LONDON, KAMIS – Manajer interim Ole Gunnar Solskjaer menghidupkan tradisi lama di Manchester United, yaitu menang tanpa harus susah payah, apalagi bermain indah. Bermain tanpa sepuluh pemain intinya, “Setan Merah” menjinakkan tuan rumah Crystal Palace 3-1 di Liga Inggris, Kamis (28/2/2019) dini hari WIB.
Sebelum laga itu digelar, Adrian Durham, penyiar Liga Inggris di Talksport, berkata, duel Palace kontra MU di Stadion Selhurst Park, seharusnya ditunda. “Liga Primer Inggris semestinya adalah sepak bola elite. Namun, MU saat ini kehilangan sepuluh pemain intinya. Ini hal gila. Laga itu harusnya ditunda,” ujarnya.
Namun, realitanya, Liga Inggris adalah liga yang keji. Tidak ada alasan bagi mereka menunda laga karena badai cedera pemain inti. Pengecualiannya adalah jika terjadi musibah kecelakaan yang merenggut anggota tim. Ini misalnya terjadi di laga Leicester City kontra Southampton, Oktober lalu, menyusul tragedi tewasnya Vichai Srivaddhanaprabha, pemilik Leicester, akibat kecelakaan helikopter.
Duel di Selhurst Park pun tetap bergulir meskipun MU ibarat tim berbeda menyusul absennya sejumlah pemain penting seperti Nemanja Matic, Jesse Lingard, Anthony Martial, Juan Mata, dan Ander Herrera. Striker Marcus Rashford pun hanya bisa tampil dari bangku cadangan karena belum bugar seratus persen pasca-cedera pergelangan kaki di laga kontra Liverpool, akhir pekan lalu.
Dalam situasi sulit itu, Solskjaer terpaksa menerapkan taktik aneh, yaitu memainkan Diogo Dalot sebagai salah satu gelandang. Padahal, pemain asal Portugal itu sejatinya adalah seorang bek sayap kanan. Tak hanya itu, Solskjaer juga menduetkan Romelu Lukaku dengan Alexis Sanchez di depan, hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya sejak melatih MU, Desember lalu.
Ajaibnya, taktik itu berjalan jitu. Dalot mampu menjadi pemain ekstra yang melapis sektor kanan pertahanan MU di laga itu. Palace memang lebih banyak menyerang dari sayap kiri karena memiliki sejumlah pemain cepat dan lincah seperti Wilfred Zaha dan bek sayap Patrick van Aanholt. Di sisi lain, mereka menyerang secara efesien. Mereka membuat tiga gol dari empat tembakkan ke gawang yang dibuat sepanjang laga itu.
Dua gol MU disumbangkan Lukaku, adapun satu gol lainnya dicetak bek sayap kanan Ashley Young. “Laga itu menunjukkan MU telah kembali ke tradisi lamanya, yaitu menang tanpa harus tampil bagus, apalagi memukau. Dalam situasi sulit (badai cedera), mereka masih bisa menghidupkan (MU) era Sir Alex Ferguson (eks manajer MU),” tulis ESPN, kemarin.
Realitanya, Solskjaer justru melampaui capaian gurunya itu. Laga di London menjadi kemenangan tandang kedelapan secara beruntun MU dan Solskjaer. Itu melampaui rekor MU sebelumnya, yaitu tujuh kemenangan tandang beruntun di Liga Inggris yang diraih pada dua periode berbeda, yaitu 1993 dan 2002, bersama Ferguson.
Sejumlah anak asuhan Solskjaer bahkan disamakan dengan para bintang MU di masa lampau. Gelandang jangkar Scott McTominay misalnya, disejajarkan dengan Darren Fletcher berkat penampilan gemilangnya di laga kontra Liverpool dan Palace. Adapun James Garner, pemain belia MU yang menjalani debutnya di Selhurst Park, dianggap “titisan” Michael Carrick, mantan gelandang tangguh Setan Merah.
Tak heran, mantan bek MU, Gary Neville, mendesak manajemen MU mengangkat Solskjaer sebagai manajer tetap. Meskipun kalah di pertemuan pertama babak 16 besar Liga Champions kontra Paris Saint-Germain, capaian Solskjaer sejauh ini dianggap fenomenal. Ia membawa MU ke perempat final Piala FA dan tidak terkalahkan di 11 laga Liga Inggris. Sembilan laga di antaranya bahkan diraih dengan kemenangan.
“Saya kira, pekerjaan itu (manajer tetap MU) menjadi miliknya (Solskjaer). Fans kini bahkan menyanyikan namanya. Jika pekerjaan itu nyatanya diberikan ke orang lain, itu sama saja pengkhianatan untuk fans,” tutur Neville.
Sarri bernapas lega
Sementara itu, Manajer Chelsea Maurizio Sarri bisa bernapas lega dan terbebas dari ancaman pemecatan setelah timnya memukul Tottenham Hotspur 2-0 di derbi London, kemarin. Menariknya, kiper nomor satu Chelsea, Kepa Arrizabalaga, tidak dimainkan di laga penting ini. Posisinya digantikan Willy Caballero.
Absennya Arrizabalaga dianggap sebagai hukuman Sarri kepada pemain yang sempat menolak instruksinya untuk ditarik keluar pada laga final Piala Liga kontra Manchester City, akhir pekan lalu. “Dia masih muda dan bisa melakukan kesalahan. Namun, dia harus belajar dari itu. Meskipun demikian, ia akan kembali bermain dalam satu atau dua laga ke depan,” tutur Sarri.
Adapun persaingan di puncak klasemen masih sengit setelah Liverpool dan City kompak meraih kemenangan. Liverpool meraih kemenangan terbesarnya musim ini dengan menggasak Watford, adapun City memukul West Ham United 1-0.(AFP/Reuters)