”Cermin” dari Pique
Laga ”el clasico” kali ini bukan lagi duel yang menyajikan gol-gol indah, melainkan duel yang memamerkan kepiawaian bertahan. Dalam hal ini, Barcelona lebih unggul.
MADRID, MINGGU — Bukan hanya Ivan Rakitic dan gol tunggalnya yang menjadi penentu kemenangan bersejarah Barcelona atas Real Madrid, 1-0, di Stadion Santiago Bernabeu, Minggu (3/3/2019) dini hari WIB. Bek tengah Barcelona, Gerard Pique, juga tampil sebagai pahlawan di lini belakang dan sekaligus membawa ”cermin” untuk Real.
Berkat Pique, gawang Barcelona selalu utuh pada dua laga berturut-turut di Bernabeu dalam waktu empat hari. Pada laga kedua semifinal Copa del Rey, Kamis (28/2/2019) dini hari WIB, Real kalah 0-3 dari Barcelona meski sudah menyerang habis-habisan. Aksi gaya bertahan yang memukau itu kembali diperlihatkan pada lanjutan laga Liga Spanyol, Minggu kemarin.
Pique yang berduet dengan Clement Lenglet menjelma sebagai tembok yang kokoh malam itu. Ketika menyerang, Pique dan Lenglet kerap memasang garis pertahanan yang tinggi untuk membantu membangun serangan. Namun, ketika Real menguasai bola, mereka dengan disiplin mundur ke belakang dan tim bertahan dengan formasi 4-4-2.
Duet Pique dan Lenglet pada laga itu mampu menahan 7 tembakan, membuang bola sebanyak 22 kali, merebut bola sebanyak 5 kali, dan menekel sebanyak 3 kali. Setidaknya itu mampu membuat Real kembali gagal menjebol gawang Barcelona meski telah menembak total sebanyak 17 kali. ”Setiap kali Real menyerang, Pique dan Lenglet mampu mengatasi masalah. Tugas saya jadi lebih ringan berkat mereka,” kata kiper Barcelona, Marc-Andre ter Stegen.
Secara individu, Pique bermain konsisten. Seperti pada laga semifinal Copa del Rey, ia masih ditugasi untuk mengawal sekaligus melumpuhkan Vinicius Junior. Penyerang sayap muda Real itu merupakan satu-satunya pemain yang memberikan ancaman dengan kemampuannya berlari kencang. Namun, Pique hanya bisa membuat Vinicius tersenyum untuk menutupi rasa tidak percaya.
Fondasi yang kuat di lini belakang itu lantas memudahkan Barcelona untuk menguasai bola dan membangun serangan. Sergi Roberto, karena ada Pique, juga lebih leluasa membantu serangan dan memberikan asis kepada Rakitic untuk mencetak gol pada menit ke-26.
Kemenangan itu membuat Barcelona unggul di atas Real dalam konteks laga ”el clasico”. Dalam pertemuan kedua tim, Barcelona memenangi laga sebanyak 96 kali, sedangkan Real sebanyak 95 kali. Laga imbang terjadi sebanyak 51 kali.
Catatan itu cukup membuat karier Pelatih Real Madrid Santiago Solari mulai tidak aman. ”Kadang semua yang Anda harapkan bisa terjadi, kadang tidak. Dalam dua laga terakhir, yang saya harapkan tidak terjadi,” kata Solari.
Pembalasan Pique
Bagi Pique, kemenangan itu memberikan kepuasan lebih karena ia menjadi musuh besar di Bernabeu. Saat laga kedua semifinal Copa del Rey, para fans Real mengolok-olok mantan pemain Manchester United itu sambil bernyanyi. Olok-olok itu juga ditujukan kepada istri dan anaknya. Pique yang juga gencar membela aksi kemerdekaan Catalunya membuat dirinya semakin dibenci di Madrid.
Oleh karena itu, Pique sangat puas bisa membalas dengan cara membuat Real gagal merebut trofi Copa del Rey dan juga menutup peluang Real menjuarai Liga Spanyol. Barcelona kini memimpin klasemen sementara Liga Spanyol dengan 60 poin, berjarak 12 poin dari Real yang berada di peringkat ketiga dengan 48 poin.
Kini harapan Real tinggal tersisa di Liga Champions. Kesalahan pada laga kontra Barcelona bisa menjadi pelajaran untuk menghadapi Ajax pada laga kedua babak 16 besar.
”Kami telah memberi bukti, tetapi ini belum berakhir. Kami belum bisa merayakan gelar juara liga karena masih ada Atletico Madrid. Namun, ini adalah pekan sempurna yang perlu dirayakan,” kata Pique. Atletico berada di peringkat kedua dengan 50 poin sebelum menghadapi Real Sociedad, Senin (4/3/2019) dini hari WIB.
Bukti itu adalah Barcelona kini masih lebih baik daripada Real. Pique secara tidak langsung mengajak penonton untuk membandingkan pertahanan kedua tim. Real sudah kebobolan empat gol dalam dua laga di Bernabeu, sedangkan gawang Barcelona masih bersih. Pique membuat fans Real becermin, melihat betapa berantakannya lini belakang tim mereka akhir-akhir ini.
Pique juga menyindir fans Real yang, menurut dia, sangat cerewet. Saat turun minum, Pique melambaikan tangan ke arah tribune penonton dan membuat gerakan tangan untuk menggambarkan mulut. Hal itu ia lakukan setelah kapten Real Sergio Ramos menyikut Lionel Messi.
Menurut Pique, Ramos melakukan pelanggaran dan layak mendapat kartu merah. ”Saya membuat gerakan tangan itu karena fans Real terus mengeluh (soal wasit) dan ternyata wasit berada di pihak mereka,” kata Pique kembali membuat fans Real becermin, seperti dikutip laman Marca.
Kini harapan Real tinggal tersisa di Liga Champions. Kesalahan pada laga kontra Barcelona bisa menjadi pelajaran untuk menghadapi Ajax pada laga kedua babak 16 besar, Rabu (6/3/2019) dini hari WIB. Pada laga pertama, mereka sudah menang 2-1. (AFP/REUTERS)