JAKARTA, KOMPAS — Sebagian ruas tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu di Jawa Barat dipastikan bisa selesai dan beroperasi pada September mendatang. Medan berbukit menjadi tantangan dalam pembangunannya.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, Senin (4/3/2019), di Jakarta, mengatakan, bagian dari Tol Cisumdawu yang direncanakan bisa selesai dan beroperasi tahun ini adalah seksi I antara Cileunyi dan Tanjungsari, seksi II antara Tanjungsari-Sumedang, serta seksi III antara Sumedang-Cimalaka. Adapun total panjang Tol Cisumdawu adalah 60,5 kilometer yang dibagi menjadi 6 seksi.
”Tol Cisumdawu memang menjadi perhatian pemerintah. Penyelesaiannya tergantung dari pembangunan seksi I dan II karena di sana secara teknis paling sulit karena ada terowongan,” kata Danang.
Pada ruas tersebut, pemerintah ikut membiayai pembangunan di seksi I dan II sebagai kontribusi dari pemerintah agar ruas tersebut memenuhi kelayakan. Adapun seksi III sampai seksi VI dibangun badan usaha jalan tol.
Saat ini, konstruksi seksi I mencapai 65,86 persen, sementara konstruksi di seksi II fase II mencapai 63,42 persen. Di seksi II dibangun terowongan sepanjang 472 meter dengan diameter 14 meter. Sementara konstruksi seksi III mencapai 59 persen dan dijadwalkan rampung pada September mendatang.
Saat ini konstruksi oleh badan usaha jalan tol baru dilakukan untuk seksi III.
Menurut Danang, pihaknya mendorong kontraktor agar seksi I dan II bisa diselesaikan berbarengan dengan seksi III pada September mendatang.
”Pekerjaan rumah kita ada di seksi I dan II. Jadi, kita akan kebut penyelesaiannya sejalan dengan seksi III yang selesai September 2019,” kata Danang.
Seiring dengan penyelesaian ruas Tol Cisumdawu, lanjut Danang, Bupati Sumedang meminta agar usaha kecil menengah (UKM) di Kabupaten Sumedang dapat masuk dan berjualan di tempat istirahat dan pelayanan (TIP). Terkait dengan itu, BPJT memastikan bahwa sesuai dengan regulasi, 70 persen pelaku usaha di TIP harus berasal dari lingkungan setempat. Baru 30 persen sisanya merupakan merek nasional atau merek internasional.
Dengan regulasi tersebut, Danang berharap pemerintah daerah dapat mengoordinasi dan menentukan UKM setempat agar bisa masuk ke TIP sesuai dengan kapasitasnya. BPJT akan memfasilitasi komunikasi antara pemda setempat dan badan usaha jalan tol.
Anggota BPJT dari Unsur Profesi, Koentjahjo Pamboedi, menambahkan, saat ini konstruksi oleh badan usaha jalan tol baru dilakukan untuk seksi III. Sementara seksi IV sampai VI masih dalam proses pembebasan lahan.
Terowongan gajah
Di Sumatera, lanjut Danang, BPJT akan mendorong pembangunan lima terowongan gajah di ruas Tol Pekanbaru-Dumai. Terowongan gajah tersebut diperuntukkan agar perpindahan gajah di wilayah tersebut tetap dapat terjadi atau tidak terhambat jalan tol.
Pada 2017, di trase jalan tol seksi IV (Kandis-Duri Selatan) dan seksi V (Duri Selatan-Duri Utara) melewati Kantong Gajah Balai Raja, Kabupaten Siak. Pada kantong Gajah tersebut diperkirakan terdapat sekitar 25 gajah.
Saat ini tengah dilakukan koordinasi antara PT Hutama Karya (Persero) selaku badan usaha jalan tol dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau serta lembaga swadaya masyarakat untuk memetakan pola pergerakan gajah dan desain terowongan gajah. Saat ini, konstruksi di ruas tol dengan panjang 131,49 kilometer tersebut telah mencapai 37,12 persen. (NAD)