Litbang Kompas: Warga Dukung Hari Bebas Kendaraan Bermotor
Setelah hampir 17 tahun, car free day atau hari bebas kendaraan bermotor mendapat tempat di hati warga Jakarta. Sebagian besar warga Ibu Kota mendukung jika pemerintah memperluas kawasan ini.
Oleh
Krishna P Panolih/Litbang Kompas
·3 menit baca
Setelah hampir 17 tahun, car free day atau hari bebas kendaraan bermotor mendapat tempat di hati warga Jakarta. Sebagian besar warga Ibu Kota mendukung jika pemerintah memperluas kawasan ini.
Car free day atau hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) dimulai tahun 2002 di ruas Jalan Sudirman hingga Jalan MH Thamrin pada hari Minggu pukul 07.00-14.00. Dalam perkembangannya, HBKB dilaksanakan rutin dua kali sebulan.
Pelaksanaannya diatur dalam sejumlah aturan, mulai dari perda, pergub, hingga keputusan kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Sebut saja Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Keputusan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta No 380/2012 tentang Penetapan Lokasi, Jadwal dan Tata Cara Pelaksanaan HBKB. Tahun 2016, pelaksanaan HBKB di Jakarta kembali dikukuhkan melalui Pergub DKI Jakarta Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan HBKB.
HBKB bertujuan antara lain mengurangi polusi udara yang menjadi persoalan serius di Jakarta. Sebagai gambaran, Greenpeace Indonesia pernah memantau partikel udara berukuran lebih kecil dari 2.5 mikrometer (PM 2.5) di 21 lokasi di Jakarta dan sekitarnya selama Januari-Juni 2017. Hasilnya, kualitas udara Jakarta masuk kategori tidak sehat bagi manusia.
HBKB semakin dikenal luas dan mendapat apresiasi positif dari sebagian warga Ibu Kota. Kesimpulan ini terekam dalam hasil jajak pendapat Kompas, akhir Januari. Hampir enam dari 10 warga mengetahui dan pernah melewati kawasan-kawasan HBKB di hari Minggu.
Lebih kurang tujuh dari 10 responden yang pernah melintas di kawasan HBKB menyambut baik atau setidaknya merespons HBKB sebagai aktivitas yang sewajarnya dilakukan.
Sebaliknya, respons negatif juga diungkapkan sekitar seperempat responden lain. Respons tersebut muncul lebih karena kerepotan mereka mencari jalur alternatif.
Perluasan HBKB
Pemberlakuan kawasan HBKB pada sejumlah ruas jalan di hari Minggu, tidak hanya berdampak pada lalu-lintas yang bebas dari kendaraan bermotor. Ruas jalan yang lengang, dimanfaatkan warga Ibu Kota untuk melakukan berbagai aktivitas tubuh dan jiwa.
Tidak sedikit warga yang berolahraga atau berkumpul bersama komunitas mereka. Semua orang bebas menikmati jalan raya selama pagi hingga siang hari, mulai dari jogging, jalan sehat, sepeda gembira, bersepatu roda, berjalan-jalan dengan hewan kesayangan, atau sebatas duduk-duduk sambil menikmati air mancur.
Melihat manfaat HBKB itu, tak heran jika sebagian besar warga Ibu Kota setuju jika kawasan HBKB diperluas. Dukungan itu diungkapkan lebih kurang 77 persen responden yang pernah melewati kawasan HBKB. Sebagian besar warga yang belum pernah melewati lokasi HBKB (78 persen responden) pun mengungkapkan persetujuan mereka andaikan area HBKB diperluas.
Namun demikian, warga juga berpendapat, sebaiknya perluasan lokasi HBKB pada ruas jalan yang tidak terlalu merepotkan aktivitas warga. Sekitar 47 persen responden berpendapat, kawasan HBKB diberlakukan di jalan protokol atau ruas jalan kawasan perkantoran.
Adapun lebih kurang 44 persen responden berpendapat kawasan HBKB lebih cocok di ruas jalan tempat orang banyak melakukan aktivitas luang di hari Minggu, seperti ruang publik atau taman.
Selain itu, pengaturan ketertiban dan kebersihan ruas jalan selama HBKB juga penting diperhatikan. Tak bisa dimungkiri, dalam beberapa tahun belakangan, sejumlah ruas jalan HBKB menjadi kurang nyaman karena ramai oleh pengamen, pedagang kaki lima, sampah, atau iklan berbagai produk.
Rasa tak nyaman itu juga dirasakan Febrianto, seorang pengusaha event organizer yang giat bersepeda di kawasan Thamrin saat HBKB. “(HBKB) sudah nggak kayak dulu lagi. Yang jualan tambah banyak dan nggak terkendali. Untuk sepedaan juga nggak nyaman,” keluhnya.
Persoalan lain yang juga muncul saat HBKB adalah banyaknya sampah. Salah satu contoh, tim kerja pelaksanaan HBKB pernah mencatat, sampah yang harus dibersihkan setelah kegiatan HBKB di ruas Jalan Sudirman-Thamrin mencapai dua ton (Kompas, 24/9/2017).
Bagaimanapun, pemberlakuan kawasan HBKB akan membawa manfaat dan kenyamanan bersama jika berbagai pihak, termasuk warga, turut mendukung ketertiban dan kebersihan.