Manfaatkan Peluang Pasar
JAKARTA, KOMPAS — Pasar udang domestik dan luar negeri terbuka lebar. Untuk memanfaatkan peluang itu, daya saing mesti ditingkatkan.
Caranya antara lain dengan mendorong diversifikasi produk dan peningkatan produksi.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dikutip Kompas, Minggu (3/3/2019), volume ekspor udang dari Indonesia naik tipis dalam empat tahun terakhir. Pada 2018, ekspor udang RI sebanyak 192.000 ton, sedangkan pada 2017 sebanyak 185.000 ton.
Pemerintah menargetkan nilai ekspor udang pada 2021 mencapai 1 miliar dollar AS. Untuk mencapai target itu, produksi udang mesti meningkat 150.000 ton. Tambahan produksi udang diupayakan melalui perluasan lahan tambak sekitar 7.000 hektar.
”Daya saing perlu ditingkatkan melalui efisiensi dan pengembangan. Pasar-pasar baru harus dibuat serta menggarap pasar domestik,” kata Ketua Harian Shrimp Club Indonesia (SCI) Hardi Pitoyo, akhir pekan lalu, di Jakarta.
Menurut Pitoyo, Indonesia harus mewaspadai pertumbuhan produksi dan pasar di negara-negara produsen udang. Ia mencontohkan produksi udang India yang melonjak dan mendominasi pasar AS dengan harga jual lebih murah 1 dollar AS per kilogram dibandingkan dengan udang Indonesia.
Belum digarap
Di sisi lain, Indonesia masih belum menggarap peluang pasar domestik. Jika konsumsi udang per kapita bisa ditingkatkan menjadi 1 kg per tahun, penyerapan udang di pasar domestik diperkirakan tumbuh 200.000 ton per tahun.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo memaparkan, kontribusi udang Indonesia di pasar dunia baru 5 persen. Sementara kapasitas terpasang industri olahan udang sekitar 500.000 ton.
Akan tetapi, dari kapasitas terpasang itu, yang terpakai baru sekitar 60 persen atau 300.000 ton.
”Keterbatasan bahan baku udang menyebabkan utilitas unit pengolahan udang dalam negeri tidak optimal,” kata Budhi.
Ia menambahkan, produksi udang nasional perlu dipacu untuk meningkatkan ekspor. Peluang ekspor yang masih terbuka lebar antara lain ke Amerika Serikat, Eropa, dan China. Pasokan udang Indonesia ke China baru 7.000 ton atau 1,75 persen dari kebutuhan impor China yang mencapai 400.000 ton per tahun. Adapun ekspor RI ke Uni Eropa baru 8.000 ton atau 1,23 persen dari total pasar Eropa, yakni 650.000 ton.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Denny Mulyono mengemukakan, minimnya pertumbuhan produksi udang tecermin dari penyerapan pakan udang yang pertumbuhannya nyaris stagnan. Pada 2018, penyerapan pakan udang 291.523 ton dan pada 2017 sekitar 293.187 ton.
Upaya mengejar produksi udang membutuhkan perbaikan infrastruktur, revitalisasi saluran air, listrik. logistik, dan kepastian regulasi terkait dengan izin pembukaan atau pencetakan tambak baru. Perizinan yang rumit terkait pembukaan tambak di daerah cenderung membebani pelaku usaha.
Sementara itu, Kepala Subdirektorat Perikanan Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) Rahmat Mulianda mengatakan, pemerintah menargetkan produksi perikanan pada 2024 sebanyak 25,71 juta ton. Adapun konsumsi ikan nasional 60,3 kg per kapita per tahun. Peningkatan produksi diharapkan dari komoditas unggulan budidaya, antara lain udang, patin, dan lele. (LKT)