kabupaten dan kota. Pembangunan jargas baru per tahun hanya sekitar 90.000 SR. Bahkan, tahun ini hanya direncanakan 78.216 SR di 18 lokasi.
“Presiden (pada akhir Januari lalu) sudah menandatangi Perpres Nomor 6 Tahun 2019 yang diharapkan bisa mengakselerasi penyediaan dan pendistribusian gas bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil. Harapannya, lima tahun (mendatang), ada 3-5 juta rumah tangga teraliri jargas,” ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan disela acara peresmian infrastruktur energy dan jargas di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (1/3/2019).
Jonan mengatakan, target pemasangan jargas untuk 3-5 juta rumah tangga di Indonesia bukan tidak mungkin. Alasannya, produksi gas bumi sangat besar, mencapai 7.500 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Gas bumi sebesar 0,4 mmscfd bisa digunakan untuk mengaliri 40.000-50.000 rumah tangga.
“Artinya, untuk memenuhi kebutuhan satu juta rumah tangga, hanya diperlukan gas sebanyak 8 mmscfd. Sedangkan untuk 3 juta rumah tangga hanya butuh 24 mmscfd,” kata Jonan.
Jonan mengatakan masyarakat bakal menerima banyak keuntungan dari jargas. Salah satunya, menghemat pengeluaran belanja untuk kebutuhan energi. Di sisi lain, penggunaan jargas yang memanfaatkan gas bumi ini bisa mengurangi konsumsi gas elpiji yang saat ini bersumber dari impor.
Sebagai gambaran, harga elpiji subsidi tabung 3 kilogram sekitar Rp 20.000 – Rp 23.000 ditingkat konsumen. Satu tabung itu setara dengan 4 meter kubik gas bumi. Dengan asumsi harga gas bumi Rp 1.714 per meter kubiknya, total pengeluaran yang diperlukan hanya Rp 18.000.
Oleh karena itu, Jonan akan mendorong pemerintah daerah untuk mengajukan permohonan pembangunan jargas rumah tangga di wilayahnya. Prioritasnya, daerah penghasil migas atau yang memiliki sumur gas, seperti Sidoarjo. Sidoarjo merupakan penghasil gas dari sumur pengeboran yang dikelola oleh Lapindo Brantas Inc.
"Tujuan perluasan penggunaan jargas untuk rumah tangga ini agar masyarakat bisa memanfaatkan sumber gas di daerahnya. Bila tidak ada sumur gas maka harus dipasang pipa transmisi terlebih dahulu untuk mendistribusikan gas dari sumbernya," kata dia.
Oleh karena itu, Jonan meminta Pemkab Sidoarjo mengajukan permohonan pemasangan jargas baru untuk rumah tangga sebanyak 20.000 per tahun atau 100.000 dalam lima tahun. Pemasangan jargas itu guna memenuhi kebutuhan rumah tangga di Sidoarjo yang mencapai 500.000 rumah tangga.
Bupati Sidoarjo Saiful Illah mengatakan total jargas yang dibangun di wilayahnya saat ini mencapai 17.543 SR. Pada 2018, Sidoarjo mendapat alokasi 7.093 SR yang tersebar di tujuh desa yakni Banjar Panji, Banjar Asri, Penatarsewu, Sentul, Kalisampurno, Kendensari, dan Boro.