BEKASI, KOMPAS — Sebagian generasi muda tidak tertarik untuk belajar sejarah karena cara pembelajaran yang monoton dan kuno. Oleh sebab itu, cara pembelajaran sejarah mesti disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sejarawan Anhar Gonggong dalam seminar di SMK Merah Putih, Bekasi, Sabtu (2/3/2019), mengatakan, perangkat teknologi komunikasi atau gawai yang sedang digandrungi generasi muda bisa dijadikan salah satu media belajar sejarah. Dengan pemanfaatan perangkat itu, pelajaran sejarah akan lebih mudah diterima.
”Belajar sejarah tidak harus dengan cara lama. Seseorang bisa belajar dari video di Youtube, laman web, dan sebagainya. Jadi, harus disesuaikan dengan perkembangan zaman,” kata Anhar di sela-sela seminar sejarah di SMK Merah Putih, Pondok Melati, Bekasi.
Seminar yang diikuti siswa SMK Merah Putih itu merupakan rangkaian dari acara deklarasi Komunitas Penter yang resmi dibentuk hari ini.
Salah seorang siswa SMK Merah Putih, Muhammad Rifaldi Hidayat (16), mengatakan, pembelajaran sejarah di sekolah kurang menarik baginya karena cara belajar yang membosankan. Tidak hanya di SMK, kondisi itu juga dialaminya ketika di SMP.
”Cara belajarnya tidak menarik. Guru lebih sering menyuruh meringkas buku teks. Pelajaran jadi membosankan,” ucapnya.
Menurut Rifaldi, dirinya lebih suka dan mudah memahami pelajaran jika guru menjelaskannya secara sederhana dan relevan dengan kehidupan mereka. Apalagi jika itu ditunjang dengan media pembelajaran yang menarik, seperti video ataupun gambar.
Menurut Anhar, belajar sejarah sangat penting bagi seseorang untuk mengenali diri dan mengetahui masa lalu. Dengan mengetahui sejarah, seseorang bisa belajar dari kesuksesan atau kegagalan di masa lalu.
Kepada para siswa, Anhar menceritakan bagaimana belajar sejarah dari proses memperjuangkan kemerdekaan. Menurut dia, kemerdekaan Indonesia dirintis oleh orang-orang terpelajar dan berpendidikan. Dari fakta itu, siswa semestinya bisa memahami pentingnya pendidikan bagi suatu bangsa.
”Kalian perlu belajar sejarah agar perkembangan yang terjadi sekarang bisa dipahami sehingga dapat mengambil arti perkembangan untuk kepentingan diri sendiri dan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Komunitas Penter
Ketua Komunitas Penter Nugraha Ary Prabowo mengatakan, jika tidak belajar sejarah dan kebudayaan, terutama daerah asal, seseorang tidak mengetahui identitasnya. Orang yang demikian tidak akan punya konsep hidup dan akan terlupakan zaman.
Dari pengamatan Nugraha, banyak masyarakat yang mulai lupa akan sejarah. Masyarakat Pondok Gede, Bekasi, misalnya, banyak yang tidak mengetahui asal mula nama kecamatan itu. Menurut dia, kondisi itu salah satunya karena sebagian masyarakat tidak menaruh perhatian terhadap sejarah.
Berangkat dari kekhawatiran itu, Nugraha bersama belasan rekan pegiat sejarah dan kebudayaan membentuk Komunitas Penter yang fokus menggiatkan sejarah dan kebudayaan di Bekasi. Penter dalam bahasa Betawi pinggiran berarti ’terang’.
Melalui komunitas ini, Nugraha dan kawan-kawan akan berupaya membangkitkan kesadaran masyarakat, terutama di Bekasi, untuk menyadari pentingnya sejarah.
Menurut rencana, setiap bulan, Komunitas Penter akan menggelar kegiatan berkaitan sejarah, seperti yang digelar hari ini, dari kampung ke kampung. Isi kegiatannya hari ini antara lain diskusi sejarah, pameran foto, pertunjukan seni budaya, dan bazar buku sejarah.
”Semoga Komunitas Penter bisa mengajak masyarakat Bekasi lebih menghargai dan mencintai dan belajar dari sejarah,” ujar Nugraha. (YOLA SASTRA)