Perayaan Nyepi menjadi momentum menjaga toleransi antarumat beragama di tengah tahun politik. Pada lima tahun lalu, semua berjalan lancar tanpa persoalan.
DENPASAR, KOMPAS— Selama perayaan Nyepi, Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali dan pelabuhan penyeberangan Gilimanuk-Ketapang tutup. Selama 24 jam, tidak ada aktivitas penerbangan dan penyeberangan pada 7 Maret 2019 pukul 06.00 Wita hingga pukul 06.00 tanggal 8 Maret.
Jaringan internet, saluran televisi, dan radio juga mati. Yang diizinkan menyala selama catur bratha (amati geni, amati lelanguan, amati karya, amati lelungan) hanya obyek vital, seperti kantor polisi, kebencanaan, dan rumah sakit.
Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali melalui UPTD Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) tetap siaga merespons peringatan dini dan layanan kegawatdaruratan bencana. ”Tujuh personel bertugas selama Nyepi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Bali Made Rentin, Selasa (5/3/2019).
Tim Pusdalops PB siap meluncur tanpa sirene berkoordinasi dengan pecalang untuk penanganan pertama dan diantar ke rumah sakit terdekat.
Di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, penyeberangan tujuan Gilimanuk, Bali, ditutup Rabu (6/3) pukul 23.00 WIB hingga Jumat (8/3) pukul 05.00. Penutupan diprediksi menyebabkan penumpukan penumpang saat Nyepi hingga beberapa hari setelahnya.
PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Cabang Ketapang-Gilimanuk memprediksi lonjakan penumpang di Gilimanuk terjadi Rabu malam. Lonjakan penumpang di Pelabuhan Ketapang saat arus balik diprediksi tak terlalu drastis.
”Beberapa langkah kami siapkan, di antaranya meningkatkan daya tampung kapal, menambah petugas pendata manifes, loket diperbanyak, dan menyediakan kantong parkir di luar pelabuhan,” ujar General Manager PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang-Gilimanuk Solikin.
Toleransi antarumat
Menjelang Nyepi, akses pendakian ke Gunung Bromo, Probolinggo, Jatim, juga ditutup. Penutupan dimulai Kamis (7/3) pukul 05.00 WIB hingga Jumat (8/3). Ibadah Nyepi berlangsung pukul 05.00.
Penutupan itu merupakan hasil rapat forum pimpinan daerah (forpimda) Kecamatan Sukapura di Desa Wonokerto. Penutupan dilakukan dalam dua area (ring).
Ring 1 berada di Desa Ngadas, Sukapura. Gerbang desa akan ditutup total saat perayaan Nyepi. Ring 2 dimulai dari Balai Desa Wonokerto. Semua kendaraan atau tamu (selain warga Wonokerto) berhenti di titik ini. Kantor Desa Wonokerto menjadi posko bersama hari raya Nyepi.
”Ini usulan masyarakat dan kades setempat di Wonokerto, yang sebagian besar Muslim. Warga Muslim akan membantu pengamanan agar perayaan Nyepi warga Tengger berjalan baik. Ini bentuk toleransi di Kecamatan Sukapura,” kata Camat Sukapura Yulius Kristian.
Di Bali, hingga Selasa, masyarakat Bali tetap menjalankan ritual agama dan adat menjelang Nyepi. Ribuan umat Hindu Bali melaksanakan upacara Melasti dan mempersiapkan ogoh- ogoh (raksasa dari bahan bambu dan kertas berukuran tinggi yang diarak pada malam menjelang Nyepi).
Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia Bali I Gusti Ngurah Sudiana percaya umat Hindu dan warga Bali memiliki kekuatan menjaga toleransi serta solidaritas, terutama dalam perayaan Nyepi yang tahun ini bersamaan dengan pesta demokrasi.
”Tak perlu khawatir berlebihan. Lima tahun lalu Nyepi lancar dan tenang. Mari menjadikan Nyepi tahun ini dan tahun- tahun seterusnya memperkuat keimanan sehingga Bali tetap menjadi pulau yang mampu menjaga harmonisasi dalam keberagaman,” kata Sudiana.
Pada Nyepi tahun ini, tak ada ajakan khusus terkait arak- arakan. Hanya diimbau arak- arakan ogoh-ogoh dilakukan di setiap desa dan membunyikan gamelan Bali.
Pada rangkaian Nyepi lima tahun lalu yang bersamaan jadwal kampanye pemilu, pemda masih membolehkan warga mengarak ogoh-ogoh di sekitar banjar asal tak memakai atribut partai. (AYS/GER/DIA)