PADANG ARO, KOMPAS – Bantuan bagi para penyintas gempa bumi di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, terus berdatangan. Relawan dari berbagai instansi atau lembaga juga terus hadir membantu penanganan situasi pascagempa. Saat ini, bantuan yang paling dibutuhkan oleh penyintas adalah tenda karena mereka belum berani kembali ke rumah masing-masing.
Pantauan Kompas,sejak Jumat (1/3/2019) hingga Sabtu (2/3/2019) bantuan sudah mulai diterima Posko Penanganan Bencana Gempa Bumi Kabupaten Solok Selatan yang berada di Kantor Camat Sangir Balai Janggo. Posko tersebut berada sekitar 50 kilometer barat Padang Aro, ibu kota Solok Selatan atau 194 kilometer selatan Kota Padang.
Menurut Kepala Dinas Sosial Solok Selatan Hafison, hingga Sabtu malam, tercatat sudah 22 donatur baik lembaga pemerintah, badan usaha milik negara (BUMN), swasta, termasuk sekolah, mengantar bantuan ke posko. Bantuan yang mereka bawa antara lain beras, roti, makanan siap saji, telur, air mineral, serta perlengkapan seperti kasur, selimut, dan family kit.
Para donatur mengantar langsung bantuan mereka ke posko dan diterima oleh perwakilan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan. Bantuan kemudian disortir dan dimasukkan ke gudang posko. Setelah itu bantuan disebar ke titik-titik pengungsian di wilayah terdampak yang tersebar di tiga kecamatan yakni Kecamatan Sangir Balai Janggo, Sangir Batang Hari, dan Sangir Jujuan.
“Hari ini, bantuan sudah kami salurkan ke empat nagari terdampak. Sekarang, kami sedang membungkus bantuan lainnya untuk disalurkan malam ini atau mungkin besok pagi,” kata Hafison.
PT Semen Padang termasuk salah donatur yang mendistribusikan bantuan ke Solok Selatan. Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) PT Semen Padang Daski Wandi mengatakan, bantuan yang diserahkan senilai Rp 25 juta terdiri dari beras, mie instan, minyak goreng, sarden, termasuk air mineral, dan terpal. “Kami berharap, bantuan ini bisa bermanfaat bagi penyintas gempa di Solok Selatan,” kata Daski.
Hafison menambahkan, selain kebutuhan pokok, bantuan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah tenda keluarga. Saat ini, yang tersedia sekitar 24 unit. Sementara kebutuhan sekitar 200 unit. “Tenda keluarga sangat dibutuhkan karena sampai hari ini warga masih trauma dan tidak mau tidur di dalam rumah,” kata Hafison.
Tenda keluarga sangat dibutuhkan karena sampai hari ini warga masih trauma dan tidak mau tidur di dalam rumah. (Hafison)
Pantauan Kompas, pada malam hari warga memang masih tinggal di tenda-tenda darurat di halaman rumah yang mereka bangun sendiri dari terpal atau tenda bantuan dari pemerintah.
Siang hari, sebagian warga terlihat kembali ke rumah untuk membersihkan puing rumah yang rusak. Begitu selesai mereka kembali ke tenda untuk beristirahat atau makan. Ada warga yang memasak sendiri makanannya, ada yang mendapat dari dapur umum yang dibangun di posko tanggap darurat.
500 relawan
Tim relawan juga terus datang ke Solok Selatan. Hingga Sabtu malam, tercatat ada 14 instasi dari TNI, Polri, BPBD, Tagana, Pramuka, termasuk perguruan tinggi yang datang untuk membantu penanganan pascabencana. Total personel yang diturunkan lebih dari 500 orang.
Gempa di Solok Selatan terjadi Kamis, (28/2/2019), lalu. Gempa dengan magnitudo 4,8 terjadi pada pukul 01.55. Setelah itu gempa magnitudo 5,3 terjadi pukul 06.27.
Hingga saat ini tercatat lebih dari 500 unit rumah rusak ringan, sedang, dan berat termasuk 7 unit sekolah, 3 unit sarana ibadah, 3 unit sarana kesehatan, 1 unit kantor, dan satu kios. Puluhan orang terluka.
Banyaknya rumah yang rusak, menurut Wakil Bupati Solok Selatan Abdul Rahman tidak terlepas dari konstruksi rumah warga yang belum tahan gempa.
Menurut Abdul, terjadinya kerusakan dan korban merupakan kombinasi antara guncangan dengan struktur bangunan yang memang rapuh. "Masyarakat di sini belum punya pengalaman tentang gempa. Sepanjang sejarah tertulis dan cerita dari orang tua, di sini memang tidak pernah terjadi gempa," kata Abdul.
Karena itu, lanjut Abdul, masyarakat membangun rumah tembok tidak memenuhi standar keamanan gempa. "Selain rumah tidak diplester, tidak ada pengikat antara tiang dan tembok. Sehingga, meski dengan guncangan di bawah magnitudo 6, namun kerusakannya sangat luar biasa. Walaupun bangunannya masih berdiri, tetapi rata-rata rusak," kata Abdul.
Menurut Abdul, tidak ada sejarah gempa sebelumnya membuat warga belum siap termasuk dalam membangun konstruksi rumah mereka. Oleh karena itu, ke depan pihaknya akan memprioritaskan mitigasi terkait hal itu.
Kepala Seksi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padang Panjang Mamuri mengatakan pihaknya sudah memasang seismometer yakni alat atau sensor getaran untuk mendeteksi gempa bumi di Solok Selatan.
Menurut Mamuri, berdasarkan alat yang mereka miliki di Stasiun Geofisika BMKG Padang Panjang, pada Kamis lalu hingga Jumat pagi, tercatat ada enam kali gempa termasuk dua gempa yang besar pertama.
Setelah memasang alat di sekitar pusat gempa Jumat malam, pihaknya mencatat ada dua kali gempa susulan. Sedangkan pada hari Sabtu terjadi lima kali gempa susulan. Gempa susulan bermagnitudo antara 1,5 hingga 3.
Mamuri mengatakan dari lima yang terjadi hari Sabtu, empat gempa dirasakan di sekitar lokasi pusat gempa, satu lagi cukup besar bahkan terasa hingga ke posko di Kantor Camat Sangir Balai Janggo. "Gempanya termasuk lokal dan sangat dangkal karena disertai dentuman,” kata Mamuri.
Pusat gempa diperkirakan ada di dalam kawasan perkebunan sawit. "Lempeng akan menuju ke stabilan sehingga masih ada gempa-gempa kecil. Kami menghimbau agar masyarakat tetap waspada. Kami akan terus pantau dan kemungkinan besar gempa-gempa kecil akan terus terjadi," kata Mamuri.