Greysia/Apriyani Harus Siap Mental
All England menjadi tujuan utama ganda putri peringkat empat dunia Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Tahun lalu, di Arena Birmingham, mereka tersingkir di babak pertama. Kini, mereka bersiap melangkah lebih jauh,
MUELHEIM AN DER RUHR, SABTU - Setelah tampil pada turnamen bulu tangkis Jerman Terbuka, Greysia Polii/Apriyani Rahayu harus memperkuat mental guna menghadapi tantangan yang akan dijalani dalam All England, 6-10 Maret. Kekalahan pada perempat final Jerman Terbuka tak memupus harapan tampil lebih baik di Birmingham Arena, Inggris.
Greysia/Apriyani menjadi salah satu wakil Indonesia yang menjadikan Jerman Terbuka di Innogy Sporthalle, Muelheim an der Ruhr, 26 Februari-3 Maret, sebagai pemanasan menjelang All England. Namun, perjalanan mereka terhenti pada perempat final yang berlangsung Jumat (1/3/2019) malam waktu setempat atau Sabtu dinihari WIB.
Greysia/Apriyani kalah dari pasangan China, Du Yue/Li Yinhui, 17-21, 18-21. Ganda Indonesia peringkat keempat dunia itu masih unggul, 4-2, dalam rekor pertemuan dengan Du/Li, namun kekalahan dialami dalam dua pertemuan terakhir.
Meski kalah, pelatih ganda putri pelatnas bulu tangkis Eng Hian mengatakan, penampilan Greysia/Apriyani masih terbilang normal. “Mereka kalah dari pemain bagus. Kalah di sini, bukan berarti hancur harapan di All England. Saya harap, ini menjadi evaluasi bagi Greysia/Apriyani untuk All England,” kata Eng HIan di Jerman.
Pelatih yang merupakan mantan pemain ganda putra itu mengatakan, Greysia/Apriyani harus memperkuat mental untuk menghadapi kondisi pertandingan di Arena Birmingham, tempat berlangsungnya All England. Kok yang digunakan dalam turnamen prestisius bagi semua pebulu tangkis itu cukup berat. Dampaknya, poin tak akan mudah didapat dalam permainan cepat.
“Mereka harus siap capai dengan kondisi kok berat yang akan membuat banyak terjadi reli. Greysia/Apriyani juga harus siap bermain pada jam berapapun. Saat melawan Du/Li, mereka bertanding menjelang Jumat tengah malam waktu setempat.
Sebelum tampil di Jerman Terbuka dan All England, seperti juga dialami Gregoria Mariska Tunjung dan Praveen Jordan, persiapan Greysia/Apriyani diselingi keikutsertaan dalam kejuaraan beregu putra-putri, Djarum Superliga Bulu Tangkis, di Bandung, 18-24 Februari.
Calon lawan
Di sela penampilan dalam membela klub Jaya Raya Jakarta, Greysia/Apriyani berlatih dengan program yang biasa dijalani di pelatnas bulu tangkis, Cipayung. Mereka, bahkan, melakukannya sebelum dan setelah bertanding. “Saat ini, kami fokus untuk bertanding di sini, tetapi, tujuan utama kami adalah All England,” kata Greysia, ketika itu.
Menjadi unggulan keempat di Arena Birmingham nanti, Greysia/Apriyani akan melawan pemain tuan rumah, Chloe Birch/Lauren Smith, pada babak pertama. Ganda China, Chen Qingchen/Jia Yifan (5), berpeluang menjadi lawan pada perempat final.
Jika mampu melewati tiga babak, Greysia/Apriyani akan bertemu Du/Li, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (Jepang/1), atau Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva (Bulgaria/8). Stoeva bersaudara adalah pemain yang menghentikan asa Greysia/Apriyani untuk menjuarai All England 2018.
Setahun lalu, Greysia/Apriyani datang ke Birmingham dengan penampilan konsisten sejak Oktober 2017. Dari lima turnamen sebelum All England, mereka empat kali mencapai final yang menghasilkan dua gelar juara. Datang sebagai salah satu favorit juara, Greysia/Apriyani justru langsung tersingkir.
Tersingkirnya pasangan dengan beda usia 11 tahun itu—Greysia 31 tahun, Apriyani 21 tahun—di Jerman Terbuka, membuat Indonesia tinggal menyisakan satu wakil pada semifinal, yaitu ganda campuran Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja. Ganda unggulan keenam itu menang atas Wang Chi Lin/Cheng Chi Ya (Taiwan), 21-14, 21-15.
Pada semifinal, Sabtu tengah malam WIB, Hafiz/Gloria melawan Robin Tabeling/Selena Piek. Pasangan asal Belanda itu menyingkirkan wakil Indonesia lainnya, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, pada babak pertama.
Target juara Boe/Mogensen
Ganda putra senior asal Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen, membidik gelar juara All England pada penampilan terakhir mereka sebagai partner. Berpasangan sejak 2004, Boe yang telah berusia 38 tahun dan Mogensen (35), mengumumkan perpisahan mereka melalui Facebook, Jumat.
“All England adalah turnamen favorit kami. Meski sering bermain di sana, kami selalu menantikan tampil di sana. Saya beruntung bisa dua kali juara dan akan jadi sebuah mimpi yang menjadi kenyataan jika bisa juara untuk ketiga kalinya,” kata Boe dalam laman All England.
Dalam kejuaraan bulu tangkis tertua di dunia itu—All England diselenggarakan sejak 1899—Boe/Mogensen empat kali tampil di final. Gelar juara didapat pada 2011 dan 2015.
Namun, sejak dikalahkan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon pada final 2018, penampilan Boe/Mogensen menurun. Saat ini, mereka hanya berperingkat ke-21 dunia karena lebih sering tersingkir pada babak pertama dan kedua.
Setelah All England, mereka akan bertukar pasangan dengan Mads Pieler Kolding/Mads Conrad-Peterson yang juga mengalami penurunan prestasi. Boe akan bermain bersama Conrad-Peterson, sementara Mogensen dengan Kolding.
Meski berganti pasangan, Boe tetap memiliki target tinggi dalam kariernya. Dia ingin menjadi juara dunia dan Olimpiade. “Itu adalah dua kejuaraan yang sangat ingin saya juarai. Meski sudah tak muda lagi, saya tetap memiliki ambisi untuk juara,” kata Boe yang bersaing dengan pemain Indonesia sejak era Candra Wijaya/Sigit Budiarto, Markis Kido/Hendra Setiawan, hingga Kevin Marcus.