Berkendara adalah hak setiap orang, tentu dengan sederet aturan yang melekat. Pahami serta patuhi aturannya. Hasilnya, siapa pun tetap aman berkendara sekaligus tetap bergaya.
JAKARTA, KOMPAS — Kampanye massal di seluruh Indonesia yang menyasar khususnya kaum muda digelar oleh semua jajaran kepolisian daerah. Program ”Millenial Road Safety Festival (MRSF) 2019” tersebut diwujudkan dalam acara yang berbeda-beda di tiap wilayah polda hingga kepolisian resor.
Namun, intinya sama, yaitu mengampanyekan aman dan nyaman berkendara dengan taat aturan lalu lintas.
Di Bogor, penyelenggaraan MRSF berlangsung meriah di halaman GOR Pakansari, Cibinong, sepanjang pagi, Minggu (3/3/2019), walaupun awalnya hujan turun cukup deras. Sesuai dengan namanya, yang hadir pada acara tersebut didominasi anak muda, seperti komunitas sepeda motor dan mobil, serta para pelajar dan mahasiswa. Pada akhir acara, mereka dihibur grup band Naif.
Selain pertunjukan musik tersebut, juga antara lain diisi pertunjukan keterampilan baris berbaris dan polisi cilik, tari musik sunda Rampak Gendang, serta bermotor akrobatik gaya bebas dan berkendaraan dengan aman.
Bupati Bogor Ade M Yasin menyampaikan apresiasi atas kegiatan itu dan menginginkan kegiatan kampanye ini diperbanyak lagi. Menurut dia, anak-anak muda sekarang sudah banyak yang mengendarai sepeda motor, bahkan mobil.
”Jadi, acara ini bagus untuk mengedukasi kaum milenial,” kata Ade.
”Kami juga akan menyosialisasikan ke sekolah-sekolah untuk selalu sadar pentingnya tertib berlalu lintas agar terhindar atau mencegah kecelakaan lalu lintas,” ujarnya.
Dinda Mey (20), Hera (22), dan Sri (21), tiga mahasiswa Fakultas Ekonomi Syariah Universitas Laa Roiba, Leuwiliang, Bogor, menyatakan setuju kampanye dan sosialisasi tertib lalu lintas lebih banyak atau sering diadakan.
”Kami senang ada MRSF ini. Selain mengibur, ada tips nyaman dan aman bermotor di jalan raya. Harusnya jangan di sini saja, juga ke sekolah-sekolah dan kampus. Sekarang anak kecil banyak ke sekolah bawa motor,” kata Dinda.
Acara MRSF ini, kata Hera, juga membuat mereka mempunyai teman baru dari beberapa kecamatan di Bogor. Sri menambahkan, kampanye tertib berlalu lintas juga harus ke kumpulan perempuan atau ibu-ibu di desa.
”Iya, sosialisasinya juga harus sampai ke ibu-ibu sebab banyak ibu-ibu pakai motor yang ’sein kiri belok kanan’. Saya dan Dinda pernah jatuh saat bermotor gara-gara itu di Leuwiliang,” ujar Sri.
Angka kecelakaan tinggi
Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar AM Dicky Pastika Gading mengatakan, program ini untuk meningkatkan keselamatan di jalan dan untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas. Ini adalah program pemerintah pusat dan daerah, wujud kepedulian kepada masyarakat.
Angka kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Bogor yang masuk wilayah Polda Jawa Barat sangat tinggi. Korban terbesar adalah kaum muda.
”Ini sangat memprihatinkan. Apalagi banyak menimpa kaum muda. Karena itu, kami mulai menyosialisasikan pentingnya keamanan dalam berkendaraan. Apalagi kaum milenial ini adrenalinnya sangat tinggi, sering salah persepsi, menyalurkan adrenalinnya dengan kebut-kebutan di jalan umum, tidak memakai helm,” katanya.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Bogor Ajun Komisaris Muhammad Fadli mengatakan, kecelakaan lalu lintas pada 2018 naik 34,4 persen ketimbang tahun 2017, dari 529 kasus menjadi 711 kasus. Korban tewas pada 2018 sebanyak 410 orang, luka berat 295 orang, dan luka ringan 377 orang.
”Drifting”
Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengundang komunitas ”drifting” dalam rangka kegiatan MRSF 2019 di Lapangan Promoter Ditlantas Polda Metro Jaya, kemarin. Acara tersebut menghadirkan pmbalap nasional sekaligus duta keselamatan berkendara Rifat Sungkar. Para peserta satu per satu mempraktikkan ”drifting” menggunakan mobil melewati rintangan yang dipasang di Lapangan Promoter.
Menurut Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusuf, kegiatan tersebut bertujuan memperkenalkan kepada kaum milenial bagaimana teknis mengendarai kendaraan yang benar dan aman. Apalagi selama tahun 2018 kecelakaan lalu lintas didominasi usia produktif usia 15-35 tahun.
”Intinya, bagaimana kaum milenial dapat tertib berlalu lintas. Salah satunya dengan program ini,” katanya.
Intinya, bagaimana kaum milenial dapat tertib berlalu lintas.
Menurut Rifat, program MRSF 2019 perlu diapresiasi karena selama ini balap liar terjadi karena tidak ada wadah kaum milenial untuk menyalurkan hobi. ”Balapan liar banyak terjadi karena tidak adanya lokasi atau fasilitas untuk mengelola kegiatan tersebut. Untuk itu, kami membuka pintu lebar-lebar supaya kaum muda tertarik dan mau belajar mengenai balapan secara lebih baik,” kata Rifat.
Kaum muda diminta lebih mau menaati aturan lalu lintas agar tetap bisa mengekspresikan dirinya dan tetap selamat.