Tidak Berharap Dapat Efek Ekor Jas, Demokrat Fokus Garap Pileg
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menyatakan Partai Demokrat berorientasi pada percepatan pemenangan Pemilu Legislatif 2019. Hal ini dilakukan karena Demokrat tidak berharap mendapatkan efek ekor jas dari pemilu presiden meskipun secara resmi Demokrat mendukung calon presiden-wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hal tersebut disampaikan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat setelah rapat komando konsolidasi pemenangan Pemilu 2019 bersama para ketua dewan pimpinan daerah (DPD) Partai Demokrat, Sabtu (2/3/2019) di Jakarta.
AHY didampingi Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan, Ketua DPD Demokrat Jawa Timur Soekarwo, dan anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Nachrowi Ramli.
Efek ekor jas adalah efek tambahan suara bagi partai politik pendukung calon presiden. Menurut Heather Stoll, pengajar pada Department of Political Science University of California, pemilihan presiden memberikan efek ”tarikan” dalam pemilu legislatif (pileg) karena kampanye pemilu presiden menarik perhatian media nasional, kandidat legislator, elite politik, dan juga pemilih (Kompas, 12/8/2018).
AHY mengatakan, euforia pemilu yang berpusat pada pemilu presiden (pilpres) menjadi tantangan semua partai politik, kecuali dua partai utama pengusung kandidat calon presiden. Adapun dua partai tersebut, PDI-P dan Partai Gerindra, diuntungkan karena mendapatkan efek ekor jas dari pilpres.
”Bagi Partai Demokrat, kami harus bekerja keras untuk meyakinkan masyarakat, selain pilpres, ada pemilihan legislatif yang tidak kalah pentingnya,” kata AHY. Hal ini tidak mudah karena sorotan media dan panggung politik tersedia bagi kedua kandidat presiden.
Oleh karena itu, lanjut AHY, strategi Demokrat dalam menghadapi pemilu mendatang lebih berorientasi kepada pemenangan calon anggota legislatif (caleg). Selain tidak berharap mendapatkan efek ekor jas pada pilpres, AHY menilai, pertarungan pemilu justru terletak pada tataran caleg.
”Kami namakan strategi kami itu ’caleg oriented strategy’, sebuah strategi yang berorientasi pada perjuangan caleg. Jika caleg populer, rajin turun ke bawah, dan memiliki program rasional, semoga bisa sukses. Kami yang di pusat juga terus mendorong dan memberikan semangat kepada mereka,” tutur AHY.
Pembagian wilayah
Sebelumnya, AHY ditunjuk ayahnya, yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, menjadi ketua tim pemenangan Pemilu 2019. Dia akan dibantu Soekarwo yang didapuk menjadi koordinator pemenangan di wilayah timur Indonesia dan Nachrowi di wilayah barat.
Di wilayah timur, Soekarwo bakal mengoordinasikan kampanye Demokrat di Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, serta Papua dan Papua Barat. Sementara untuk wilayah barat, Nachrowi mengoordinasikan kampanye antara lain di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Pulau Sumatera.
Soekarwo yang juga eks Gubernur Jawa Timur mengatakan telah melakukan analisis data terkait peta politik di wilayah timur Indonesia. Data tersebut menjadi acuan untuk menentukan gerak langkah serta merumuskan kebijakan Partai Demokrat di wilayah timur.
”Kami telah menunjukkan data tersebut saat konsolidasi bersama AHY. Ini lho, petanya seperti ini, waktunya pendek. Sekarang yang harus kami lakukan adalah menentukan direktori. Jadi, tadi kami merumuskan bagaimana strategi di wilayah timur,” kata Soekarwo.
Adapun Nachrowi Ramli, koordinator wilayah barat, mengatakan, pemetaan di wilayah Sumatera, DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat sudah dilakukan sejak masa kampanye berlangsung. Kini, yang menjadi fokus perhatiannya adalah memperbaiki suara di daerah pemilihan yang tidak potensial.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan menyebutkan, keduanya dipilih karena memiliki kekuatan serta kepemimpinan di basis-basis daerah. Selain itu, mereka dikenal oleh kader Demokrat karena keduanya merupakan pejabat teras partai. (DIONISIO DAMARA)