Bau, namun mekarnya ditunggu-tunggu orang. Momen langka ini hanya terjadi empat tahun sekali dan hanya terjadi dalam hitungan hari. Karena alasan itu, Meutia Hatta (71) menyempatkan diri datang ke Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (5/3/2019) siang. Keinginannya hanya satu, melihat kemolekan bunga bangkai saat mekar.
”Selama ini saya hanya melihat dari media massa,” kata Meutia, putri sang proklamator kemerdekaan Indonesia Mohammad Hatta itu. Seminggu yang lalu, Meutia sempat ke Kebun Raya Cibodas untuk melihat bunga bangkai jenis Amorphophallus titanum Becc itu mekar. Sayangnya, dia datang pada saat yang tidak tepat. Puspa yang dilihatnya belum mekar.
Karenanya, dia kegirangan saat mendapat kabar bunga endemik Sumatera itu mekar, Senin (4/3/2019). Meutia bersama sejumlah orang kembali mendatangi Cibodas. Meutia tidak ingin melewatkan kesempatan itu karena masa mekar bunga bangkai hanya sekitar seminggu.
Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ini beruntung. Dia dapat melihat dari dekat bunga yang dicintainya. Tak ketinggalan, dia mengabadikan bungai itu menggunakan gawai miliknya.
Meutia menaruh perhatian pada bunga-bunga langka. Sebagai buktinya, dia pamerkan foto bunga Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor tahun lalu. Foto bunga bangkai di Cibodas itu menambah koleksinya selama ini.
Bunga bangkai di Kebun Raya Cibodas mekar sempurna pada Senin dini hari. Hal ini disampaikan teknisi Perkebunrayaan Kebun Raya Cibodas-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Daseng Ahmad. Adapun kuncup bunga pertama kali teramati akhir Januari 2019. ”Spatha (selundang bunga) akan bertahan sekitar lima hari, sedangkan spandix (tongkol) bunga bisa dua minggu. Setelah itu bunga akan layu,” kata Daseng.
Staf Kebun Raya Cibodas mengukur tinggi bunga bangkai yang sedang mekar itu 2,81 meter dengan lebar selundang bunga 1,244 meter. Tongkol bunga kuning pucat keunguan, sedangkan selundang bunga kuning kehijauan dengan perpaduan merah keunguan di bagian ujungnya.
Seperti namanya, bunga itu memang mengeluarkan bau bangkai. Akan tetapi, pada hari kedua mekar, bau itu tidak lagi tercium dari kejauhan. Bau baru tercium ketika menengok ke bagian dalam bunga. ”Kemarin, ketika baru-baru mekar, baunya sangat pekat, bahkan dari kejauhan,” kata Dwi Novia Puspitasari dari bagian Humas Kebun Raya Cibodas.
Momen langka
Momen mekarnya bunga bangkai memang langka. Bayangkan, bunga itu umumnya hanya mekar sekali dalam empat tahun. Kata Daseng, ada tiga fase hidup bunga bangkai, yakni fase vegetatif (berdaun), fase dorman (istirahat), dan fase generatif (berbunga). Fase berdaun berlangsung berkisar 2-3 tahun, fase dorman 9-14 bulan, dan fase berbunga dalam hitungan minggu.
Meski bunga itu langka, para pengunjung Balai Konservasi Tumbuhan LIPI itu cukup beruntung. Karena jumlahnya belasan, hampir setiap tahun ada bunga bangkai yang mekar. Terakhir kali ada bunga bangkai yang mekar, yakni pada 17 Desember 2018 dengan tinggi 3,20 meter. ”Di sini juga ada satu kuncup bunga yang muncul. Perkiraannya akan mekar akhir bulan ini,” ujar Daseng.
Peneliti Kebun Raya Cibodas-LIPI Destri mengatakan, ada 14 spesimen bunga bangkai yang dikoleksi Kebun Raya Cibodas. Satu spesimen merupakan induk, sisanya anakan yang ditanam dari biji induknya. ”Induknya merupakan hasil eksplorasi flora di Bukit Sungai Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pada 2000,” kata Destri.
Di lokasi asalnya, tanaman itu tumbuh pada ketinggian sekitar 840 meter di atas permukaan laut (mdpl). Adapun di Kebun Raya Cibodas, bunga itu tumbuh pada ketinggian sekitar 1.300 mdpl.
Data yang dihimpun Litbang Kompas menyebutkan, habitat bunga bangkai hidup pada ketinggian 0-1.200 mdpl dengan daya toleransi tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berubah. Di seluruh dunia terdapat lebih dari 220 spesies bunga bangkai yang tersebar di bagian subtropis Himalaya timur hingga Australia timur laut yang beriklim tropis.
Dari seluruh spesies itu, 26 spesies atau 11,81 persen ada di Indonesia. Adapun sebanyak 17 spesies hanya dapat ditemukan di hutan hujan tropis Sumatera, salah satunya bunga bangkai Amorphophallus titanum.
Terancam
Di alam, kelestarian bunga bangkai terancam sehingga dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan termasuk tumbuhan langka di Indonesia. Menurut Red List International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), flora ini termasuk dalam kategori rentan atau terancam.
Meutia dalam kunjungannya sempat berpesan kepada para generasi muda. Kekayaan Indonesia, salah satunya kekayaan flora eksotis, harus dijaga. Menurutnya, sering kali orang tidak menghargai karena tidak memahaminya.
Meutia pun mengungkapkan pengalaman salah seorang asisten rumah tangganya. Kepada Meutia, sang asisten bercerita bahwa ketika kecil dirinya sering melihat bunga bangkai (jenis lain) di kampung halamannya di Cilacap. Akan tetapi, setelah maraknya pembangunan rumah, sekarang tidak pernah terlihat lagi.
”Alangkah sayangnya. Mudah-mudahan dengan terus diekspose, anak-anak muda sekarang akan tergerak dan menghargai. Flora eksotis Indonesia perlu dilindungi. Kalau sudah hilang, apalagi kita yang kita miliki?” (YOLA SASTRA)