Ada yang unik pada pameran peringatan Hari Peduli Sampah Nasional di Tangerang Selatan. Dalam kegiatan yang berlangsung pekan lalu itu terdapat salah satu stan yang menampilkan berbagai produk dari bahan sampah. Namun, tidak seperti yang biasa kita temui, produk daur ulang ini menggunakan sepatu-sepatu usang.
Menjadi ibu rumah tangga tidak membuat Lia Puspita (43) hanya sibuk tenggelam dengan urusan keluarga. Anak-anak yang mulai beranjak dewasa membuat dia memiliki banyak waktu luang. Kondisi ini mendorongnya mempelajari berbagai keterampilan.
Sejak dua tahun lalu, Lia membuat tas dan dompet dari benang yang disulam. Bahannya dibeli secara daring. Kadang kala, ketika ada hari besar, seperti Lebaran, dia juga membuat kue-kue kering. ”Pembelinya teman-teman saya, baik tas maupun kue kering untuk Lebaran atau Natal-an,” kata Lia ketika ditemui di rumah sekaligus studionya di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan.
Selain menguasai pembuatan berbagai produk kerajinan tangan, kejelian Lia dalam melihat peluang pun semakin terasah. Suatu ketika, warga di sekitarnya bersih-bersih lingkungan. Salah seorang tetangga kemudian menawarkan sepasang sepatu tentara tua yang sudah tidak terpakai.
Tanpa pikir panjang, tawaran itu diterimanya. Lia memutar otak ingin menjadikan sepatu itu sebagai sesuatu yang berguna lagi. Sepatu-sepatu tua itu kemudian dipandang-pandang dan ditimang-timang.
Namun, tidak seperti yang biasa kita temui, produk daur ulang ini menggunakan sepatu-sepatu usang.
Akhirnya, bekerja sama dengan suaminya, Toto, Lia mengecat sepatu tersebut dengan warna tembaga. Sepatu itu memang sengaja tidak dicat secara tebal dan merata, tetapi bergradasi. Hasilnya, sepatu menjelma menjadi vas bunga. Bentuknya tetap sepatu, tetapi sepintas tampak seperti terbuat dari besi tempa yang terkesan berat.
Ternyata, sepatu tua yang sudah berubah menjadi vas bunga itu pun laku dijual. Tidak hanya membuat sepatu, Lia juga membuat bunga-bunga dari plastik sebagai pelengkap vas sepatunya.
Lia dan suaminya lalu mengumpulkan sepatu-sepatu bekas dari teman-teman mereka. Sepatu-sepatu tua itu dibersihkan, dicat kembali, dan disulap menjadi barang baru dengan fungsi berbeda. ”Sekarang kalau ada teman yang punya sepatu usang, pasti diberikan kepada saya,” kata Lia sambil tertawa.
Semakin lama semakin banyak teman yang memberikan sepatunya kepada Lia dan Toto. Lia lantas menunjuk ke onggokan sepatu di studionya. Sebagian besar adalah sepatu olahraga yang dahulu dibeli dengan harga yang tentu tidak murah. Selain vas bunga, Lia juga ”menyulap” sepatu menjadi kap lampu.
Pesanan berdatangan dari teman-teman. Vas bunga dari sepatu tua laku dibandrol dengan harga mulai dari Rp 200.000. Semakin sibuk dan banyaknya pesanan, membuat keduanya merelakan garasi rumah untuk dijadikan studio pengolah berbagai barang limbah. Seiring perkembangan, Lia tidak hanya mengolah sepatu bekas, tetapi juga benda limbah lainnya.
Sepatu-sepatu tua itu dibersihkan, dicat kembali, dan disulap menjadi barang baru dengan fungsi berbeda.
Ban mobil bekas, misalnya, yang dicat ulang dan dijadikan tempat duduk. Selain itu, selongsong bekas tempat kok bulu tangkis yang diolah kembali menjadi celengan. Caranya sama, dicat dengan warna tembaga sehingga mengesankan celengan tersebut terbuat dari besi tempa. Celengan ini dibandrol dengan harga mulai dari Rp 25.000.
Kardus-kardus bekas pun dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam barang, seperti tempat tisu dengan bentuk setrika arang. Lia juga membuat tempat pensil dari botol bekas air mineral.
Pameran
Barang-barang dari limbah barang bekas itu membawa Artosgaleri, demikian Lia menamakan usahanya, ke pameran-pameran. Barang daur ulang seperti ini sangat menarik jika dipajang dalam kegiatan bertema lingkungan hidup karena erat kaitannya dengan isu daur ulang sampah. Mengolah kembali sampah menjadi barang baru yang berguna diperlukan untuk mengurangi sampah di Bumi.
Pameran demi pameran membuat Artosgaleri semakin dikenal dan kemudian menjadi binaan Dekranasda Kota Tangerang Selatan. Dengan demikian, Lia dapat memperoleh informasi lebih cepat mengenai pameran. Ini penting untuk memperkenalkan produknya ke pasar yang lebih luas.
Selain pameran, Lia juga berencana memperluas pasar dengan berjualan secara daring. Dia berharap, melalui toko daring, barang kerajinan daur ulangnya dapat dikenal lebih banyak konsumen.