Kedai kopi terus bertambah di kota-kota besar, termasuk Jakarta. Persaingan antarkedai pun semakin ketat. Oleh karena itu, berbagai cara muncul untuk bertahan dan bersaing. Mulai dari menyajikan desain kedai yang unik, rasa kopi, menu tambahan, hingga memberikan fasilitas tambahan agar ngopi tidak sekadar hanya meminum kopi.
Salah satu kedai yang mengandalkan rasa kopi yang sama agar pelanggan tidak beralih adalah Fakultas Kopi di Setiabudi, Jakarta Selatan. Fakultas Kopi konsisten menyajikan kopi dari pertanian Gayo, Aceh.
Menu kopi yang disediakan dibagi dalam dua jenis bahan utama, yaitu kopi arabika dan dan robusta. Menu yang berbahan baku kopi robusta yaitu espreso, cappuccino, sanger, dan kopi tubruk. Sementara yang menggunakan kopi arabika yaitu kopi hitam, pancong, dan sanger.
”Kita hanya menggunakan kopi langsung dari pertanian milik Fakultas Kopi di Gayo, Aceh. Kami mengerjakannya sendiri, mulai dari panen, olah, hingga meracik kopi untuk pelanggan,” kata Manager Fakultas Kopi Setiabudi, Kiki Preslindo (29), Minggu (3/3/2019) dini hari, saat bersiap menutup pelayanan.
Kiki juga mengatakan, ia pernah belajar tentang menu kopi baru yang lagi hit dan menawarkannya kepada pemilik Fakultas Kopi, Al Junishar. Pemilik yang akrab disapa Agam pun menolak. Pasalnya, ia ingin mempertahankan cita rasa yang sudah dikenal pelanggan. Hal ini pula yang membuat kedai kopi ini banyak memiliki pelanggan tetap. Begitu pula di empat cabang Fakultas Kopi yang lain.
”Banyak pelanggan yang sama, datang tiap hari di sini. Bahkan di antara para pekerja kami sering bercanda bahwa pelanggan yang sudah berlangganan lebih rajin datang ke sini daripada pegawai,” cerita Kiki.
Selain konsisten menggunakan bahan baku yang sama, Fakultas Kopi Setiabudi juga mempertahankan bangunan tua yang ia gunakan sejak awal berdiri pada Juni 2017. Bangunan yang terlihat rapuh ini tidak direnovasi menjadi modern seperti kedai kopi yang tengah hit. Bahkan, lapisan tembok yang mulai terkelupas tetap dipertahankan.
Beberapa dinding hanya dicat baru tanpa mengurangi unsur bangunan tua. Susana bangunan tua yang dibuat indah dengan halaman belakang yang juga dijadikan tempat menjamu pengunjung. Bahkan halaman belakang menjadi tempat favorit pengunjung.
Di bagian belakang kedai ini juga dilengkapi layar besar yang digunakan untuk menonton bersama berbagai kegiatan. Misalnya pertandingan bola, debat calon presiden dan wakil presiden, serta pertandingan balap motor.
Desain bangunan ditambah gambar-gambar pengetahuan tentang kopi. Sesuai namanya, Fakultas Kopi, misi lain dari desain kedai ini adalah mengedukasi pengunjung tentang kopi.
Untuk menarik pelanggan membaca pelajaran di dinding itu, informasi disajikan dengan grafik dan gambar, baik itu foto maupun gambar tangan. Misalnya grafik sejarah penyebaran kopi dunia, juga grafik proses pengolahan buah kopi menjadi biji kopi yang siap dijadikan minuman. Ada pula gambar peta penyebaran kopi khas di Indonesia.
Tak heran, banyak pengunjung yang membaca tulisan di dinding kedai ini, baik itu yang sedang duduk, antre membayar, antre ke toilet, hingga yang hanya lewat mencari tempat duduk.
Segala yang dipertahankan di kedai kopi ini menciptakan suasana yang nyaman bagi sebagian besar pelanggan. Oleh karena itu, tempat ini pun sering kali dipesan oleh berbagai perusahaan untuk dijadikan tempat rapat atau kegiatan lainnya. Beberapa perusahaan bahkan telah berlangganan, yang melakukan pertemuan hampir tiap bulan di kedai kopi ini. Begitu pula beberapa partai politik.
Tak heran kedai yang buka dari pukul 06.00 hingga 13.00 ini dapat mengumpulkan omset Rp 10 juta-Rp 12 juta per hari.
Tidak hanya Fakultas Kopi, prinsip mempertahankan tema desain kedai juga diterapkan di Sleepless Owls Coffee, Tebet, Jakarta Selatan. Kedai ini bernuansa taman burung hantu. Lampu taman dan daun plastik memenuhi atap di lantai dua kedai.
Sekat antar-ruangan pun digunakan besi berwarna hitam layaknya pagar taman. Sementara tempat duduk pengunjung pun sebagian terbuat dari drum bekas. Sebagian lagi tempat duduk dan meja terbuat dari kayu. Ada pula ayunan yang terbuat dari rotan yang menambah nuansa taman yang santai di kedai ini.
Selain itu, setiap meja pelanggan juga diletakkan tumbuhan hidup yang dipelihara di pot dari botol kaca bekas. Hiasan ini juga dipasang di beberapa sudut kedai.
Nuansa taman disandingkan dengan gambar-gambar dan hiasan burung hantu, sesuai dengan nama kedai ini. Keunikan ini yang membuat banyak pengunjung tidak lupa mengabadikan kunjungannya dengan berfoto.
”Dari luar, keunikan desain kedai ini sudah kelihatan. Apalagi kalau sudah masuk, serasa mau berfoto di setiap sudut. Saya suka ke sini walaupun banyak menu yang sering kali tidak tersedia,” kata salah satu pengunjung, Windi Susianti (27), Minggu dini hari.
Kedai ini banyak diminati karena waktu beroperasinya yang lebih lama. Sleepless Owls Coffee buka dari pukul 07.00 pagi hingga 03.00 dini hari. Pengunjung ramai datang di saat libur. Seperti pada Minggu ini. Hingga pukul 02.45, puluhan pengunjung masih berada di tempat ini. Omzet yang diperoleh saat ramai, umumnya lebih dari Rp 25 juta.
Ngopi memang menjadi kebiasaan yang banyak digandrungi saat ini. Akan tetapi, persaingan antarkedai juga semakin ketat dengan bertumbuhnya jumlah kedai. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas agar dapat menarik dan mempertahankan pengunjung kembali lagi. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)