Perlawanan Hari Budiono, Hadapi Takut dengan Tertawa
Perupa Hari Budiono asal Yogyakarta menghadirkan sejumlah karya lukis dan instalasi di Bentara Budaya Bali lewat pameran seni rupa bertajuk Memedi Sawah mulai Sabtu (2/3/2019). Sekitar 100 karya instalasi berbentuk orang-orangan sawah, dikenal di Bali sebagai lelakut, dihadirkan bersama 10 karya seni dua dimensi hingga sepekan ke depan. Aroma ketakutan yang kini menyebar di tahun politik harus dilawan bersama dengan tetap bahagia.
Oleh
Cokorda Yudistira
·3 menit baca
GIANAYAR, KOMPAS–Perupa Hari Budiono asal Yogyakarta menghadirkan sejumlah karya lukis dan instalasi di Bentara Budaya Bali lewat pameran seni rupa bertajuk Memedi Sawah mulai Sabtu (2/3/2019). Sekitar 100 karya instalasi berbentuk orang-orangan sawah, dikenal di Bali sebagai lelakut, dihadirkan bersama 10 karya seni dua dimensi, hingga sepekan ke depan. Aroma ketakutan yang menyebar di tahun politik ini harus dilawan bersama dengan tertawa dan tetap bahagia.
Pameran seni rupa ini merupakan rangkaian pameran tunggal Hari Budiono di seluruh Bentara Budaya di Indonesia. Pertama kali digelar di Bentara Budaya Jakarta pada 14-23 Februari lalu. Setelah di Bali, orang-orangan sawah itu akan hadir di Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, Solo (14-20 Maret) dan Bentara Budaya Yogyakarta (23-30 Maret). Ada 100 lukisan wajah tertawa sengaja dipasang pada wajah seram orang-orangan sawah.
Pameran di Bali dibuka Giuseppe Pino Confessa, Konsul Kehormatan Italia di Denpasar, Sabtu malam. Selain pementasan keroncong, pembukaan itu disemarakan pembacaan sajak karya Sindhunata berjudul “Jula-Juli Memedi Sawah” oleh dramawan Abu Bakar dan pertunjukan tari “Lelakut” oleh Komunitas Bumi Bajra dengan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani.
Koordinator Bentara Budaya Bali Warih Wisatsana menyebutkan, pameran seni ini mengangkat ragam simbolik yang mencerminkan ironi dan sekaligus parodi. Memedi sawah adalah replika manusia untuk menakut-nakuti burung atau binatang pemakan padi di sawah.
Melalui karya instalasinya, ujar Warih, Hari Budiono menghadirkan memedi sawah bukan lagi sebagai alat penghalau hama. Dia digambarkan sebagai sosok menakutkan dan penebar teror dalam kehidupan manusia. Tahun ini, ketakutan paling laku dijual tahun ini. Ketakutan banyak dijadikan materi alat politik. Namun, masyarakat diajak tidak khawatir. Caranya, dengan menertawakannya bersama-sama.
Warih menyatakan sependapat dengan tulisan Sindhunata dalam katalog pameran. Ketakutan sosial hanya bisa dikalahkan dengan tertawa bersama-sama. Ketakutan sifatnya memecah belah. Bahagia itu menyatukan.
“Hari mengajak kita semua merenungkan lagi hubungan sesama anak bangsa, khususnya dalam menghadapi pesta politik dalam waktu dekat ini,” kata Warih.
Hari Budiono mengatakan, lewat karyanya dia ingin mengajak seluruh masyarakat membangun energi positif dan melawan situasi kebencian dan ketakutan dengan tertawa. “Jangan takut dengan memedi sawah meskipun ketakutan yang disebarkannya sudah merambah ke berbagai sisi kehidupan, termasuk media sosial,” kata Hari.
Penulis dan pengamat seni Jean Couteau mengatakan, Hari Budiono menampilkan kepolosan anak bangsa Indonesia sekaligus menekankan kekuatan rakyat. Memedi sudah tertawa saat manusia menertawakannya.
Adapun Pino Confessa mengungkapkan, rakyat mempunyai peranan dan bersama-sama menunjukkan bahwa kesatuan akan menguatkan. Confessa menyatakan dia dan keluarganya merasa sangat aman berdiam di Bali meskipun Indonesia sedang menyambut pesta politik pemilihan umum 2019.
Seperti kata Hari di penghujung malam. "Jangan takut, mari tertawa. Tertawa itu menyatukan dan mengalirkan energi positif,” ujarnya.