Volatilitas Pasar Tinggi, Allianz Life Hati-hati Berinvestasi
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Meskipun optimistis, perusahaan asuransi PT Asuransi Allianz Life Indonesia tetap mewaspadai volatilitas pasar modal pada 2019. Volatilitas bisa dipicu dari memanasnya perang dagang Amerika Serikat dan China serta penyelenggaraan pemilu presiden 2019.
Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia, Ni Made Daryanti mengatakan, proyeksi perekonomian Indonesia pada 2019 lebih baik ketimbang tahun 2018. Namun, pergerakan pasar terutama saham tetap harus diwaspadai.
Akibat gejolak perekonomian global pada 2018, Allianz Life mencatat jumlah dana kelolaan (asset under management/AUM) pada produk unitlink turun 1,32 persen secara tahunan. Jumlah dana kelolaan menjadi Rp 35,33 triliun pada 2018, lebih rendah dibandingkan Rp 35,8 triliun pada 2017.
“Pada 2019, kami memperkirakan kuartal pertama kondisi pasar bullish (aman) dan kuartal kedua berubah menjadi manageable (terkendali),” kata Made dalam paparan Kinerja Dana Kelolaan Allianz Life Indonesia di Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Menurut Made, kondisi kuartal pertama 2019 membaik karena bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, tidak agresif menaikkan suku bunga acuan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mulai menguat, harga minyak dunia turun, serta tensi perang dagang dagang antara AS dan China mereda.
Kondisi pasar yang mulai aman terlihat dari jumlah dana kelolaan Allianz yang meningkat Rp 35,9 triliun pada Januari 2019. Jumlah tersebut naik sekitar Rp 600 miliar dibandingkan dana kelolaan sebesar Rp 35,3 triliun pada akhir Desember 2018.
Memasuki kuartal kedua 2019, lanjutnya, kondisi pasar diperkirakan akan sedikit berubah. Hal ini karena negosiasi antara AS dan China diperkirakan belum menunjukkan hasil yang jelas.
Head of Equity Portfolio Allianz Indonesia Arie Haryoko menambahkan, kondisi pasar pada kuartal kedua juga akan terpengaruh dari sisi domestik karena pemilu presiden (Pilpres) 2019.
Namun, lanjutnya, tahun politik tercatat tidak memberi pengaruh negatif terhadap sentimen pasar secara keseluruhan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, performa indeks harga saham gabungan (IHSG) tetap bertumbuh positif ketika pilpres digelar. Pertumbuhan IHSG pada Pilpres 2009 dan 2014 masing-masing sebesar 86,98 persen dan 22,29 persen.
Di luar ancaman pemilu, kondisi fundamental perekonomian Indonesia secara umum cukup baik terlihat dari defisit neraca transaksi berjalan dan inflasi yang terjaga. Bank Indonesia (BI) juga responsif untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Head of Fixed Income Portfolio Allianz Indonesia Fitri Lubis menyampaikan, menjelang Pilpres 2019, pengelola dana investasi akan lebih berhati-hati dalam mengawasi pergerakan pasar. “Kami harap pasar bereaksi hanya sebentar karena fundamental ekonomi Indonesia terjaga,” ucapnya.
Salah satu strategi yang akan diterapkan pada 2019 adalah menilai kelayakan investasi perusahaan di pasar saham dari sisi valuasi dan prospek pertumbuhan. Sedangkan dari sisi obligasi, Allianz akan fokus berinvestasi pada obligasi pemerintah daripada korporasi.