JAKARTA, KOMPAS - Dana kelolaan PT Asuransi Allianz Life Indonesia mencapai Rp 35,33 triliun pada 2018. Nilai tersebut turun 1,32 persen dibandingkan perolehan tahun sebelumnya.
Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia, Ni Made Daryanti mengatakan, penurunan dana kelolaan (asset under management/AUM) terjadi akibat gejolak perekonomian global pada 2018.
Gejolak tersebut dipicu antara lain oleh kenaikan harga minyak dunia, perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, serta kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika AS (Federal Reserve).
“Pasar saham tumbuh negatif 2,54 persen dan pasar obligasi tumbuh negatif 1,6 persen. Performa yang positif hanya terjadi di deposito,” tutur Made, dalam paparan Kinerja Dana Kelolaan Allianz Life Indonesia di Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Jumlah dana kelolaan (asset under management/AUM) turun negatif 1,32 persen menjadi Rp 35,33 triliun pada 2018.
Selain dari sisi eksternal, perekonomian Indonesia juga tertekan dari sisi domestik. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin (bps) menjadi 6 persen. Keputusan ini membuat kepemilikan asing terhadap instrumen obligasi turun 37 persen pada 2018.
Secara keseluruhan, dalam keterangan tertulis Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), pendapatan industri asuransi jiwa pada 2018 merosot 19,4 persen menjadi Rp 204,89 triliun. Penurunan pendapatan terjadi akibat hasil investasi industri asuransi anjlok 84,5 persen menjadi Rp 7,83 triliun pada 2018.
Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia, Joos Louwerier menambahkan, Allianz berupaya menjaga kepercayaan nasabah untuk pengelolaan dana investasi dalam produk unitlink (produk asuransi yang menggabungkan proteksi dan investasi).
Portofolio Allianz Indonesia terdiri dari 48 persen produk unitlink, 29 persen produk jiwa dan kesehatan, dan 23 persen produk tabungan dan dana pensiun.
Sepanjang 2018, Allianz Indonesia mengelola 65 pendanaan (fund). Pendanaan yang paling banyak dipilih adalah smartlink equity fund yang meletakkan 20 persen dana di instrumen jangka pendek dan 80 persen di pasar saham, yang totalnya mencapai Rp 9,78 triliun. Produk lainnya adalah smartlink fixed income fund yang menaruh dana di instrumen jangka pendek, menengah, dan saham senilai total Rp 2,18 triliun.
Total nasabah tetap bertumbuh sebesar 4,68 persen menjadi 600.869 nasabah pada 2018 dari 573.990 nasabah pada 2017.
Meskipun dana kelolaan menurun, jumlah nasabah tetap tumbuh. Pada akhir 2018, total nasabah Allianz Indonesia mencapai 600.869 nasabah, tumbuh 4,68 persen dibandingkan tahun 2017 yang sebanyak 573.990 nasabah.
Tahun politik
Head of Equity Portfolio Allianz Indonesia Arie Haryoko menambahkan, salah satu tantangan investasi pada pasar saham pada tahun ini adalah adanya penyelenggaraan Pemilu Presiden (Pilpres) 2019. Ketidakpastian akan menyebabkan volatilitas pasar saham.
Head of Fixed Income Portfolio Allianz Indonesia Fitri Lubis menyampaikan, menjelang Pilpres 2019, pengelola dana investasi akan lebih berhati-hati dalam mengawasi pergerakan pasar. “Kami harap pasar bereaksi hanya sementara karena fundamental ekonomi Indonesia terjaga,” ucapnya.