TANGERANG, KOMPAS — Penyakit gagal jantung tidak harus berujung pada kematian, bahkan pasien tetap bisa produktif menjalani aktivitas sehari-hari. Kuncinya, pasien harus disiplin dalam perawatan, baik konsumsi obat, pola diet, maupun kontrol kesehatan secara rutin.
Gagal jantung terjadi ketika kondisi jantung seseorang bermasalah atau memiliki kelainan dalam menjalankan fungsinya untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Gangguan ini bisa terjadi pada pasien dengan serangan jantung, kelainan otot atau katup jantung, detak jantung yang tidak beraturan, kelainan jantung bawaan, atau karena infeksi.
”Biasanya, pasien ketika diberi tahu memiliki gagal jantung langsung drop dan takut untuk beraktivitas, padahal tidak begitu. Pasien dengan gagal jantung bisa beraktivitas dan hidup normal asal disiplin dan konsisten dalam perawatan,” tutur Indah Sukmawati, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Siloam Lippo Village di Tangerang, Banten, Sabtu (2/3/2019).
Ketidakdisiplinan dalam perawatan inilah yang menyebabkan angka kejadian rawat inap ulang pada pasien gagal jantung tinggi. Pada bulan kelima pascakeluar dari rumah sakit, 50 persen pasien kembali lagi ke rumah sakit untuk rawat inap. Bahkan, angka mortalitas atau kematian pada pasien setelah lima tahun didiagnosis gagal jantung mencapai 50 persen.
”Meski telah menggunakan terapi berbasis bukti penelitian dan obat yang paling efektif, angka kesakitan dan kematian nyatanya masih tinggi. Padahal, kondisi ini bisa dicegah dengan cara yang tidak mustahil,” kata Indah.
Menurut dia, hal paling utama untuk diperhatikan pasien gagal jantung agar bisa bertahan hidup lebih lama adalah mengetahui secara pasti apa penyakit dan risiko jika tidak ditangani secara serius.
Kemudian, pasien juga harus disiplin pada konsumsi obat, disiplin pada pola diet yang ditentukan, seperti tidak boleh makan berlemak dan goreng-gorengan, membatasi konsumsi garam maksimal 2 gram sehari, serta membatasi asupan minum maksimal 2,5 liter per hari.
Perawatan tersebut harus dipatuhi setiap hari tanpa alasan apa pun. Pasien juga diharapkan rutin kontrol ke dokter agar bisa dipantau perkembangan kondisi kesehatannya.
Dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular RS Siloam Lippo Village, Royman Simanjuntak, menambahkan, rehabilitasi jantung pada pasien gagal jantung juga perlu diperhatikan. Rehabilitasi jantung ini dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sosial pasien.
Ada beberapa fase dalam rehabilitasi jantung, yakni fase pertama dilakukan di rumah sakit, fase kedua dilakukan saat rawat jalan, serta fase ketiga dilakukan secara mandiri oleh pasien di rumah. Beberapa panduan latihan diberikan kepada pasien agar bisa menjalani hidup lebih baik, seperti olahraga yang baik dan pola makan yang harus diatur.
Meski begitu, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Siloam Lippo Village, Ignatius Yansen, berpendapat, langkah yang paling baik untuk diperhatikan masyarakat adalah mencegah serta mendeteksi adanya gangguan jantung sejak dini. Deteksi dini perlu dilakukan mengingat usia penderita jantung saat ini relatif muda, yakni 30-40 tahun.
”Medical check up (pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh) harus dilakukan secara rutin dan sedini mungkin, terutama pada awal usia 30 tahun. Dengan tahu adanya gangguan sejak dini, seseorang lebih bisa mengontrol kesehatannya dengan baik,” ujarnya.