Retno: Palestina, Jantung Politik Luar Negeri Indonesia
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
AMMAN, SELASA — Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mendedikasikan peringatan Hari Perempuan Sedunia untuk perempuan Palestina. Ia mengatakan, Palestina adalah jantung politik luar negeri Indonesia, isu Palestina dan pemberdayaan perempuan sangat dekat di hatinya.
”Tanggal 8 Maret adalah Hari Perempuan Sedunia. Saya ingin mendedikasikan hari tersebut untuk perempuan Palestina, bagi peran mereka dalam perdamaian dan keamanan,” ujar Retno dalam sebuah keterangan yang diterima Kompas di Jakarta, Selasa (5/3/2019) malam.
Retno berbicara saat membuka program peningkatan kapasitas bagi pengungsi Palestina dengan tajuk ”International Training of Trainers on Business Planning for Women in Refugee Camps: Women Empowerment to Achieve Sustainable Development Goals” di Amman, Jordania, Selasa siang.
Menlu RI menegaskan kembali arti penting isu Palestina bagi masyarakat dan Pemerintah Indonesia, terutama dalam rangka pemberdayaan perempuan. Ia menekankan, perempuan memiliki peran krusial dalam pembangunan bangsa.
”Palestina ada di jantung politik luar negeri Indonesia. Isu Palestina dan pemberdayaan perempuan sangat dekat di hati saya,” ucap Menlu Retno.
Retno mengatakan, membangun Palestina tidak mudah. Hal ini tidak dapat dilakukan dalam satu malam. Dibutuhkan kondisi yang kondusif dan dukungan internasional, baik dalam bidang ekonomi, pembangunan, maupun pengembangan kapasitas.
Oleh karena itu, dukungan Indonesia melalui penyelenggaraan program pelatihan diharapkan dapat semakin memperkuat upaya untuk mempersiapkan Palestina dalam meraih kemerdekaannya.
”Indonesia sejak lama telah memberikan dukungan bantuan kapasitas bagi Palestina, misalnya dalam bidang pengembangan UMKM, pemberdayaan perempuan, good governance, pendanaan mikro, ataupun pelestarian lingkungan hidup, yang akan membentuk fondasi penting bagi pengembangan institusi Palestina,” kata Retno.
Terkait dengan pemberdayaan perempuan, Menlu RI secara khusus menyampaikan bahwa pemberdayaan perempuan Palestina tidak hanya akan menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga akan memperkokoh infrastruktur sosio-ekonomi bangsa Palestina.
Dia juga mengatakan, melalui pelatihan dan pemberdayaan diharapkan masyarakat Palestina, dengan dibantu kontribusi dunia, dapat menciptakan kesempatan agar terlahir harapan kehidupan yang lebih baik di luar batas kamp pengungsi. Program-program peningkatan kapasitas dapat menjadi sebagai building blocks dalam membangun pemerintahan yang kokoh dan bermartabat.
Berbagai pihak telah berperan dalam mendukung perjuangan masyarakat Palestina ini. Retno mengapresiasi peran komunitas internasional yang terus bekerja keras bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat Palestina, terutama yang saat ini berada di berbagai kamp pengungsi.
Retno juga mengangkat kembali posisi Indonesia yang senantiasa mendorong negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk tegas dan berani dalam memberikan dukungannya kepada Palestina.
”Pada pertemuan OKI minggu lalu, saya tegaskan bahwa tidak ada pilihan lain bagi OKI kecuali memberikan dukungan tegas dan konkret bagi kemerdekaan Palestina,” ujar Menlu Retno.
Menlu RI juga menyaksikan penandatanganan letter of intent (LoI) antara Pemerintah Indonesia dan Palestina mengenai pemberian bantuan kemanusiaan untuk Gaza terkait pengadaan desalinasi air, obat-obatan, dan alat-alat kesehatan. LoI ditandatangani Sekjen Kemlu RI, Duta Besar Mayerfas, dan Duta Besar Mazen Shamiyah, Assistant Minister for Asia, Africa and Australia, dari Kemlu Palestina.
Pelatihan bisnis untuk perempuan di kamp pengungsi dilaksanakan di Amman pada 5-8 Maret 2019. Pelatihan terdiri dari 30 peserta dari sejumlah lembaga penanganan pengungsi di Palestina dan Jordania, termasuk UNRWA Palestina, UNRWA Jordania, Jordan Hashemite Charity Organization (JHCO), East Jerusalem Young Men Christian Association (YMCA), Women’s Centre Al Thouri Silwan, dan WAFAA Group-Palestine.
Tenaga ahli untuk pelatihan berasal dari Global Entrepreneurship Network (GEN) Indonesia yang berada di bawah Ciputra Foundation dan memiliki kemitraan dengan Queen Rania Foundation di Jordania. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu pembukaan akses bagi para pengungsi Palestina kepada lembaga pembiayaan dan pengembangan UMKM.