GKR Hemas Targetkan 1,2 Juta Suara dalam Pemilihan Anggota DPD
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, kembali maju dalam pemilihan anggota DPD tahun 2019. Pada pemilu tahun ini, Hemas yang merupakan istri Raja Keraton Yogyakarta sekaligus Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X, menargetkan bisa memperoleh 1,2 juta hingga 1,3 juta suara.
"Semoga perolehan suara saya (tahun 2019) mungkin bisa 1,2 juta sampai 1,3 juta dan menjadi pegangan saya untuk maju jadi pimpinan DPD," kata GKR Hemas saat menerima dukungan dari sejumlah seniman asal DIY, Jumat (1/3/2019) sore, di Keraton Kilen Yogyakarta.
GKR Hemas telah menjabat sebagai anggota DPD mewakili DIY sejak tahun 2004. Dalam setiap pemilihan anggota DPD, perolehan suara Hemas selalu jauh melebihi para pesaingnya. Pada tahun 2014, misalnya, Hemas meraih 1.017.687 suara atau 50,59 persen dari total suara sah dalam pemilihan anggota DPD di DIY. Sementara itu, anggota DPD asal DIY yang meraih suara terbanyak kedua, yakni Hafidh Asrom, hanya memperoleh 158.794 suara.
Menurut Hemas, dirinya kembali maju dalam pemilihan anggota DPD karena merasa belum selesai memperjuangkan berbagai persoalan yang terjadi di DIY. Oleh karena itu, Hemas mengucapkan terima kasih kepada para seniman yang telah menyatakan dukungan pada dirinya.
"Saya sangat menghargai para seniman yang mendukung saya. Para seniman ini setiap dia muncul kan ditonton orang banyak dan mereka punya keluarga besar atau lingkungan cukup luas sehingga mereka bisa menceritakan apa yang sudah saya lakukan untuk Yogyakarta," tutur Hemas.
Hemas menyatakan, dalam pemilihan anggota DPD tahun 2019, dirinya memang menargetkan perolehan suara yang lebih besar dibanding pemilu tahun 2014. Perolehan suara yang besar itu penting agar Hemas bisa mencalonkan diri kembali sebagai pimpinan DPD.
Sebab, selama ini, perolehan suara menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan pimpinan DPD. "Biasanya anggota DPD dengan persentase suara terbanyak itu akan dihitung dalam pencalonan pimpinan," ujar Hemas.
Dalam setiap pemilihan anggota DPD, perolehan suara Hemas selalu jauh melebihi para pesaingnya. Pada tahun 2014, misalnya, Hemas meraih 1.017.687 suara atau 50,59 persen dari total suara sah dalam pemilihan anggota DPD di DIY. Sementara itu, anggota DPD asal DIY yang meraih suara terbanyak kedua, yakni Hafidh Asrom, hanya memperoleh 158.794 suara.
Hemas menambahkan, dirinya bertekad kembali mencalonkan diri sebagai pimpinan DPD agar bisa memperjuangkan aspirasi masyarakat DIY dengan lebih baik. "Saya harus maju lagi (sebagai pimpinan DPD). Sebab, kalau enggak jadi pimpinan, nanti susah. Jadi, saya harus punya kemampuan untuk bergerak memperjuangkan Yogyakarta," ungkapnya.
Sebelumnya, Hemas memang sempat menjabat sebagai Wakil Ketua DPD pada periode 2014-2019. Namun, dia kemudian diganti pada tahun 2017 setelah ada perubahan tata tertib DPD. Meski begitu, Hemas menyatakan tidak mau mengakui para pimpinan baru DPD. Pada akhir tahun 2018, Badan Kehormatan DPD memberhentikan sementara Hemas karena berkali-kali tidak hadir dalam Sidang Paripurna DPD.
Namun, Hemas menyatakan menolak keputusan itu dan mengambil langkah hukum untuk melawan. Dia kemudian mengajukan permohonan sengketa kewenangan lembaga negara ke Mahkamah Konstitusi. Permohonan sengketa itu diajukan terkait polemik kepemimpinan di DPD.
Sementara itu, salah seorang seniman asal DIY, Marwoto Kawer, menuturkan, ia dan sejumlah seniman dari DIY memutuskan memberikan dukungan kepada GKR Hemas dalam pemilihan anggota DPD. Menurut Marwoto, dukungan tersebut diberikan karena GKR Hemas dinilai sebagai sosok yang sangat memahami aspirasi masyarakat DIY.
"Beliaulah yang tahu aspirasi orang Yogyakarta ini karena beliau sudah cukup lama momong (membimbing) masyarakat Yogyakarta," ungkap Marwoto yang dikenal sebagai pelawak dan pemain ketoprak humor.
Marwoto mengatakan, meskipun merupakan ratu di Keraton Yogyakarta, GKR Hemas juga mudah ditemui oleh berbagai elemen masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi. "Beliau itu sangat familiar dengan masyarakat. Kalau kita ada keluhan, beliau itu tidak terlalu berbelit-belit," ujarnya.