JAKARTA, KOMPAS — Mahasiswa yang baik tidak hanya pandai, tetapi juga mempunyai jiwa kepemimpinan. Dalam jiwa ini ada semangat kepedulian terhadap sesama dan kreativitas untuk memberdayakan masyarakat.
Hal itu menjadi tujuan pemberian beasiswa Teladan oleh Yayasan Tanoto kepada 150 mahasiswa dari sembilan perguruan tinggi negeri. Sembilan perguruan tinggi itu adalah Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas, Universitas Diponegoro, Universitas Riau, Universitas Sumatera Utara, Universitas Brawijaya, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor.
"Karakteristik yang digali ialah keuletan, tenggang rasa, dan kreatif," kata Ketua Program Beasiswa Tanoto, Lukman Hakim Moeslich, di acara pemberian beasiswa di auditorium Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Jakarta, Selasa (5/3/2019). Beasiswa Teladan merupakan penyempurnaan dari program National Champion Scholarship oleh Yayasan Tanoto.
Lukmam mengatakan, beasiswa diberikan kepada mahasiswa tingkat satu. Kriterianya adalah mereka harus memiliki nilai akademik kelas XII minimal 80. Selain itu, juga ada tes wawancara untuk memastikan mereka memiliki karakter yang sesuai dengan semangat teladan.
Para mahasiswa ini berhak mendapat beasiswa penuh untuk kuliah hingga semester VIII yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan setiap program studi. Mereka juga mendapat uang saku untuk membantu biaya hidup sehari-hari.
"Setiap tahun juga ada pelatihan kepemimpinan terpusat, yaitu mahasiswa dikumpulkan di satu tempat dan ditatar mengenai kewirausahaan sosial," tutur Lukman. Setelah itu, mereka pulang ke kampus masing-masing dengan mengemban tugas mengembangkan kewirausahaan sosial.
Proyek ini boleh dilakukan secara berkelompok maupun individual. Mahasiswa dapat berkonsultasi dengan asosiasi mahasiswa penerima beasiswa Tanoto di kampus mereka untuk mencari strategi pelaksanaan proyek. Mereka juga didorong membuat proposal kepada Yayasan Tanoto apabila membutuhkan bantuan berupa dana, alat, maupun pakar.
Salah satu penerima National Champion Scholarship (NCS) adalah Kalvin Laia, mahasiswa semester VIII program studi agronomi dan holtikultura di IPB. Ia akan bertindak sebagai mentor bagi adik-adik angkatan pertama beasiswa Teladan.
"Kami memiliki proyek sosial di Desa Kahuripan, Kecamatan Ramaga, Kabupaten Bogor. Setiap Sabtu, mahasiswa penerima beasiswa Tanoto di IPB datang ke desa ini," ujarnya.
Di sana mereka memberi bimbingan belajar kepada anak-anak, mengajar masyarakat cara mengolah dan mendaur ulang sampah, menyosialisasikan gizi baik, serta memberi pelatihan mengenai pertanian dan kehutanan kepada masyarakat. Mereka juga mendatangkan guru besar dari IPB untuk membantu mengatasi permasalahan penyakit pada tanaman pangan.
Selain itu, juga ada proyek untuk setiap angkatan. Angkatan 2018 misalnya, juga memiliki proyek literasi bagi masyarakat permukiman di sekitar kampus IPB. Anggaran dari Tanoto digunakan untuk membeli buku dan boneka tangan. Mereka juga mengembangkan permainan "ular tangga pertanian" untuk mengajarkan cara bertani yang ramah alam.
Menko PMK Puan Maharani dalam sambutannya memuji sekaligus mengkritisi pemberian beasiswa Teladan tersebut. Menurut dia, jumlah 150 orang dan sembilan perguruan tinggi terlalu sedikit. "Kalau bisa ditambah lagi kuotanya biar mahasiswa Indonesia semakin baik mutunya," ucapnya.