Apabila Terpilih Kembali, Bouteflika Janji Mundur Setahun Kemudian
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
ALGIERS, KOMPAS — Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika, Minggu (3/3/2019) waktu setempat, berjanji menggelar pemilihan umum setahun kemudian apabila dia terpilih kembali sebagai presiden dalam pemilu yang dilaksanakan 18 April 2019. Pemilu tersebut akan memilih presiden baru untuk meneruskan sisa masa jabatan Bouteflika, yang berjanji mengundurkan diri setelah setahun menjabat.
Artinya, Bouteflika berjanji tidak akan menjalani masa jabatan presidennya secara penuh jika terpilih kembali dalam pemilu tahun 2019. Dia pun berjanji akan menyerahkan kursi presiden tersebut kepada orang lain.
Pesan tersebut disampaikan oleh manajer kampanyenya, Abdelghani Zaalane, setelah ia mendaftarkan secara resmi pencalonan Bouteflika untuk pemilu. Hari Minggu kemarin merupakan hari terakhir kandidat mengajukan pendaftarannya sebagai calon presiden.
Kondisi kesehatan
Pada saat itu, Bouteflika dilaporkan sedang berada di sebuah rumah sakit di Geneva, Swiss, untuk pemeriksaan medis. Belum ada kabar hingga kapan ia berada di sana.
Hal tersebut disampaikan di tengah unjuk rasa besar-besaran sejak pekan lalu yang menolak pencalonan Bouteflika pada pemilu mendatang. Bouteflika, yang berusia 82 tahun, telah menjabat sebagai presiden selama 20 tahun dan kini menghadapi kritik publik bahwa dia tidak mampu menjabat sebagai presiden, terutama karena kondisi kesehatannya.
Sejak pekan lalu, puluhan ribu pengunjuk rasa berkumpul di pusat ibu kota Aljazair, Algiers, serta kota lainnya. Mereka menuntut Bouteflika mengundurkan diri setelah berkuasa sejak 1999. Unjuk rasa dengan skala sebesar itu jarang terjadi di Aljazair.
”Saya mendengarkan seruan dari para pengunjuk rasa yang penuh semangat, terutama dari ribuan orang muda,” ujar Bouteflika melalui keterangan tertulis.
Ke depan, ia berjanji mengadakan referendum mengenai reformasi konstitusi. Hingga Minggu malam waktu setempat saat pesan itu diumumkan, belum ada tanggapan langsung dari pengunjuk rasa mengenai hal itu.
Sebelum pengumuman pendaftaran resmi Bouteflika sebagai kandidat pada pemilu tahun 2019, Ketua Komisi Pemilihan Umum Abdelwahab Derbal mengatakan, semua kandidat harus menyerahkan surat pencalonan mereka secara langsung.
Jika benar-benar diterapkan, ada kemungkinan pendaftaran Bouteflika tidak diterima karena ketidakhadirannya. Ia dilaporkan jarang muncul di hadapan publik sejak terkena stroke pada 2013.
Aksi protes
Aksi protes pada Jumat (1/3/2019) dilaporkan menelan satu korban jiwa dan 183 korban luka. Unjuk rasa itu merupakan yang terbesar di Afrika Utara setelah musim semi Arab tahun 2011.
Pada Minggu, ribuan mahasiswa dilaporkan berunjuk rasa di sejumlah fakultas universitas di Algiers, terutama di dekat kantor dewan konstitusi setempat, di mana para kandidat pemilu tahun 2019 mengajukan pendaftarannya. Lokasi itu dijaga ketat oleh pasukan keamanan.
Di Algiers, sumber diplomatik memperkirakan, ada setidaknya 70.000 orang yang ikut serta dalam aksi protes melawan pencalonan Bouteflika. ”Kami tidak akan berhenti sampai kami menyingkirkan sistem ini,” kata Aicha, seorang mahasiswa berusia 23 tahun.
Pihak oposisi mengatakan, Bouteflika tidak layak memimpin karena kondisi kesehatan yang tidak baik. Mereka juga mengaitkan kegagalan pemerintahan Bouteflika dengan maraknya tindakan korupsi dan minimnya kebijakan ekonomi mengatasi isu pengangguran yang cukup buruk. Rasio pengangguran untuk kelompok umur di bawah 30 tahun dikatakan melebihi 25 persen.
Menurut saksi mata dan rekaman televisi lokal, aksi protes juga muncul di kota-kota lain di sejumlah negara Afrika Utara, seperti Oran, Constantine, Annaba, Batna, Blida, Skikda, dan Bouira. Sekitar 6.000 orang juga berunjuk rasa di sejumlah kota di Perancis, tempat banyak warga Aljazair yang tinggal.
Menjelang Minggu sore, tujuh kandidat pemilu tahun 2019 yang melawan Bouteflika telah mengajukan pendaftaran. Yang pertama tiba adalah Ali Ghediri, pensiunan jenderal. ”Saya memberi tahu orang-orang bahwa fajar baru telah dimulai,” katanya kepada wartawan.
Kandidat lain, Rachid Nakkaz, seorang pengusaha, datang dengan menggunakan taksi dan menyampaikan, ”Kita harus tetap damai untuk memberikan citra yang baik tentang demokrasi kita.” (REUTERS /AFP)