Daerah pemilihan Jawa Barat VIII merupakan dapil dengan pertumbuhan ekonomi terendah di Jawa Barat. Rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 2013-2017 hanya sebesar 4,64 persen, lebih rendah dari semua dapil lain di Jawa Barat. Dapil ini meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Indramayu.
Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadi satu tantangan yang terbesar bagi para calon anggota legislatif yang akan bertarung di Pemilu 2019. Selain itu, dapil ini juga memiliki persoalan lain yang sangat serius, yaitu kemiskinan. Persentase kemiskinan di dapil ini adalah kedua terbesar di Jawa Barat yang memiliki 11 dapil.
Dalam pemilu nanti terdapat sembilan kursi untuk DPR yang diperebutkan oleh 117 calon anggota legislatif (caleg). Dengan begitu, satu kursi diperebutkan oleh 13 calon. Caleg wajah lama cukup banyak, berjumlah 17,09 persen. Caleg wajah lama ini terdiri dari mereka yang pada pemilu sebelumnya pernah mencalonkan diri ataupun anggota legislatif yang saat ini masih menjabat. Total terdapat delapan petahana. Sementara itu, jumlah perempuan caleg meliputi 38,5 persen dari total caleg.
Selama dua pemilu terakhir, Partai Golkar keluar sebagai pemenang di dapil Jawa Barat VIII dengan suara yang relatif stabil, yaitu 23,17 persen (2009) dan 22,82 persen (2014). Pada pemilu 2019 nanti, dua caleg petahana dari Golkar akan kembali bertarung.
Mereka adalah Dave Akbarshah Fikarno yang merupakan anak dari mantan Ketua Umum Golkar Agung Laksono dan Daniel Mutaqien Syafuddin yang juga putra dari politisi Golkar. Ayah Daniel, Irianto MS Syafiuddin, adalah mantan Bupati Indramayu dua periode dan kini ibunya juga sedang menduduki jabatan yang sama untuk periode kedua.
Selain dari Golkar, para petahana dari partai lain dan pesohor juga bertarung di dapil ini. Sejumlah nama tenar yang turut mencoba peruntungan di daerah ini adalah Netty Prasetiyani Heryawan, istri mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Nurul Qomar, komedian yang juga pernah menjadi anggota DPR mewakili dapil ini pada periode 2004-2014.
Kemampuan mereka untuk menarik pemilih akan diuji dalam pemilu di dapil yang memiliki tingkat partisipasi rendah ini. Dalam pemilu sebelumnya, dapil ini hanya memiliki tingkat partisipasi sebesar 65,25 persen, jauh lebih rendah daripada partisipasi tingkat nasional yang mencapai 75,11 persen. (LITBANG KOMPAS)