JAKARTA, KOMPAS — Sektor perbankan belum berkontribusi optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Indikasinya, rasio penyaluran kredit terhadap produk domestik bruto masih rendah dan tertinggal daripada negara lain.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per Desember 2018 menyebutkan, penyaluran kredit mencapai Rp 5.294,9 triliun. Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp 14.837,4 triliun.
Dengan demikian, rasio penyaluran kredit terhadap PDB hanya sebesar 35,7 persen.
”Rasio perbandingan antara kredit terhadap PDB yang ideal mencapai 100 persen. Kondisi ini menunjukkan kemampuan menyalurkan pembiayaan masih rendah,” kata ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abdul Manap Pulungan, saat dihubungi di Jakarta, Senin (4/3/2019).
Abdul melanjutkan, selain rasio kredit terhadap perbankan, masih rendahnya kontribusi bank terhadap perekonomian juga dapat terlihat dari kontribusi jasa perantara keuangan terhadap PDB. BPS mencatat, kontribusi jasa perantara keuangan turun menjadi 2,53 persen pada 2018 dari 2,6 persen pada 2017.
Menurut dia, salah satu penyebab rendahnya kontribusi bank terhadap perekonomian adalah mayoritas bank di Indonesia menargetkan segmen nasabah di sektor yang sama. Pada 2008, misalnya, hampir semua bank mengincar nasabah di sektor batubara karena harga komoditas meningkat. Ketika harga komoditas menurun, banyak bank yang mengalami kredit macet secara bersamaan.
Salah satu penyebab rendahnya kontribusi bank terhadap perekonomian terjadi karena mayoritas bank di Indonesia menargetkan segmen nasabah di sektor yang sama.
Abdul menilai sulit untuk menganjurkan bank-bank fokus menyalurkan kredit di sektor tertentu guna memperluas penetrasi sektor keuangan. Oleh karena itu, konsolidasi perbankan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan modal dan kapasitas dalam menyalurkan kredit.
Wakil Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Taswin Zakaria berpendapat, ada banyak penyebab kontribusi bank terhadap PDB masih rendah. Misalnya, keterbatasan akses nasabah terhadap kredit, jumlah populasi masyarakat yang telah memenuhi syarat perbankan, serta kesiapan infrastruktur sektor keuangan.
Beberapa waktu yang lalu, Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK Heru Kristiyana menyampaikan, kontribusi perbankan terhadap sektor perekonomian masih menunjukkan pertumbuhan positif.
Kendati menghadapi tantangan perekonomian pada 2018, kredit perbankan dapat tumbuh 12,88 persen.
Kendati menghadapi tantangan perekonomian pada 2018, kredit perbankan dapat tumbuh 12,88 persen.