Misma berharap kakaknya tetap dapat ditemukan meskipun dalam kondisi meninggal, karena dia dan keluarga ingin mengurus jenazah sang kakak dengan layak.
Oleh
RENY SRI AYU/HARRY SUSILO
·5 menit baca
Sudah tiga hari Misma Simbala (55) menunggu kabar kakaknya, Samsul Rijal (58). Setiap pagi, dia dan saudaranya yang lain datang ke Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, tidak jauh dari lokasi tambang emas yang longsor. Mereka baru pulang saat malam.
Misma yang tinggal di Desa Tanoyan menunggu informasi mengenai kakaknya di pos tepat di pintu gerbang perusahaan tambang PT J Resources Bolaang Mongondow (JRBM). Lokasi tambang longsor di Desa Bakan tersebut terletak di dalam konsesi PT JRBM, tetapi di sisi terluar yang berbatasan dengan hutan. Akses untuk ke tambang longsor itu terdekat dari PT JRBM.
”Kami seluruh keluarga sebenarnya sudah pasrah. Apa pun keadaannya, kami sudah siap menerima kenyataan. Selamat syukur, kalaupun tidak, kami siap menerima kemungkinan terburuk. Kami hanya berharap kakak kami bisa dikeluarkan, apa pun bentuknya,” kata Misma saat ditemui di Desa Bakan, Jumat (1/3/2019).
Misma berharap kakaknya tetap dapat ditemukan meskipun dalam kondisi meninggal karena dia dan keluarga ingin mengurus jenazah sang kakak dengan layak.
Longsor terjadi pada Selasa (26/2/2019) pukul 21.10 Wita saat sekitar 60 orang berada di dalam lubang tambang emas ilegal di Desa Bakan, Bolaang Mongondow. Tiang dan papan penyangga lubang galian tiba-tiba patah akibat kondisi tanah yang labil. Tanah dan bebatuan yang longsor pun menimbun para petambang, termasuk Samsu Rijal yang saat itu berada di dalam lubang tambang.
Di sana, Amrin Simbala (75) juga penuh harap sekaligus pasrah menunggu kabar anaknya, Kadri Simbala (33). Meski pasrah, dia menyimpan harap anaknya bisa dikeluarkan dalam keadaan hidup.
”Sampai hari Rabu, saya masih berkomunikasi dengan dia. Saya panggil namanya di mulut goa dan dia menyahut. Dia meminta minum walau saya bingung bagaimana harus memberi minum atau menolong. Saya hanya meminta dia bertahan dan menunggu pertolongan,” katanya.
Amrin sangat terpukul atas peristiwa yang menimpa anaknya. Bukan hanya baik dan ringan tangan membantu, Kadri juga ikut menopang ekonomi keluarga.
Rasa sayang pada anaknya dan ingin mengetahui keadaannya mendorong lelaki lanjut usia ini menempuh perjalanan dua jam menanjak dan menyusuri sungai agar bisa tiba di lokasi tepat di mulut lubang galian yang runtuh. Perjalanan menuju lokasi tentu tak mudah di usianya kini.
Jumat siang itu, Amrin kembali jalan menanjak dan masih berharap mendapat kabar baik tentang anaknya. ”Kalau memang ternyata kondisinya tak bisa lagi diselamatkan, saya pasrah. Saya tetap menunggu jenazahnya dikeluarkan untuk saya bawa pulang dan makamkan dengan layak,” katanya lirih.
Jumat pagi hingga sore, ratusan warga setempat, termasuk kerabat korban dari sejumlah desa di Bolaang Mongondow, terus berdatangan. Mereka menunggu kabar baik walau itu sekadar jenazah yang bisa dievakuasi. Mereka menyebar di tepi jalan hingga di area sekitar gerbang masuk JRBM.
Tak hanya rombongan keluarga, sepanjang jalan masuk menuju area PT JRBM juga dipenuhi jejeran mobil ambulans. Setidaknya 20 ambulans yang ada di rumah sakit di Bolaang Mongondow dikerahkan ke Desa Bayan. Puluhan ambulans dari kabupaten lain di Sulawesi Utara, baik milik pemerintah maupun swasta, juga dikerahkan. Hingga sore, ambulans terus berdatangan. Sebanyak 75 kantong mayat disiapkan.
”Semoga ambulans ini dipakai mengangkut kakak saya dalam keadaan hidup, bukan jenazah,” kata Fitriyanti (28), warga Desa Kebo Kecil, Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu, yang menunggu kabar Rudin Minang (38).
Evakuasi
Terhitung mulai Jumat kemarin, pencarian dan evakuasi korban secara manual dihentikan karena dinilai dapat membahayakan personel regu pencari. Untuk itu, tim pencari mulai mengerahkan alat berat yang dipinjam dari PT JRBM.
Namun, evakuasi belum dapat langsung dilakukan karena mereka masih fokus membuat jalur untuk alat berat supaya dapat mendekat ke lubang tambang yang longsor. Hingga Jumat malam, jalur untuk alat berat masih dibangun.
Kepala Badan SAR Nasional Bagus Puruhito mengungkapkan, kondisi medan yang terjal dan tanah yang labil berpotensi membahayakan regu pencari. ”Kondisi medan sangat kritis dan rentan longsor di dalam lubang sempit sehingga tim SAR yang mengambil pun berisiko,” ujar Bagus saat memantau pembukaan jalur untuk alat berat di dekat lubang tambang di Desa Bakan, Jumat sekitar pukul 21.30 Wita.
Posisi tambang emas berada di dalam perut gunung dengan pintu masuk berupa lubang di dinding tebing yang terjal dengan kemiringan lebih dari 60 derajat. Kondisi tanah dan bebatuan yang labil serta berongga di dalam lokasi tambang rawan menyebabkan runtuhan baru.
Kepala Seksi Operasi Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Manado Djefri Mewo menambahkan, selain evakuasi manual dapat membahayakan regu pencari, penggunaan alat berat untuk evakuasi juga mempertimbangkan tidak adanya tanda-tanda masih ada petambang yang hidup di dalam lubang yang longsor.
Untuk kepentingan evakuasi dengan alat berat ini, area dalam radius 150-200 meter sudah disterilkan. Aparat tentara dan kepolisian dikerahkan untuk menjaga setiap akses menuju lokasi evakuasi.
”Kami minta warga yang mau naik ke atas untuk kembali karena sangat membahayakan keselamatan mereka dan bisa mengganggu proses evakuasi. Bebatuan dari gunung yang dikeruk alat berat dikhawatirkan nanti jatuh menimpa orang di bawah,” kata Serda Dahri Kadir, prajurit TNI AD, yang berjaga di jalan setapak yang juga menjadi jalur masuk ke lokasi tambang longsor di Desa Bakan.
Berdasarkan data terbaru yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bolaang Mongondow, Badan SAR Nasional, TNI, dan Polri, hingga Jumat pagi, 28 petambang sudah dievakuasi dengan 8 orang di antaranya meninggal. Sebanyak 20 korban selamat kebanyakan mengalami luka berat.
Evakuasi dilakukan sekitar 400 personel yang tergabung dalam regu pencari yang terdiri dari petugas Badan SAR Nasional, tentara, kepolisian, BPBD Bolaang Mongondow, tentara, kepolisian, dan regu tanggap darurat PT JRBM.