Lakukan Pertolongan Pertama Setelah Digigit Hewan Penular Rabies
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penanganan kasus gigitan hewan penular rabies perlu dilakukan dengan tata laksana yang tepat. Hal ini penting untuk mencegah risiko terburuk yang bisa dialami pasien, yaitu kematian.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menuturkan, tata laksana kasus gigitan hewan penular rabies perlu dilakukan secara cepat dan tepat. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan setelah digigit oleh hewan penular rabies adalah mencuci luka gigitan dengan sabun selama 15 menit.
”Pencucian luka gigitan dengan menggunakan air dan sabun selama kurang lebih 15 menit. Pencucian ini merupakan hal yang sangat penting dan harus segera dilakukan setelah terjadi pajanan (jilatan, cakaran, atau gigitan) oleh hewan penular rabies (HPR) untuk membunuh virus rabies yang berada di sekitar luka gigitan,” kata Nadia di Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Setelah itu, pasien perlu diberi antiseptik untuk membunuh virus rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan. Antiseptik yang dapat diberikan di antaranya povidon iodine, alkohol 70 persen, dan zat antiseptik lainnya.
Selanjutnya, vaksin antirabies (VAR) dan serum antirabies (SAR) harus langsung diberikan. Hal itu bertujuan untuk membangkitkan sistem imunitas dalam tubuh terhadap virus rabies sehingga antibodi yang terbentuk akan menetralisasi virus rabies. Vaksin dan serum ini bisa didapat di rumah sakit.
Pencucian luka gigitan dengan menggunakan air dan sabun selama kurang lebih 15 menit. Pencucian ini merupakan hal yang sangat penting dan harus segera dilakukan setelah terjadi cakaran atau gigitan oleh hewan penular rabies.
VAR diberikan pada sesaat setelah terkena gigitan sebanyak dua dosis pada lengan kanan atau kiri. Pada hari ke-7 diberikan 1 dosis pada lengan kanan atau kiri. Setelah hari ke-2, VAR diberikan kembali sebanyak 1 dosis. Sementara SAR diberikan bersamaan dengan pemberian VAR pada hari pertama terjadi gigitan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin.
”Namun, bila virus rabies telah mencapai susunan saraf pusat, pemberian vaksin antirabies tidak akan memberikan manfaat lagi,” kata Nadia.
Hindari gigitan
Nadia mengatakan, virus rabies sulit dideteksi melalui pemeriksaan darah. Karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk menghindari gigitan hewan pembawa rabies. Penanganan pada kasus gigitan hewan penular rabies bertujuan untuk mencegah rabies pada manusia.
”Masyarakat harus waspada terhadap gigitan anjing gila karena virus rabies yang ditularkan berjalan melalui sistem saraf sehingga tidak terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mendiagnosis dini sebelum muncul gejala klinis rabies,” tuturnya.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati menambahkan, gejala klinis rabies akan muncul setelah virus rabies mencapai susunan saraf pusat dan menginfeksi seluruh neuron terutama di sel-sel limbik, hipotalamus, dan batang otak.
Penyakit rabies bisa bersifat fatal apabila pasien sudah menunjukkan tanda klinis, seperti gejala radang otak akut (encephalitis) yang diikuti hiperaktivitas, kejang, ataupun kelumpuhan. Biasanya, pasien sampai meninggal karena terjadi gagal pernapasan pada hari ke 7–10 sejak timbul gejala pertama.