Tim gabungan masih terkendala medan yang berisiko dari sisi keselamatan. Hingga kedalaman tanah 10 meter di area lubang tambang tertimbun, alat sensor tak mendeteksi detak jantung.
Oleh
HARRY SUSILO/RENY SRI AYU
·4 menit baca
BOLAANG MONGONDOW, KOMPAS – Kondisi bebatuan yang labil dan medan terjal di lokasi tambang emas yang runtuh di Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, menghambat proses evakuasi petambang yang masih tertimbun. Untuk itu, tim pencari gabungan belum dapat melanjutkan proses evakuasi meskipun alat berat sudah dikerahkan.
Sejak hari keempat pencarian atau Jumat (1/3/2019), evakuasi petambang dihentikan sementara karena tim pencari gabungan memutuskan menggunakan alat berat untuk membuat lubang baru dari atas tambang yang runtuh. Namun, hingga hari keenam pencarian atau Minggu (3/3/2019), evakuasi masih belum dapat dilanjutkan karena kondisi bebatuan di lokasi yang rawan longsor.
Direktur Operasi Badan Pencarian dan Pertolongan (SAR) Nasional Brigadir Jenderal TNI (Mar) Budi Purnama mengungkapkan, kondisi bebatuan yang labil di dalam lubang tambang dan di sekitar lokasi sangat rawan longsor sehingga dapat membahayakan personel tim pencari gabungan saat proses evakuasi. Untuk itu, alat berat akan diupayakan membuka tambang emas yang berbentuk goa itu dari samping.
Budi menyebutkan, kondisi lubang tambang yang berada di tebing curam setinggi 50 meter dengan kemiringan hingga 70 derajat membuat pergerakan alat berat terbatas. Untuk itu, Budi belum dapat memastikan kapan proses evakuasi dapat dilanjutkan.
“Memang kondisinya sulit karena lokasi yang digali alat berat berada di tebing. Kami sudah mengerahkan ekskavator berbobot 20 ton tapi dua kali kuku pengeruknya patah. Kami kerahkan lagi ekskavator 40 ton, tapi sulit mendekat ke lokasi karena tanahnya labil. Untuk masuk ke lubang pun masih berbahaya karena bebatuan rawan runtuh,” ujar Brigjen Budi Purnama kepada wartawan, di Desa Bakan, Minggu sore.
Belum terdeteksi
Hingga kini, penggalian oleh alat berat belum dapat menembus ke lubang utama tambang yang runtuh. Lubang dimaksud adalah ruangan di dalam goa dengan luas sekitar 15 meter x 30 meter berketinggian 10 meter. Para korban diduga tertimbun dalam material tanah yang padat dan bebatuan di ruangan tersebut. Indikasi padatnya material yang menimbun korban di antaranya adalah bau jasad manusia yang belum tercium.
Untuk memastikan apakah ada korban yang masih hidup atau tidak, tim pencari juga mendeteksi menggunakan alat sensor Rescue Radar, peralatan yang bisa mendeteksi detak jantung manusia hingga di kedalaman 60 meter. Tim sudah mendeteksi di kedalaman 2-10 meter, namun tak satu pun detak jantung atau tanda kehidupan lain tertangkap radar.
Evakuasi dilakukan sekitar 400 personel yang tergabung dalam regu pencari terdiri atas petugas Badan SAR Nasional, tentara, kepolisian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bolaang Mongondow, tentara, kepolisian, dan regu tanggap darurat PT J Resources Bolaang Mongondow (JRBM). Jalan perusahaan PT JRBM menjadi jalur evakuasi dan akses masuk karena letak lubang tambang emas ilegal itu berada di dalam konsesi kontrak karya perusahaan.
Lubang tambang emas ilegal di Desa Bakan runtuh pada Selasa (26/2/2019) pukul 21.10 Wita. Tiang dan papan penyangga lubang galian tiba-tiba patah akibat kondisi tanah yang labil. Tanah dan bebatuan yang longsor pun menimbun para petambang. Jumlah petambang yang diperkirakan berada di dalam lubang masih simpang siur. Tim pencari memprediksi ada 60 petambang saat kejadian, adapun para petambang yang selamat menyebutkan ada lebih dari 100 petambang.
Karena belum ada operasi evakuasi dan pencarian lagi sejak Jumat, jumlah petambang yang telah dievakuasi masih tercatat 28 orang dan 9 petambang di antaranya meninggal. Untuk itu, jumlah petambang yang masih tertimbun di dalam lubang diperkirakan antara 30 hingga 70 orang.
Kepala Kepolisian Resor Kotamobagu Ajun Komisaris Besar Gani Fernando Siahaan mengakui, baru ada 20 keluarga yang melaporkan kehilangan anggota keluarga yang menjadi petambang kepada posko pengaduan yang dibuka polisi. Kondisi ini membuat pihak pemerintah sulit memastikan jumlah petambang yang menjadi korban longsor. “Karena ini tambang ilegal kan tidak ada manifes. Jadi kalau keluarga tidak melapor kami sulit memastikan jumlahnya,” kata Gani.
Pada Minggu sore, perwakilan keluarga dari petambang yang belum ditemukan diajak menuju lokasi tambang yang runtuh melalui jalan PT JRBM untuk melihat langsung proses yang sedang berjalan. Sebab, keluarga ingin mengetahui nasib para korban. Adapun media belum diberi akses oleh tim Badamenuju lokasi dengan pertimbangan keamanan.
Bupati Bolaang Mongondow Yasti Soepredjo Mokoagow mengatakan, sudah menyiapkan puluhan ambulans untuk memperlancar proses evakuasi. “Bahkan jika ada korban yang sudah tak bisa dikenali, kami juga sudah menyiapkan lahan pemakaman. Yang luka-luka kami gratiskan biaya perawatannya,” kata Yasti.