Proses Reaktivasi Rel Kereta Api Cibatu-Garut Masih Berlangsung
Pembongkaran rumah di sekitar kawasan reaktivasi rel kereta api rute Cibatu-Garut masih berlangsung. Banyak pemilik rumah membongkarnya sendiri.
Oleh
Samuel Oktora
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS-Pembongkaran rumah di sekitar kawasan reaktivasi rel kereta api rute Cibatu-Garut masih berlangsung. Banyak pemilik rumah memilih membongkarnya sendiri.
Rute Cibatu-Garut adalah satu dari empat jalur yang akan direaktivasi di Jabar. Panjangnya mencapai 19,3 kilometer. Ada 1.077 bangunan yang berdiri di kawasan rel berhenti beroperasi tahun 1983 itu.
Tiga rel lainnya adalah jalur Rancaekek - Tanjungsari sepanjang 11,5 km yang berhenti beroperasi tahun 1978, Bandung - Ciwidey sepanjang 37,8 km (1975), serta jalur Banjar - Pangandaran sepanjang 60 km (1982).
"Sebagian besar bangunan yang dibongkar ada di kawasan padat penduduk. Sampai saat ini kegiatan masih berjalan. Ditargetkan, tahun ini, jalur itu dapat beroperasi kembali," kata kata Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi (Daop) II Bandung Joni Martinus di Bandung, Senin (4/3/2019).
Menurut Joni, dari total 911 rumah tangga yang harus dibongkar, sudah 225 rumah tangga yang rumahnya dibongkar. Hampir semua melakukannya sendiri. Warga diberi biaya bongkar atau pindah dari PT KAI sebesar Rp 250.000 per meter persegi untuk bangunan permanen. Sedangkan untuk bangunan nonpermanen, diberikan Rp 200.000 per meter persegi.
"Mereka diberi kesempatan membongkarnya sendiri. Mungkin, ada sebagian barang atau material yang bisa diambil atau dimanfaatkan lagi, seperti genteng, daun jendela, hingga kusen," ujarnya.
Joni berharap, reaktiviasi ini dapat mendongkrak kemajuan masyarakat di berbagai bidang. Selain membantu arus transportasi warga, keberadaan rel ini potensial membangkitkan kembali potensi wisata di sana. Jalur Cibatu - Garut, mempunyai catatan sejarah dalam dunia pariwisata dunia. Aktor ternama Charlie Chaplin pernah singgah dua kali disana, tahun 1927 dan 1935.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jabar Herman Muchtar berpendapat, reaktivasi rel mati memberikan moda transportasi alternatif, khususnya bagi masyarakat. Dia yakin, hal itu akan semakin memudahkan akses ke sejumlah obyek wisata di Jabar selatan.
"Kereta api memberikan kenyamanan tersendiri. Kemacetan parah bisa dihindari," ujar Herman.
Akan tetapi, Herman berharap, pemerintah daerah jeli menangkap peluang dan berbenah. Menurutnya, infrastruktur pendukung lainnya harus ditingkatkan. Bila sektor pariwisata menjadi lokomotif ekonomi, Herman mengatakan, hal itu tidak boleh dilupakan.
Sementara itu, Marketing Hotel Sun In Pangandaran, Joko Winarso berharap, PT KAI segera merealisasi reaktivasi jalur Banjar - Pangandaran. Menurut Joko, sejak PT KAI mengoperasikan Kereta Api Pangandaran jurusan Gambir – Bandung – Banjar sejak Januari 2019, rata-rata okupansi pada akhir pekan meningkat sekitar 15 persen-70 persen.
"Banyak tamu hotel penumpang KA Pangandaran minta antar jemput Banjar - Pangandaran. Mereka mengira kereta api itu sampai Pangandaran. Ternyata baru sampai Banjar," ujar Joko.