Investasi di Luar Negeri Berpotensi Dongkrak Ekspor
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar ekspor berpotensi dioptimalkan melalui investasi di luar negeri. Kesamaan pandangan dengan industri serta perbankan nasional dibutuhkan untuk memastikan kegiatan ekonomi seberang lautan memenuhi kepentingan nasional.
”Investasi ke luar negeri bisa menjadi bagian dari strategi meningkatkan ekspor,” kata Direktur Eksekutif Indonesian Agency for Outbond Investment Development Guspiabri Sumowigeno ketika dihubungi, Minggu (3/3/2019).
Indonesia dinilai perlu memiliki konsep atau perspektif menyeluruh mengenai ekonomi seberang lautan. Apalagi, pendekatan tersebut bukan semata menyangkut kegiatan investasi di luar negeri, melainkan juga repatriasi hasilnya.
Selain itu, juga menyangkut keterkaitan industri di dalam negeri dengan investasi di luar negeri. ”Ciri suatu negara pemilik overseas economy yang bekerja untuk ekonomi domestik adalah memiliki linkage produksi, baik ke dalam maupun luar negeri,” katanya.
Investasi di luar negeri dapat menjadi perpanjangan tangan industri dalam negeri untuk mengoptimalkan penggarapan pasar ekspor.
Keterkaitan ke dalam negeri terjadi dengan adanya produk impor yang pemasoknya sebenarnya adalah perusahaan dari negara itu sendiri. Contohnya Jepang dan Korea Selatan yang tidak punya tambang minyak besar. Perusahaan negara-negara itu berinvestasi ke luar negeri di sektor tersebut untuk memasok produknya ke negara mereka.
Dia mengatakan, investasi di luar negeri dapat menjadi perpanjangan tangan industri dalam negeri untuk mengoptimalkan penggarapan pasar ekspor. Upaya itu harus ditopang dengan keterkaitan industri dengan perbankan nasional yang ditugaskan mengelola dana-dana ekonomi seberang lautan.
”Banyak bank Jepang di Indonesia dan semua investasi Jepang harus melalui bank-bank-bank itu. Melalui keterkaitan perbankan seperti itu, manfaat ekonomi bisa kembali ke ekonomi domestik,” ujar Guspiabri.
Dia mengatakan, Malaysia pun banyak mendorong industri manufaktur pengolah karet berinvestasi ke luar negeri. Malaysia bersama Pemerintah China bahkan sampai membuat kawasan industri khusus di China bagi industri Malaysia.
”Industri tersebut mengolah bahan mentah dari Malaysia. Produknya langsung masuk ke pasar China dan internasional karena sudah terhubung dengan rantai pasok global yang bagus,” ujar Guspiabri.
Perusahaan dari Malaysia juga berinvestasi di sektor perkebunan kakao ke Afrika. Hal ini disebabkan Afrika memiliki fasilitas mengekspor ke Eropa dengan bea masuk rendah sekali dibandingkan dengan bea masuk kakao mentah ataupun serbuk kakao dari Malaysia ke Eropa.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia pada Januari 2019 sebesar 13,87 miliar dollar AS. Sekitar 48 persen dari nilai ekspor tersebut tertuju ke lima negara, yakni China, AS, Jepang, India, dan Korea Selatan.
Pada acara Seminar Perdagangan Nasional dan Dialog Gerakan Ekspor Nasional, pekan lalu, Direktur Eropa III Kementerian Luar Negeri Ardian Wicaksono mengatakan, saat ini ada 132 perwakilan Indonesia di seluruh dunia.
”Jadi gunakanlah KBRI dan KJRI di seluruh dunia untuk kepentingan semua pelaku bisnis. Wamenlu juga menekankan agar kami memperkuat hubungan dengan sektor swasta,” kata Ardian.